5: pagi hari

3.7K 563 132
                                    

Aku mengerjapkan mataku ketika aku mendengar alarm jam digitalku berbunyi. Dengan malas, aku mengulurkan tanganku, menekan sembarang tombol agar benda berbentuk balok itu berhenti berdenting.

Sebelum aku sempat bangun dari kasur, sebuah tangan kekar melingkar di pinggangku dari belakang, menarikku jatuh semakin dalam pada kasurku yang hangat. Choi San, yang malam tadi menginap di rumahku ㅡkamarkuㅡ mengeratkan peluknya pada pinggangku.

Sebuah kebiasaan yang selalu San lakukan ketika ia tidur di malam hari, yaitu ia pasti menanggalkan pakaian atasnya, tak peduli meskipun ia menggunakan pendingin ruangan sekalipun. Termasuk saat ia menginap di rumahku, sosok San shirtless berkelana keliling rumah bukanlah hal yang aneh lagi.

Ah ya, aku tinggal di sebuah rumah berukuran sedang yang terletak di dalam perumahan pinggiran kota. Perumahan ini banyak diisi oleh masyarakat kelas menengah ke atas, sehingga tidak terlalu bising di sini. Satu lagi, rumah ini dibelikan oleh San untukku. Ia pun sering menginap di sini, alih-alih di rumah gedongan miliknya yang seharusnya ia tinggali bersama Eunwoo.

Jarak antara kami yang begitu dekat membuatku dapat menangkap aroma maskulin dari tubuhnya. Aku memakai pakaian lengkap, tentu saja, kami tidak mau ambil risiko dengan melakukannya karena kami mengambil penerbangan pagi menuju Maldives.

"Jam berapa?" tanya San setengah berbisik.

"Enam," jawabku, "Kita terbang jam sebelas, inget?"

San bergerak maju, menggesek-gesekkan kepalanya di ceruk bahuku dengan manja, "I'm so sleepy, let me sleep for another hour."

Aku memutar tubuhku menjadi menatapnya. San masih memejamkan matanya, wajah damainya seakan enggan untuk memulai hari.

"Wakey wakey," ucapku sambil menekan-nekan pipi San menggunakan jari telunjukku.

"Gak mau bangun," balas San, ia kembali merentangkan tangannya dan menarikku mendekat ke pelukannya, "Tidur aja sini."

Dengan tangan kiriku, aku menyingkap rambut poni San, membuat dahi pria itu terpampang jelas di depan mataku. Aku sedikit memajukan kepalaku, mengecup sekilas dahi pria itu.

"Panjang urusannya kalau kita telat ke bandara. They can't wait for us," ucapku. "Bangun dulu dong, kamu katanya mau nyium bau pantai. Sampe sana, kamu bebas mau tidur terus."

"Hmmm," balas San, sama sekali tanpa membuka matanya.

Aku menggelengkan kepalaku. Sudahlah, mengajak San bangun tidur adalah hal yang sangat sulit dilakukan. Mendadak aku ingin tahu bagaimana cara Eunwoo membangunkan San di pagi hari.

"Aku mau mandi dulu, I'll let you sleep for some minutes," ucapku.

"Edith," panggil San.

"What?"

"Don't lock the door,"

Aku keluar dari kamar mandi terlebih dahulu dan segera bergegas menuju dapur, membuat sarapan kecil untuk mengisi perut kami sebelum berangkat ke bandara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku keluar dari kamar mandi terlebih dahulu dan segera bergegas menuju dapur, membuat sarapan kecil untuk mengisi perut kami sebelum berangkat ke bandara. Kami sudah sepakat untuk mencari sarapan di bandara. Yah, untuk mengganjal perut saja.

"Hello, shawty,"

San kembali melingkarkan kedua tangannya di pinggangku, dengan kepalanya yang juga bertengger di bahuku. Aku hampir saja menumpahkan gelas teh hangatku bila saja aku tidak memindahkan gelasnya agak ke tengah.

"Ck, mind your clothes, sir, you may catch a cold," ucapku.

"Ah, really? Then, would you mind to help me, madam?" balas San.

Aku memutar tubuhku. Kebiasaan lain tentang the shirtless San, ia tidak segera mengancingkan kemejanya setelah ia selesai mandi. Entah ia yang terlalu malas atau hanya akal-akalannya saja untuk mengganggu akal sehatku.

Dengan telaten, aku mengancingkan kemeja San dari kancing paling atas, hingga kancing paling bawah serta membenahi kerahnya. Tidak perlu mengenakan dasi, dan sebenarnya untuk apa juga pria itu mengenakan kemeja di saat liburan?

"Apa kamu kayak gini juga kalau di rumah?" tanyaku.

San menggeleng, "Nope, of course. Gak lucu lah, masa aku minta mamaku buat masangin kancing bajuku."

Aku terkekeh mendengar jawaban San. "Eunwoo lah, masa mama kamu, out of nowhere banget ya," sahutku.

"No no no, lebih baik aku ke kantor ga pake baju sih," ucap San, ia mengecup singkat dahiku, "Selagi ada kamu, aku mau manja, pokoknya."

Aku menyentuh hidung San dengan jari telunjukku, "Whatta big baby of mine."

"This big baby may make an actual baby," balas San.

"Ssst, stop! Jangan ngomong lagi!" paksaku. Topik obrolan seperti ini bisa mengerucut ke segala hal, kau tahu.

Aku menyodorkan gelas teh milik San kepadanya. "Koper udah dikeluarin?" tanyaku.

San mengangguk, "Udah."

"Pesen taksi?" tanyaku lagi.

"Udah, sayang, kita tinggal berangkat aja," jawab San.

Aku menganggukkan kepalaku. "Okay, great. Abisin dulu roti sama tehnya, aku mau cek-cek lagi ke kamar," ucapku, kemudian berjalan meninggalkan San menuju kamarku.

Sebenarnya, aku hanya mengambil satu pasang masker kesehatan dan beberapa cadangan lain untuk kami gunakan di bandara. Yah, bisa bahaya jika ada mata-mata yang tidak sengaja menangkap kami di bandara. Meskipun sebenarnya San tidak peduli, tetapi aku memilih untuk cari aman.

"Nyari apa sih?"

San muncul di sebelahku dengan gelas teh di tangannya. Pria itu singgah di meja rias, mendudukkan dirinya di sana.

"Masker, ya kayak biasanya," jawabku.

"You'll be save with me, Edith, tanpa perlu ngumpetin identitas kayak gitu juga gak bakal ada yang curiga. Lagipula, siapa yang peduli, sih?" balas San.

Aku mengangkat bahu, "Setidaknya, Eunwoo jangan sampe tau."

tin tin!

Kami menolehkan kepala secara serentak ke arah jendela kamar. Taksi khas berwarna biru sudah sampai di depan rumah.

"Let's go," ucap San.

note ㅋㅋㅋ udah ada yg emosi belom gais

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


note ㅋㅋㅋ
udah ada yg emosi belom gais

Sweet Chaos ➖ATEEZ San [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang