Family is a place where you will always be accepted even if the world rejects you.
.
.Cindy terbangun karena suara nyaring dari benda kecil di atas nakas.
Sungguh benda kecil bernama alarm itu memekakkan gendang telinga, jika tidak segera dihentikan.Cindy beringsut dari tempat tidurnya, meraih ponselnya di atas nakas. Jarinya lincah di atas touchscreen handphone-nya. Ada pesan teks yang selalu dia dapatkan, tak pernah terlewatkan barang satu hari pun. Pesan dari bunda.
Sejak kuliah jauh dari keluarga, bunda selalu rajin mengirimi Cindy pesan walau sekadar menanyakan kabar, mengingatkan untuk menjaga kesehatan.
Bunda :
Kak Cindy sudah subuhan, nak?Begitulah pesan yang dikirim Bunda beberapa saat lalu.
Dari sekian orang yang ada di rumah cuma bunda yang memanggil Cindy dengan embel-embel 'kak Cindy'. Kata bunda karena sudah terbiasa sejak Cindy masih bayi panggilan kakak tersemat di namanya.Membicarakan tentang bunda, Cindy sangat merindukan wanita berharga baginya. Ingin segera bercerita panjang lebar tentang apa pun. Padahal sebentar lagi juga bakal bertemu dengan bunda.
***
Cindy sudah berada di dalam mobil, terjebak macet sejak ... entahlah dia tidak tahu pasti sudah berapa lama terjebak di sini.
Jalan Industri menuju Kemayoran memang adalah salah satu titik jalan yang rawan macet setiap harinya.
Ingat setiap hari. Itu berarti weekend seperti ini pun tanpa pengecualian.Suara klakson dari kendaraan lain di luar sana terdengar bersahutan. Seolah seperti anak sekolah menengah, sedang melakukan pertunjukan terbaik mereka di atas panggung di hari kelulusan.
Dering dari ponsel Cindy berteriak-teriak meminta untuk disambut kehadirannya.
Cindy memasang earphone berwarna putih miliknya di telinga sebelah kiri, guna menyambungkan dengan panggilan di seberang sana.Layar ponsel sempat diliriknya, menampilkan foto sosok wanita anggun dengan senyum teduhnya pada layar handphone miliiknya.
"Halo, Kak."
"Cindy, di mana?" tanyanya lembut.
"On the way rumah, Kak. Lagi macet nih, di Kemayoran."
"Oh, yaudah kamu hati-hati ya nyetirnya."
"Iya, Kak."
Panggilan telepon diakhiri dari pihak sana. Cindy kembali memfokuskan pandangan dan kerja otaknya pada jalanan. Tangannya meraih tombol play pada radio mobilnya, mendengarkan semua musik yang disajikan penyiar berharap membunuh kebosanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cindy & Claudya (Republish)
FanfictionCindy, seorang dokter di salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta. Bersama adik kembarnya-Claudya-sejak kecil bersahabat dengan Chandrika yang tak lain tetangganya. Cindy jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Namun, sang sahabat sudah lebih dulu me...