Akhirnya, hari yang Claudya nantikan tiba juga, yaitu diizinkan pulang oleh dokter B. Satu minggu dirawat di rumah sakit, serasa satu tahun bagi Claudya. Sungguh Claudya tidak pernah betah berlama-lama dalam lingkungan rumah sakit.
Meskipun ada Cindy yang setia menemani setiap harinya, tapi Claudya merasa seperti sendirian. Pasalnya, saudarinya itu tipe wanita work holic. Yang lebih memilih bergelut dengan pekerjaannya ketimbang mengobrol dengannya.
Jika saja ada Chandrika mungkin rasa bosannya sedikit terobati, tapi sayang Chan hanya beberapa hari menemaninya di rumah sakit. Sampai Claudya keluar dari rumah sakit pun Chandrika tidak ada.
Selama tidak ada Chan, Claudya seperti merasa ada yang kurang, apa mungkin setiap kali dirinya di opname di rumah sakit, Chan selalu ada. Ini kali pertama, tanpa Chan di sampingnya.
Ada setitik rasa rindu dari hatinya, dia merindukan laki-laki yang selalu ada untuknya itu.
Sepanjang Claudya sering dirawat di rumah sakit, ini adalah sejarah baru. Kali ini dia bisa bertahan sampai satu minggu lamanya tanpa mengeluh minta pulang cepat. Itu karena ada dokter B yang membuatnya menjadi betah. Bahkan setiap pagi Claudya sangat antusias menunggu jadwal dokter periksa.
"Ngelamuni, apa sih," tegur bunda yang membuyarkan kegiatan Claudya—mari berkhayal tentang dokter B.
"Ng-nggak ngelamuni apa-apa kok, Bun. Cuma merhatiin jalan, aja," kilahnya yang terkejut sekaligus gugup.
"Kok pipinya merah, sih," goda bunda sembari mencolek pipi Claudya yang sudah bersemu.
"Aah ... I-Itu mungkin karena cuacanya lagi panas, Bun."
"Tapi AC-nya nyala, Sayang." Bunda menempelkan telapak tangan ke dahi Claudya, takut putri kesayangannya ini kembali demam lagi. "Hayo, mikirin apa, sih. Anak bunda. mikirin pacarnya, ya?" lanjut bunda menggoda Claudya.
"Udah, akh, Bun. Jangan godain Cla terus, kan jadi malu." Claudya seketika memalingkan wajahnya, lebih tertarik meneliti jalan dari kaca mobil. Takut bunda melihat pipinya yang sudah bersemu merah.
Anehnya saat bunda mengucapkan kata pacar, kenapa wajah konyol Chandrika yang seketika terlintas di benak Claudya.
Nggak ... nggak... gue, kan lagi mikirin dokter B. Kenapa bukan dokter B yang muncul.
Tiga puluh lima menit perjalanan dari rumah sakit menuju rumah, menjadi empat puluh lima menit. Karena jalanan Jakarta cukup macet di hari jam kerja seperti sekarang ini.Claudya yang baru saja menapakkan kaki turun dari mobil, seketika indera penciumannya menangkap wangi bunga yang bunda tanam di perkarangan rumah. Yang seolah dengan suka cita menyambut kedatangannya.
Claudya beralih menatap bangunan rumah sebelah, berdiri di antara dinding yang tingginya hanya sebatas dada orang dewasa. Pembatas rumah oma Chan dan rumahnya. Waktu kecil, dengan hanya bermodalkan tangga, dinding ini adalah akses jalan Chan ke rumah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cindy & Claudya (Republish)
FanfictionCindy, seorang dokter di salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta. Bersama adik kembarnya-Claudya-sejak kecil bersahabat dengan Chandrika yang tak lain tetangganya. Cindy jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Namun, sang sahabat sudah lebih dulu me...