Palembang, Sumatera Selatan.
Di sinilah Cindy sekarang, di tanah kelahiran mendiang kedua orang tuanya. Sekaligus tanah kelahirannya.
Sungguh tak pernah terbayangkan olehnya Cindy, semua ini terjadi.
Dia yang hidup selama dua puluh tujuh tahun. Ah, tidak! Bulan depan usianya sudah genap dua puluh delapan tahun.Selama dua puluh delapan tahun, hidup bersama Claudya dan keluarga Joanne, bukanlah waktu yang sebentar. Di usia yang lebih dari seperempat abad itu, Cindy harus menerima garis takdir yang sudah Tuhan tentukan untuknya.
Cindy layaknya manusia biasa, punya rasa amarah dan kecewa. Namun, ia tetap bersyukur dan berterima kasih, keluarga angkatnya mau menerima dan merawatnya.
Sedikit tidak sopan rasanya jika Cindy menyebut mereka hanya dengan sebutan 'keluarga angkat'. Cindy memang bukan anak kandung di keluarga Joanne, tetapi perlu diingat. Cindy, Claudya, dan Bang Cakka punya garis keturunan satu, mereka memiliki darah yang sama mengalir pada tubuh mereka. Mereka saudara sepupu. Dan paling terpenting, air susu mendiang ibu mendarah daging pada tubuh Cindy.
Claudya ternyata bukanlah saudari kembar Cindy mereka hanya lahir pada tanggal dan hari yang sama. Bang Cakka bukanlah kakak laki-laki kandungnya. Kedudukan ayah pun sama.
Cindy yang selalu bermimpi, suatu hari kelak menyaksikan ayah dan pria pilihannya, berjabat tangan mengucapkan ikrar ijab kabul, tapi semua ... harus kandas bersamaan dengan sebuah kenyataan. Bahwa Cindy bukanlah anak kandung ayah.
Cindy pikir mereka berdua yang berbeda, tapi ternyata ia salah. Yang berbeda di sini hanya ia sendiri. Cindy sempat menyakini ia dan Claudya satu ayah berbeda ibu dengan Bang Cakka.
Ternyata ia salah besar. Bang Cakka dan Claudya satu ayah satu ibu, yang lahir dari pasangan Ibu Adelia Fathina dan Ayah Ikhwan Amaar Joanne.
Sementara Cindy bukanlah anak kandung bunda Salma, tentu bukan pula anak kandung almarhumah Ibu Adelia dan Ayah Amaar.
Cindy lahir dari pasangan mama Adena Fathiyya dan papa Kms. Adnan Dhiaurrahman.
***
Cindy duduk di balkon kamar hotel, yang menghadap langsung ke sebuah jembatan yang merupakan ikon kota Palembang.
Jembatan Ampera. Nama Ampera sendiri singkatan dari Amanat Penderitaan Rakyat.
Jembatan sebagus ini pun punya cerita tidak menyenangkan dalam sejarahnya. Banyak perjuangan dan pengorbanan, hingga bisa menjadi kokoh seperti sekarang ini.Sinar matahari terbit sudah menghiasi langit kota Palembang. Kemarin saat baru saja sampai di sini Cindy mengirimkan chat pada dokter Bisma.
Dok, aku bingung mau mulai dari mana. Aku masih belum kemana-mana. Masih di hotel.
dr. Bisma Kalandra :
Ya sudah, besok aku dan abangmu ke sana. Kamu jaga diri baik-baik.Sungguh. Cindy benar-benar bingung. Tidak tahu harus mulai dari mana mencari keluarga kandungnya. Keputusan nekad Cindy memang terkesan bodoh. Dia tidak tahu orang tuanya tinggal di mana, dia tidak tahu wajah kedua orang tuanya seperti apa.
Bahkan dia tidak begitu paham dengan kota ini. Terdengar seperti lelucon, dia yang selalu bangga mendeklarasikan bahwa dia berasal dari Bumi Sriwijaya. Namun, tidak pernah mengenal dengan baik tanah kelahirannya, bahkan kota ini seolah asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cindy & Claudya (Republish)
FanfictionCindy, seorang dokter di salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta. Bersama adik kembarnya-Claudya-sejak kecil bersahabat dengan Chandrika yang tak lain tetangganya. Cindy jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Namun, sang sahabat sudah lebih dulu me...