"KEJUTAN ...." Suara nyaring seseorang dari dalam kamar asrama Cindy.
"CLAUDYA ...," teriak Cindy.
Cindy terduduk di lantai memegangi dada kirinya. Tubuhnya lemas, masih syok, pikirannya sempat kacau. Bagaimana bisa kamarnya terbuka sementara dia sangat mengingat jelas telah menguncinya. Belum lagi ucapan dokter Bisma yang menambah ketakutan.
Dokter Bisma membantunya berdiri, menopang tubuh Cindy agar tidak terjatuh, lututnya masih lemas. Cindy menoleh ke arah belakang, di ambang pintu luar ada sosok tinggi yang selalu menempeli Claudya—Chandrika.
"Nyebelin banget, sih, kalian," jerit Cindy.
"Maaf ya, Cin," cicit Claudya, yang sudah memegang tangan Cindy meminta ampunan.
Cindy menarik tangannya, dia tidak marah hanya kesal dengan Claudya. Cindy duduk di depan Claudya dan Chandrika, melipat tangan di dada menatap tajam mereka bergantian.
Merek sudah di cafetaria asrama di lantai dasar."Udah, maafin aja. Lagi pula—"
Cindy mendelik menatap dokter Bisma yang duduk di samping kirinya. "Dokter juga, sama aja!" Sungutnya.
"Sekarang ... ceritain ke gue kenapa lo bisa sampai sini, mau ngapain lo berdua ke sini? Honeymoon?"
"Ide yang bagus, Cin. Makasih ya ide lo cemer—"
Nyebelin banget, kan. Jawabannya itu ... yang tadinya nggak emosi mendadak bikin emosi jadi mendidih.
Chandrika menghentikan ucapannya, tangan Cindy sudah meraih sebotol air mineral di atas meja. Jika saja dokter Bisma tidak mencekal pergelangan tangannya, mungkin saja kepala Chan sudah kena hantaman botol air mineral itu.
"Sabar, oke? Kamu bisa melukai temanmu," papar dokter Bisma.
Tangannya di genggam dokter Bisma di bawah meja, takut-takut jika tangan Cindy akan kembali berulah lagi. Cindy menatap Claudya meminta jawaban.
Claudya membuka suaranya. Menarik pelan napasnya sebelum berucap, "Gue minta maaf, Cin. Kalo gue buat lo khawatir sama gue. Gue pengin liburan bareng sama lo, lagian juga, kan lo yang bilang nanti kita liburan bareng, gue konsultasikan dahulu sama dokter B, kok. Kalo nggak percaya tanya aja sama dokter B."
"Iya, saya yang memberi izin. Sesuai hasil pemeriksaan bulan ini, Claudya cukup sehat untuk berpergian jauh," terang dokter Bisma.
"Gue cuma nemenin Cla, Cin. Gue nggak mungkin, kan ngebiarin Cla pergi sendiri—"
"Udah tahu, nggak usah dijelaskan. Emang sudah kerjaan lo nempelin Claudya," potong Cindy.
Cindy menatap Claudya, mengaduk-aduk minumannya tanpa berniat meminumnya.
"Sekarang jelasin juga, kenapa bisa lo masuk kamar gue. Gue ingat betul, kamarnya gue kunci."
Claudya dan Chan menunduk. Mulut mereka mendadak bungkam belum ada yang mau membuka suara.
Bagus! Kompak ya kalian berdua.
"Kalau yang itu, tanya ... dokter B," cicit pelan Claudya.
Cindy memutar pandangan, menatap dokter Bisma menuntut jawaban.
"Saya minta kunci cadangan kamar kamu pada pihak penanggung jawab asrama. Memberikannya ke Claudya."
"Kok bisa?" tanyaku bingung.
"Bisa dong, kamu lupa siapa say—"
"Iya. Iya. Aku ingat siapa Dokter. Calon pimpinan Kalandra Hospital, kan?" Cibir Cindy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cindy & Claudya (Republish)
FanfictionCindy, seorang dokter di salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta. Bersama adik kembarnya-Claudya-sejak kecil bersahabat dengan Chandrika yang tak lain tetangganya. Cindy jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Namun, sang sahabat sudah lebih dulu me...