Waktu sudah menunjukkan saatnya mengisi kekosongan perut dengan jatah makan siang. Namun, Cindy masih berdiam diri di ruang praktiknya meski pasien terakhirnya sudah selesai sejak dua puluh menit yang lalu.
"Selesai sudah tugasku hari ini," gumamnya sembari membereskan meja kerja.
Tiba-tiba suster Erika kembali mengetuk pintu ruang praktiknya dan kembali masuk.
"Maaf, Dok. ada tamu yang mau ketemu sama dokter," kata suster Erika yang sudah berdiri di depan meja kerja Cindy.
"Siapa sus?"
"Sepertinya suami istri, masih muda. Katanya, sih. Kakak dokter Cindy."
Cindy menarik garis senyum, dia paham dengan yang di maksud suster Erika. Cindy memberi titah mempersilakan 'tamu' ini masuk ke ruangannya.
"Selamat siang, Dokter Cindy," sapa pria yang Cindy temui satu bulan lalu, saat Claudya masih dirawat di rumah sakit ini.
Ya. kurang lebih Sudah satu bulan Sejak kejadian Claudya di opname di sini. Sudah satu bulan juga Cindy tidak pulang ke rumah.
"Siang. Pak, Bu. Silahkan duduk. Ini siapa yang sakit, ya, Pak? Dan keluhannya apa?" goda Cindy pada Bang Cakka dan Kak Ina.
"Nggak ada yang sakit, kok, Dok. Kita Cuma mau minta sumbangan aja," goda balik Bang Cakka.
Cindy berdecak, garis bibirnya tertarik lebih ke atas mendengar guyonan abang satu-satunya yang Cindy miliki.
"Hmm ... sepertinya kalian berdua dalam keadaan sehat-sehat aja, nih. Kayaknya nggak kita nggak perlu ya, ngobrol dalam ruangan ini."
"Sebenarnya, sih. Nggak apa-apa kok, Dek. Kita ngobrol di sini. Kita kan bukan Claudya. Tenang aja kita nggak akan ngomel-ngomel, kok. Hanya karena bau obat."
Cindy menarik senyum lebih lebar, Bang Cakka mengingat kejadian beberapa tahun lalu, saat Cindy dan Claudya masih duduk di SMA.
Pernah dulu Claudya diminta bunda, untuk menemani Cindy ke klinik dokter. Karena Cindy terserang flu. Bang Cakka bertugas mengantar mereka.
Saat giliran Cindy dipanggil, sudah memasuki salat zuhur. Jadilah dokternya meminta izin untuk salat sebentar.Claudya yang memang tidak menyukai keadaan seperti itu, semakin menekuk wajahnya dan tak hentinya ngomel-ngomel. "Itu dokter salat zuhur di Bekasi? Kok, lama bener, sih." Dan gerutuan Claudya itu, sampai rumah masih berlanjut.
Cindy mengumpulkan kembali fokusnya, menyudahi mengenang memori lama.
"Gimana, kalo kita sambil makan siang aja. Di depan rumah sakit, ada cafe baru buka. Menurut recommend temen-temen, sih, enak. Tempatnya juga nyaman," ajak Cindy pada kedua kakaknya.
"Ya, udah, deh. Kita nurut aja apa kata Dokter Cindy, asal kita ditraktir aja," goda kembali bang Cakka.
"Dih ... gembel banget, sih, Bang. Makan siang minta traktir sama adiknya. Giliran honeymoon di Maldives, bisa. Kenapa, kalian kehabisan modal, ya?" sarkastik Cindy sambil memutar handle pintu ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cindy & Claudya (Republish)
FanfictionCindy, seorang dokter di salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta. Bersama adik kembarnya-Claudya-sejak kecil bersahabat dengan Chandrika yang tak lain tetangganya. Cindy jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Namun, sang sahabat sudah lebih dulu me...