"Sendirian aja, Neng?" tanyanya, sembari tersenyum menggoda. "Mau kemana? Aa' temani, ya," ucap pria itu. Yang Cindy saja tidak tahu datang dari mana. Tiba-tiba saja sudah berdiri di samping Cindy di pelataran rumah sakit.
"Apaan, sih. Dok," ujar Cindy.
"Mau ke mana?" ulang dokter Bisma.
"Mau pulang."
"Ayo, aku antar."
Cindy meneliti penampilan dokter Bisma, kemeja yang ia kenakan berwarna gelap. Masih sama seperti yang ia kenakan pagi tadi saat memeriksa Claudya, hanya saja ia mengenakan suit berwarna navy sebagai luarannya.
"Dokter mau ke mana?" tanya Cindy karena penasaran.
"Aku baru selesai pertemuan bersama kolega." Dokter Bisma kembali memberi tawaran, "ayo, mau pulang nggak?"
Cindy baru saja hendak membuka suara, menolak dokter Bisma. Namun, ia sudah berujar terlebih dahulu. "Nggak ada penolakan," tegasnya.
Cindy cemberut, selalu saja begini.
"Baiklah," sahutnya dengan nada malas.
Dokter Bisma terkekeh, mengusak rambut Cindy. Dokter Bisma berhenti dari kegiatannya, ia menatap telapak tangan yang ia gunakan mengusap puncak kepala Cindy tadi.
"Kenapa?" tanya Cindy.
"Biasanya halus, wangi. Kok, sekarang lengket ya?"
"Dokter ...," rengek Cindy.
Dokter Bisma semakin tergelak, puas menggoda Cindy. Jangankan mau keramas, dari kemarin Cindy sempat membasuh wajah dan menggosok gigi.
Cindy masih berdiri melipat tangan di depan dada. "Ya, udah, aku pulang dengan taksi aja, dari pada nanti mobil Dokter jadi bau," sungutnya.
Dokter Bisma masih terlihat menahan tawanya. Ia bergerak ke samping Cindy, merangkul bahunya. "Ayo cepat, aku ada pertemuan lagi setelah ini," tandasnya.
Cindy sudah berada dalam mobil dokter Bisma. Memasang sabuk pengaman. "Dokter, ada pertemuan lagi? Ya, udah Dokter ke pertemuan aja. Aku bisa naik taksi. Nanti telat, loh."
Di balik stir, dokter Bisma memutar tubuhnya sedikit menghadap Cindy. Kedua tangannya menangkup pipi Cindy. "Cerewet sekali, sih. Dari tadi bantah aja. Lagi pula pertemuannya masih empat jam lagi, Cindy."
Cindy? Dokter Bisma menyebut nama Cindy tanpa embel-embel dokter. Seperti yang biasa ia gunakan.
Penjelasan dokter Bisma, membuat Cindy tidak bisa protes lagi.
Berada di dekat dokter Bisma, Cindy tidak bisa untuk tidak bersyukur. Ia merasa terlindungi. Cara dokter Bisma menjaga membuat teduh. Cindy menemukan sosok kakak dari dokter Bisma.
Mobil dokter Bisma sudah melaju membelah jalanan, Cindy dan dokter Bisma saling melemparkan candaan. Cindy juga sempat menanyakan tentang Claudya.
Perjalanan tiga puluh menit menuju rumah tidak terasa, saat mobil dokter Bisma sudah berada di depan pintu pagar, tidak memasuki halaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cindy & Claudya (Republish)
FanfictionCindy, seorang dokter di salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta. Bersama adik kembarnya-Claudya-sejak kecil bersahabat dengan Chandrika yang tak lain tetangganya. Cindy jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Namun, sang sahabat sudah lebih dulu me...