30. something Bad

285 49 7
                                    

Selesai sudah tugas Cindy di Bali. Ia kembali bertugas di Rumah Sakit Kalandra Jakarta.
Cindy tidak memberi tahu Claudya atau siapa pun orang di rumah. Jika hari ini ia sudah kembali ke Jakarta. Cindy ingin memberikan kejutan seperti yang Claudya lakukan waktu itu, saat ia tiba-tiba datang begitu saja ke Bali.

Kali ini Cindy juga mengajak dokter Bisma untuk bekerjasama, merahasiakan tentang kepulangannya.

"Dok, beneran nggak bilang Claudya, kan?" tanya Cindy dengan sedikit menelengkan kepala ke kanan.

"Iya. Nggak," jawabnya, kemudian menatap ke depan lagi. Konsentrasi menyetir.

Akhir-akhir ini dokter Bisma lebih sering menghubungi Cindy. Hanya sekadar menanyakan Cindy sedang apa, sudah makan belum, atau cuma sekadar mengucapkan selamat malam dan selamat beristirahat. Lucu memang, seperti anak SMP yang sedang berpacaran.

Setelah Chan dan Claudya kembali ke Jakarta, dokter Bisma juga pulang ke Jakarta. Dokter Bisma sudah lebih dulu bertugas kembali di Jakarta di bandingkan Cindy dan rekan yang lainnya.

Dokter Bisma yang menjemput Cindy di airport. Cindy sudah katakan berulang-ulang, ia bisa pulang sendiri menggunakan taksi online.

Sekeras Cindy menolak, sekeras itu juga dokter Bisma memaksa. Yang berakhir lagi-lagi Cindy mengalah menuruti kehendaknya. Cindy adalah tipe orang yang tidak enakan terhadap orang lain.

Mobil milik dokter Bisma sudah memasuki halaman rumah. Tumben pagar rumah terbuka dengan lebar.

Entah kenapa, suasana hati Cindy seketika berubah tidak nyaman. Seperti ada sesuatu mengganjal tapi entah apa.

Cindy melepas sabuk pengaman yang tadi melingkari tubuhnya. Ada perasaan ganjil, yang mendorongnya harus cepat-cepat masuk ke rumah.
Cindy turun begitu saja dari mobil dokter Bisma, tanpa menghiraukan dokter Bisma yang terlihat bingung.

Saat kakinya sudah di ambang pintu, Bude Yanti berlarian panik menuju kamar atas. Tepatnya kamar Claudya.

Cindy mengikuti langkah Bude Yanti, Cindy termenung saat sampai di kamar Claudya. Melihat bunda memeluk Claudya yang sudah terbaring lemah. Ekspresi bunda sama terkejutnya dengan Cindy, saat tatapan mereka beradu.

Cindy merasa kakinya mengambang di udara. Lemas, bingung.
Yang ia ingat, tangannya bergerak mencari kontak nama dokter Bisma pada ponselnya.

Cindy menelepon, saat sambungan sudah terhubung, tanpa mendengarkan ucapan dokter Bisma, Cindy langsung memotongnya. "Dok, ke kamar atas, sekarang! Claudya pingsan," ucapnya dengan suara bergetar.

Tidak membutuhkan waktu lebih lama. Dokter Bisma sudah berada di dekat bunda, dengan tas kecil di tangannya. Cindy syok, bingung hendak melakukan apa. Itulah sebabnya, ia masih berdiri menatap dokter Bisma. Dengan cekatan dokter Bisma mengeluarkan stetoskop dari tas kecil itu, memeriksa Claudya dengan seksama.

Dokter Bisma menelepon ambulan. Tiga puluh menit setelahnya, suara sirine terdengar memasuki halaman rumah, suara langkah gaduh mendekat ke arah kamar Claudya. Satu pria berjas putih khas dokter, menyapa dengan sopan saat melihat dokter Bisma sudah berada di sana.

***

Kosong! Layaknya korban perampokan dengan menggunakan metode hipnotis. Cindy tidak mengingat banyak kejadian apa saja setelah itu.

Seingatnya, ia sudah berada di rumah sakit. Claudya sudah ditangani dengan baik. Cindy bersandar duduk pada sofa, di ruangan dokter Bisma.

Cindy yang berniat memberikan kejutan, tapi malah ia sendiri yang dibuat terkejut. Hidup terkadang tidak main-main dalam memutarbalikkan nasib umatnya.

Cindy & Claudya (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang