Chan dan Cla masih dalam perjalanan pulang. Sejak meninggalkan rumah sakit tadi, Claudya masih belum mau membuka suara.
Meskipun Chan sudah berusaha mengajak berbicara, tapi sepertinya sekarang ia lagi menerapkan silence is gold.
"Cla ...," panggil Chan berusaha membuka pembicaraan kembali.
Diam! Ya, diam lagi yang Claudya lakukan.
"Princess-nya Chan, ngomong dong. Gue nggak betah nih, didiamkan kayak begini," ujar Chan, dengan suara sengaja dibuat-buat terdengar lucu. Sedikit usaha membujuk Claudya agar mau membuka suara.
Namun, apa yang Chan dapat? Claudya yang masih bertahan dengan mulutnya terkunci rapat, Chan jadi frustrasi sendiri jadinya.
"Ah! Fuck."
Umpatan kecil lolos begitu saja dari mulut Chan. Sadar dengan apa yang baru saja dia lakukan, Chan menoleh sedikit ke kursi penumpang di samping.
Claudya, sudah mengalihkan tatapannya ke Chan.
Oh, Tuhan ... tatapan mata itu membuat gue lemah.
Lain Claudya, lain Cindy. Jika Cindy akan melotot tajam saat mendengar Chan mengumpat, bahkan tidak segan menegur dengan kata-katanya yang terkadang tak kalah tajam. Namun, tidak dengan Claudya. Ia akan menatap Chan dengan tatapan seperti anak kucing minta dikasihani. Dan itu ... berhasil membuat Chan lemah.
tatapan Claudya sekarang sudah berkaca-kaca. Dengan sigap Chan menepikan mobil di sisi jalan yang cukup aman dari kendaraan lain.
"Eh, sorry ... sorry ... nggak seharusnya gue tadi ngomong kayak gitu," ujar Chan, tapi rasanya terlambat, satu butiran bening dari pelupuk mata Claudya jatuh begitu saja.
Entah keberanian dari mana, Chan melepas seatbelt yang dia dan Claudya pakai. Meraih bahu Claudya, lalu ... menariknya ke dalam pelukan.
Oke Chan, setelah ini siap-siap pipi lo dapat tamparan pedas. Sepedas seblak bi siti yang dagang di perempatan kompleks. Atau bahkan kepala lo, kena penggal.
Namun, apakah kali ini Chan harus berterima kasih dengan diamnya Claudya? Ya, Claudya hanya diam saja saat Chan bawanya ke dalam dekapan. Mematahkan ekpektasi-nya.
"Maaf, ya, gue nggak sengaja tadi, jangan nangis, oke?" ucap Chan, masih dengan posisi memeluknya, mengusap punggungnya.
Claudya mengangguk kecil dalam pelukannya. Tubuh Claudya sedikit Chan jauhkan, meneliti matanya yang tadi sempat mengeluarkan air mata. Meski pelukan sudah terlepas, tapi jarak antara mereka cukup dekat. Chan bisa merasakan embusan napas Claudya.
"Kita mau ke mana? Langsung pulang, ke mall, beli es krim atau ... serah lo mau ke mana, gue siap antar kemana pun."
"Gue mau ke toko buku," ucap Claudya, akhirnya membuka suara.
"Oke, siap komandan. Laksanakan," tandas Chan.
***
Chan dan Cla sudah berada di salah satu toko buku di kawasan kelapa gading. Claudya? Tetap, masih dengan mode diamnya.
Dari tadi Chan hanya mengikuti langkah kakinya. Mondar-mandir dari rak buku satu ke rak buku lainnya. Chan masih belum berani menanyakan perihal apa saja yang Claudya bicarakan saat di ruang praktik dokter Bisma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cindy & Claudya (Republish)
FanfictionCindy, seorang dokter di salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta. Bersama adik kembarnya-Claudya-sejak kecil bersahabat dengan Chandrika yang tak lain tetangganya. Cindy jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Namun, sang sahabat sudah lebih dulu me...