4

11.3K 501 1
                                    

Aku Milikmu, Om!
#AMO
Bagian 4

"Eh, Run. Kamu tau gak?" tanya Anna di sela-sela tawanya.

"Ya nggak tau lah!" jawabku cepat.

"Ish, kamu ini! Aku belum selesai bicara, Run," ujar Anna kesal. Aku dan Lisya tertawa menanggapinya.

Kini aku tidak sendirian di kamar. Ada Anna dan Lisya yang menjengukku. Mumpung gak ada mata kuliah sore katanya. Jadi, sore ini mereka menyempatkan menjengukku.

"Hihihi iya-iya. Tau apa, An?" tanyaku serius.

"Nissa mau dijodohkan masak?" tanyanya heboh.

"Iya nih, Run. Gak bisa bayangin kalau Nissa bakal sold out duluan." Kini Anna pun ikut heboh.

"Wah, iya kah? Dari kemarin Nissa belum ke sini sih, jadi aku belum dikasih tahu."

"Iya, Run. Gak nyangka banget, ya?" tanya Anna yang terlihat tersenyum seperti membayangkan sesuatu.

"Eh, ngomong-ngomong emangnya Nissa mau dijodohin?" tanyaku.

"Mau lah, mana mungkin dia nolak permintaan bundanya. Lagi pula, katanya cowoknya itu ganteng, mapan, sholeh, namanya Rangga."

Deg!

Aku menepis pikiranku yang menerka-nerka. Nama Rangga tidak hanya dimiliki satu orang bukan?

"Kamu kenapa, Run?" tanya Lisya bingung.

"Eh, gak kenapa-kenapa kok," jawabku gelagapan. Apakah sebegitu kentara kah perubahan raut wajahku?

"Run, kita pamit dulu, ya? Keburu kesorean nih," pamit Anna padaku.

Aku mengganguk dengan mengembangkan senyuman. "Iya. Makasih, ya udah mau jenguk aku."

Anna dan Lisya mengacungkan jempolnya dan membalas senyumku.

"Sama-sama, cepet sembuh, ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam. Hati-hati."

Belum lama punggung Anna dan Lisya menghilang, tiba-tiba seseorang datang. Ternyata Om Gantengku, eh.

"Hai, Om Raka," sapaku riang.

"Halo, bocil," jawabnya sekenanya.

Aku cemberut. Kenapa ia memanggilku bocil? Apa itu panggilan baruku untuk membalasku?

"Kenapa cemberut, heh?" tanyanya terlihat menahan tawa.

"Kok Om panggil aku bocil sih?" Aku bertanya balik dengan kesal.

"Hei, kau memang bocil. Bocah cilik. Hahaha." Tawanya meledak. Apakah ada yang lucu?

Aku melipat kedua tangan di dada dan membuang muka.

"Lagi pula kau juga seenaknya memanggilku Om. Apa kamu pikir aku Om-mu?"

"Iya, kamu Om Gantengku." Bicara apa aku ini? Memalukan. Ah, biar saja. Aku kan memang suka menggodanya.

"Dasar, ngaku-ngaku!"

"Biarin!" Aku menjulurkan lidahku mengejeknya.

"Dua orang yang barusan keluar dari kamarmu tadi temanmu, ya?" tanya Om Raka santai.

"Iya, Om. Cantik-cantik, ya?" tanyaku sambil menaikkan kedua alisku.

"Iya. Tapi lebih cantik kamu."

"Eh?" tanyaku bingung. Tadi Om Raka bilang apa? Dia sedang memujiku?

"Biasa aja kali! Kamu cantik kalau jadi gadis penurut. Sayangnya kamu keras kepala."

Aku Milikmu, Om!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang