25

10K 651 31
                                    

Aku Milikmu, Om!
#AMO
Bagian 25

"Tante!" pekik gadis itu semangat.
Bahkan mereka terlihat begitu akrab. Mendadak hatiku sakit. Air mataku tak terasa sudah terbendung di pelupuk mataku.

"Kamu apa kabar, Mel? Sini duduk." Mama mempersilahkan Amel duduk di sebelahnya.

"Baik. Tante gimana?"

"Baik juga kok. Alhamdulillah."

"Ini istri Raka, Tan?" Amel mengalihkan pandangannya ke arahku. Ia tersenyum padaku. Mau tak mau aku membalas senyumnya meskipun ada rasa sesak di dada.

"Amel," katanya dengan mengulurkan tangan dan membalasnya.

"Runa." Aku membalas uluran tangannya dengan memaksakan senyumku agar mengembang.

"Senang ketemu sama kamu, Runa. Semoga langgeng sama Raka yang usilnya kebangetan."

"Aamiin. Iya, Mel. Dasar Raka usil banget. Tante jadi keinget pas dia bilang kalau habis usilin kamu di sekolah," balas mama antusias.

Ah, bahkan mama dengan Amel sudah sangat akrab sejak Mas Raka masih sekolah. Hatiku semakin bergemuruh mengetahui kenyataan ini. Rasanya semakin tak nyaman berada di sini.

Tes!

Air mataku menetes tanpa permisi. Namun tepat saat tetesan itu mengenai pipiku, seseorang mengalungkan tangannya di leherku dari arah belakang. Aku pun segera mendongak melihat siapa pemilik tangan itu. Ternyata Mas Raka.

Mas Raka tersenyum manis ke arahku. Ia mendekatkan bibirnya ke telingaku dan membisikkan, "Selamat ulang tahun."

Ulang tahun? Aku bahkan lupa kalau hari ini ulang tahun. Mungkin karena terlalu memikirkan hal-hal yang terjadi akhir-akhir ini.

Aku menatap Mas Raka tak percaya. Mama dan Amel pun hanya diam memperhatikan kami. Tak ada yang membuka suara, mungkin mereka juga heran atau entahlah.

Bukannya berhenti, air mataku malah semakin mengalir deras di pipi. Mas Raka mengusapnya, lantas menuntunku untuk berdiri. Mas Raka memelukku erat tanpa merasa malu.

"Maaf," bisiknya.

Aku tak menjawab bisikannya. Aku memilih menenggelamkan wajahku di dada bidang Mas Raka dan sesenggukan di sana. Sampai suara bising menyanyikan lagu 'selamat ulang tahun' terdengar.

Aku melepas pelukan Mas Raka. Kulihat di sekelilingku sudah ada Nissa, Mas Rangga, Kak Dini, Vino, Lisya dan juga Anna. Nissa terlihat membawa sebuah tart. Mereka terlihat sumringah, bahkan mama dan Amel pun sudah mengikuti mereka. Apa mereka tidak tahu bagaimana keadaan perasaanku? Aku melirik Mas Raka, sangat menyebalkan.

Ucapan selamat ulang tahun dan do'a bergantian terucap dari bibir mereka dengan suka cita. Aku membalas mereka dengan terharu. Namun saat Mas Raka menggenggam tanganku, aku mengerucutkan bibir.

"Ngapain baik-baikin aku? Itu ada Mbak Amel di sini," sinisku tapi dengan memelankan kata 'Mbak Amel'.

"Eh, Amel? Ada Amel? Baru sadar aku. Kapan sampai di Jakarta?" tanya Mas Raka pada Mbak Amel. Menyebalkan bukan?

"Seminggu yang lalu, Rak."

Jadi benar mereka ketemuan di Bali. Aku memukul lengan Mas Raka kesal. Bisa-bisanya dia berbuat begini di depanku.

Semua orang tertawa. Apalagi Nissa yang terlihat terbahak-bahak.

"Gak gitu, Dek. Serius. Ini semua gara-gara Nissa," elaknya.

"Kok malah nyalahin Nissa sih? Kan Mas Raka yang selingkuh, hiks." Air mata yang semula sudah tak membasahi pipiku kini kembali menetes. Aku memilih menghampiri mama dan mengapit tangannya.

Aku Milikmu, Om!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang