17

9.3K 537 41
                                    

Aku Milikmu, Om!
#AMO
Bagian 17

Entah hari ini hari apa, tapi aku sangat bersemangat sekali. Kini aku sedang berada di teras depan rumah. Sedangkan Om Raka masih bermalas-malasan di kamar sambil sibuk dengan ponselnya, setelah tadi sarapan nasi goreng bersamaku.

Tiba-tiba aku ingin membuat nugget udang. Tapi di kulkas tidak ada. Jadi aku memilih menunggu tukang sayur yang biasa lewat. Itu pun kutahu dari Bu Mira--tetangga samping kiri rumah.

Tak butuh waktu lama untuk menunggu, seorang pedagang sayur keliling sudah terlihat hendak melewati rumah. Aku berlari kecil menuju gerbang.

"Sayur, Neng?" tanya tukang sayur itu.

"Mau beli udang, Kang. Ada?" tanyaku dengan mata celingukan mencari-cari udang di gerobak sayur.

"Yah, barusan dibeli Mbak Siti. Udah habis, Neng."

"Yaaah, Kang. Kalau pengen cari penjual udang di mana, ya, Kang?"

"Pasar aja, Neng. Deket kok. Gak sampe lima belas menit juga sampai kalau jalan mah."

Berarti cukup dekat. Tapi, kenapa Kang ini masih berjualan sayur kalau di sini ada pasar yang dekat? Astaghfirullah. Aku menepis pemikiranku. Rezeki sudah ada yang mengatur bukan? Nyatanya masih aja ada orang yang menunggu tukang keliling sayur.

"Di mana pasarnya itu, Kang?"

"Ini Neng lurus aja, ikutin jalan ini. Nanti kalau ada perempatan ke arah barat. Dah sampai."

Aku mengangguk paham.

"Makasih, ya, Kang," kataku tulus dengan mengulas senyum.

"Sama-sama. Ya udah kalau gitu saya pamit mau keliling lagi, ya, Neng." Tukang sayur itu tampak kembali memegang kendali gerobaknya.

"Siap, Kang. Semoga laris manis, ya?"

"Aamiin."

Tukang sayur itu akhirnya kembali berkeliling sembari mendorong gerobaknya. Dan aku pun segera masuk ke rumah untuk mengambil uang sekaligus meminta izin pada Om Raka.

"Mas, aku ke pasar bentar boleh, ya?" izinku sesaat setelah membuka pintu kamar.

Bukannya jawaban atas permintaan izinku, tapi malah dengkuran halus terdengar dari Om Raka yang tertidur. Aku jadi tidak enak kalau mau membangunkannya. Jadi, aku memilih membiarkannya tidur dan mengambil slingbag yang berada di nakas.

Aku sangat ingin membuat nugget udang. Meskipun aku harus sampai pasar agar mendapatkan udang. Dan aku akan membuat spesial untuk Om Raka. Semoga ia suka.

Aku memang bisa membuat nugget meski tak sejago bunda. Almarhumah bundaku memang sering mengajariku membuat aneka nugget. Dan aku paling suka nugget udang. Jadi, kuharap hari ini, apa yang aku suka akan disukai pula oleh orang yang kusuka.

Aku berjalan sedikit pelan agar tak mengganggu tidur suamiku. Aku jadi tidak tega sekaligus kasihan. Aku ingat saat tadi malam ia harus fokus pada ponselnya karena urusan pekerjaan.

Aku pergi ke pasar dengan berjalan santai. Sebenarnya bisa saja memakai motor Om Raka yang berada di garasi, namun aku sedang malas.

Setelah mendapatkan apa yang ingin kubeli, aku segera pulang dan akan segera membuatnya.

Aku membuat nugget kali ini dengan penuh hati. Kuharap Om Raka benar-benar menyukainya.

"Goreng apa sih, Dek? Kok baunya enak banget," kata Om Raka tiba-tiba. Bahkan ia sudah berdiri tepat di belakangku. Untung saja ia tak meletakkan kepalanya lagi di pundakk

Aku Milikmu, Om!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang