9

9.3K 471 4
                                    

Aku Milikmu, Om!
#AMO
Bagian 9

"Wah, kalian serasi lho," kalimat itu terdengar pertama kali saat aku, Om Raka, dan Vino memasuki ruangan tempat di mana dilaksanakan pesta pernikahan Nissa dan Mas Raka.

Pernyataan keluar dari seorang wanita paruh baya yang masih sangat terlihat cantik. Beliau menyambut kami dengan hangat. Beliau adalah ibunda Om Raka.

"Eh, Tante," sapaku lalu mencium punggung tangannya.

"Gimana, Ma? Udah pantes kan? Bentar lagi Raka nyusul, ya?" Om Raka menaik-naikkan alisnya saat mengatakan itu.

Aku mendelik kesal. Bagaimana bisa ia mengatakan hal itu. Aku malu.

"Iya-iya. Udah pantes kok."

Aduh, kenapa Tante Sofi juga menanggapi perkataan Om Gilaku ini?

Om Raka tersenyum puas setelah membuat candaan yang membuatku malu. Kini ia malah berjalan bersama Vino mendahuluiku menuju tempat di mana para tamu berada.

"Gak usah malu, Sayang. Sana ikutin Raka."

Aku tersenyum kikuk, lalu mengikuti Om Raka.

"Om, apaan sih kok ngomong gitu sama Tante Sofi?" tanyaku kesal. Bagaimana bisa ia mengatakan itu tanpa beban? Bahkan senyumnya tak luntur dari tadi.

"Kenapa sih? Suka-suka aku dong. Yang ngomong kan aku!" Om Raka menjulurkan lidahnya. Sungguh mengesalkan.

Kini aku diam, membiarkan Om Raka berbincang dengan teman-temannya. Sudah seperti kacang saja aku ini.

"Hei!" Tiba-tiba seseorang mengagetkanku. Aku pun segera membalikkan badanku.

"Anna! Lisya!" Aku memekik girang saat melihat dua temanku ini. Kukira Nissa tidak mengundang siapapun selain aku. Karena sejak tadi aku tak melihat teman-teman sama sekali.

"Wah, kita ketemu di sini, ya?"

Aku mengangguk.

"Ngomong-ngomong kamu sama siapa?" tanya Lisya menyadari tak ada siapapun di dekatku.

"Aku tadi sama dia," jawabku sembari menunjuk Om Raka. Yang kutunjuk pun kini menatapku. Membuatku salah tingkah sendiri.

"Cieeee ternyata temen kita yang satu ini udah ada gandengan, Sya!" pekik Anna girang.

Aku memejamkan mata meratapi kehebohan Anna.

"Sssst jangan keras-keras. Dia bukan pacarku kok. Dia itu sepupunya Nissa," ujarku pelan.

"Ish, jujur aja gak apa-apa kok. Bajunya aja udah serasi gitu kok. Bentar lagi nyusul nih," sergah Lisya tak mau kalah.

Aku menepuk pelan dahiku. Dasar! Apa mereka tidak bisa memelankan suaranya.

Aku diam tak menanggapi lagi godaan-godaan dari Lisya dan Anna. Memilih mengikuti acara dengan baik.

Memperhatikan Nissa dan Mas Rangga, tiba-tiba hatiku ngilu. Mereka begitu serasi. Pantas saja ibunya Mas Rangga sangat merestui. Kalau dibandingkan dengan aku, Nissa memang jauh lebih baik bukan?

Dadaku semakin bergemuruh saat Nissa dan Mas Rangga bersamaan menatapku pilu. Aku harus bagaimana? Ah, ini sungguh menyakitkan.

Air mataku pun sudah membendung di kelopak. Aku mengalihkan pandangan saat keduanya masih saja menatapku. Seketika air mataku lolos bersamaan dengan kontak mataku dengan Om Raka. Tatapannya terlihat bingung.

Sial! Aku segera menghapus air mata dan menjauh dari kerumunan. Aku menghampiri Tante Sofi yang berdiri tak jauh dariku, menanyakan di mana letak toilet.

Aku Milikmu, Om!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang