30

8.4K 637 45
                                    

Aku Milikmu, Om!
#AMO
Bagian 30

"Kenapa, Sayang?" Mama bertanya khawatir sembari menuntunku masuk ke dalam rumah. Aku pun menurut saja. Tapi belum sempat kami duduk, terdengar suara tangisan Reza.

"Itu Reza nangis, kita tenangin dulu. Habis itu kamu harus cerita ke Mama," ucap Mama dengan mengusap pipiku yang basah.

Aku segera menghampiri Reza yang berada di kamar. Aku menenangkannya hingga akhirnya ia tertidur. Melihat wajah damainya membuat hatiku semakin sakit.

"Sini, Sayang." Mama melambaikan tangannya agar aku ikut duduk di sofa setelah menidurkan Reza di tempat tidurnya.

Sebelum aku berjalan menuju sofa di mana mama duduk, aku mengambil amplop cokelat di nakas. Amplop yang membuat Mas Raka .... Ah, sudahlah.

Aku menyodorkan amplop itu pada Mama. Mama terkejut saat membukanya. Sudah kuduga.

"Mas Raka nuduh aku selingkuh sama Mas Rangga, Ma. Tapi Runa bener-bener nggak ngelakuin itu. Itu cuma salah paham." Aku menjelaskan dengan terisak.

Mama menatapku sejenak.

"Beneran, Ma. Runa nggak bohong. Itu Runa ketemu aja nggak sengaja."

"Foto ini pas Runa tiba-tiba pusing, terus terpaksa pegangan lengan Mas Rangga karena rasanya pengen ambruk," jelasku sambil menunjuk sebuah foto.

Aku menunjuk foto lain. "Dan ini saat Mas Rangga bingung mau ngasih Nissa kado apa, makanya dia nanya ke aku. Itu pun juga nggak sengaja ketemunya. Hiks." Tangisku semakin menjadi. Takut kalau Mama tidak mempercayaiku dan akan marah padaku.

Tanpa kuduga, Mama memelukku. Tangannya mengelus pundakku dengan begitu lembut.

"Mama percaya sama, Runa kan?" tanyaku di sela isakanku.

"Iya, Mama percaya." Mama tersenyum.

"Itu Raka dapat fotonya dari mana?"

Aku menggeleng. Aku memang belum sempat menanyakannya. Karena sejak tadi malam Mas Raka enggan berbicara denganku.

"Ya sudah nanti biar Mama tanyakan. Kamu yang sabar, ya?" Mama berujar dengan menggenggam erat tanganku. Aku hanya mengangguk pasrah.

Mama mengeluarkan ponselnya, membukanya, lalu ia dekatkan di telinganya. Entah sedang menelepon siapa.

"Pulang, Nak," kata Mama saat panggilannya mungkin sudah terhubung. Dan aku yakin, itu Mas Raka.

"Gak ada tapi-tapian. Mama tunggu sekarang," kata Mama lagi. Setelah itu ia menutup ponselnya dan memasukkannya lagi di tas.

"Sudah makan?" tanya Mama lembut.

Aku menggeleng tanda aku belum makan. Rasanya aku selera makan bila seperti ini.

"Ya udah nunggu Raka, habis ini kita ke restoran Mama. Semuanya harus jelas. Hari ini juga." Mama berkata tegas dan tak terbantahkan. Aku hanya bisa mengangguk menyetujui apa perintah Mama. Mungkin memang ini yang terbaik. Jujur, aku juga ingin masalah ini segera selesai.

"Makasih, Ma," kataku tulus sembari memeluk mama lagi. Rasanya sangat nyaman, seperti saat bersama bundaku.

Sekitar lima belas menit, Mas Raka sampai di rumah. Ia masih terlihat enggan denganku. Terlihat bagaimana ia selalu membuang muka saat mata kita tak sengaja bertemu.

"Nissa, kamu ajak suami dan mertuamu ke restoran Tante. Sekarang." Mama terlihat berbicara dengan seseorang di sana. Dan lagi, nadanya tak terbantahkan.

"Ayo ke restoran mama sekarang. Kamu mau ajak Reza atau biar mama panggilkan ART mama ke sini?" tanya mama jelas-jelas ditujukan padaku.

"Aku ajak Reza aja, ya, Ma."

Aku Milikmu, Om!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang