Sesampainya di rumah sakit, langsung saja Khloe dan Kailani menuju lokasi sahabatnya itu, dan menemukan si gadis yang duduk tak jauh dari sana langsung saja keduanya memeluk Isabelle.
"Lo sendiri gak papa, kan?"
Isabelle mengangguk takut. "Iya, cuman ... ini lama banget ...."
Namun, tak lama setelah itu, seorang pria tua keluar dari ruangan bersama dokter. Ketiganya langsung menghampiri.
"Iya, kondisi Bapak baik-baik saja," kata sang dokter, seakan menjawab pertanyaan ketiganya. Mereka tak sadar jika sang dokter berkedip pada si pria tua kemudian. "Kalian boleh pulang ... dan Bapak juga boleh pulang."
"Enggak perlu obat? Nebus obat?" Khloe bertanya.
"Yah ... cukup kasih vitamin saja, Bapak ini sepenuhnya enggak papa." Ketiganya menghela napas lega. "Tapi, mungkin Bapak perlu istirahat, dia kelelahan."
"Ya udah, kalian ke kampus saja, nah kan makin banyak yang bolos ... biar Bapak pulang sendiri, Nak."
Isabelle menggeleng. "Biar kami anter!" paksa Isabelle, ia bersama Kailani lalu membantu si pria berjalan sementara Khloe mengekori.
Keempatnya pun masuk di mobil Isabelle.
"Pak, rumah Bapak di mana?"
"Dekat kampus aja, Nak. Jadi antar Bapak ke kampus aja, biar jalan sendiri."
"Enggak, rumahnya!" Isabelle bersikeras.
"Tadi, kan, dokter bilang saya enggak papa ...."
"Tapi aku mau nolongin ampe tuntas, gak mau tau!" Isabelle dan Khloe yang duduk di belakang hanya ternganga. Akhirnya, si pria tua pun memberitahukan alamatnya ... yang berada di belakang kampus di sebuah rumah kecil di sana. Terdapat beberapa orang seperti sepasang suami istri dan anak yang tertegun akan kehadiran mereka.
"Kakek pulang ...," kata si pria tua, dengan bantuan ketiga gadis cantik itu masuk ke dalam rumah. Kebetulan ada bantal dan kasur di sana, langsung saja mereka membaringkan si pria tua ke sana tanpa menggubris keluarga itu yang menatap bingung mereka. "Makasih, Nak!"
"Ini buat Kakek, terima! Buat keluarga juga!" Isabelle menyerahkan beberapa lembar uang ratusan ribu ke kepala keluarga yang masih bingung dengan kehadiran ketiganya ....
Dan kala ketiganya berpamitan, lalu masuk ke mobil untuk beranjak pergi, barulah si pria dengan banyak uang di tangan menatap si pria tua yang kini bangkit duduk.
"An-Anda siapa?"
Telunjuk ia letakkan di mulut, lalu berbisik, "Mereka udah pergi? Bagus, deh! Ambil aja duitnya, nih nambahin karena udah berkontribusi dengan baik! Lain kali bisa aja saya ke sini dan saya harap akuin aja saya sebagai kakek kalian atau siapa, kek!" Ia lalu berdiri, membenarkan kumisnya yang tebal. "Oke, makasih banyak sekali lagi! Saya harus ngajar!"
Dan dengan langkah lancar, tak seperti tadi yang tertatih, pria itu pun keluar dari rumah itu melalui pagar belakang yang ada di kampus. Ia menuju ke toilet yang tersedia di sana, berdiri di depan westafel dan menyalakan keran, melepas kumis kemudian membasuh wajahnya.
Keriputnya menghilang.
Muka itu kini berubah menjadi muda dan segar, pria dengan mata hitam serta kepala berambut penuh ubah. Oh, tanpa uban ... ia kini melepaskan rambut palsunya hingga berubah jadi rambut cokelat terang, lalu lensa lembut yang menutupi mata birunya.
Pria tua itu berubah menjadi pria dewasa ala luar negeri.
Ia lalu membuka lemari yang ada di sana, melepaskan seluruh pakaian berupa seragam kebersihan yang memperlihatkan tubuh atletis idaman itu, menggantinya dengan pakaian kasual.
Selesai itu, ia pun menuju ke area kampus ... tampak perbedaan jelas di matanya.
"Pas saya jadi yang tadi, banyak yang cuek. You guys are fakers," gumamnya pelan, meski tetap tersenyum di hadapan mahasiswa dan mahasiswi di sekitarnya. Banyak pengagumnya di sana. Ia menghela napas panjang pasrah, hingga kini sampai di kelasnya.
"Good afternoon!" sapa pria itu singkat, sebelum akhirnya duduk di kursinya. Memulai pelajaran.
Namun, pikirannya tak fokus ....
"Kapan kita ketemu lagi?"
Hari ini sudah cukup sial bagi Khloe, karena hingga pulang sekolah pun ia tak menemukan Barra, sementara teman-temannya berusaha menenangkannya sepanjang perjalanan menuju keluar kampus.
"Udah napa, sih! Gue aja belum ketemu Pak Liam hari ini, sabar!" Isabelle mendengkus sebal.
"Tapi, kan, kita beda ... images gue—"
"Astaga, masih ingetin soal itu! Gue yakin gak papa, serius! Tetap berpikir positif! Oke, Sayang?" kata Kailani menyemangati. Keduanya lalu memeluk Khloe yang ada di tengah-tengah mereka itu. "Eh, itu Om Juna udah jemput, gue duluan, ya!"
"Iya, hati-hati, Kai!" kata Isabelle.
"Udah, jangan sedih terus!" Kailani memeluk Khloe erat. "Lo pasti bisa, gue yakin!" Khloe mengangguk sedih. "Dah!" Ia pun melambai ke arah dua sahabatnya itu menuju ke Juna yang ada di samping mobil, menunggunya.
"Lo naik taksi aja? Atau mau gue antar pulang?" Isabelle menawari.
"Ikut ...." Keduanya pun menuju parkiran. Mereka tak sadar, dari jauh, pria seraya menggendong seorang anak kecil di pelukannya yang tengah tertidur memperhatikan keduanya dari sisi tersembunyi.
"Kita ke butik, entar kukasih tau tempatnya," kata Kailani setelah Juna masuk dan duduk di sampingnya, di bangku pengemudi.
"Eh, mm ...." Sebelum menjalankan mobil, Juna menyerahkan kotak berisi ponsel pada gadis itu. "Katanya Kai tahu caranya, kan?"
"Ya tahulah, aku gak gaptek kek Om!" Kailani membuka kotak itu. "Jangan diem aja, jalan! Entar kuanuin, deh!"
Juna pun mengangguk sebelum akhirnya menjalankan mobilnya. Ia memperhatikan sang majikan sejenak yang nyatanya menyimpan kotak itu ke tas yang ia bawa. "Entar di rumah, fokus nyetir aja."
"Eh, i-iya, Kai."
Menginteruksi pria itu, mereka pun sampai di butik khusus pria. Juna menatap sekitaran dengan takjub, baju-baju di sini begitu bagus dan ia yakin ... sangat mahal.
Rezeki anak soleh.
"Om, sini-sini!" Entah kenapa, Kailani ingin membuat Juna menjadi anak muda, sekalipun statusnya ia anggap Sugar Daddy, namun ia juga female dominant hingga keputusan itulah yang ia ambil. Kebanyakan, ia mengambil baju-baju sederhana yang kekinian, meski demikian begitu stylish dan tentu cocok dengan badan Juna.
Lagi, wajah Juna terlihat muda, jadi aman-aman saja, ia malah semakin muda kala memakainya.
Setelah bergonta-ganti baju, akhirnya satu yang paling cocok yang terpilih, kaos oblong hitam, hoodie hitam, dan jin hitam.
"Nah, ini cocok, bagus!"
"Makasih, Kai!" Juna juga menyukai pakaian ini, dan pakaian-pakaian lainnya ... tetapi mendapatkan ini sudah cukup ia rasa.
"Tuh, angkat! Kita ke kasir!" Kailani berdiri, lalu menunjuk baju yang menumpuk di samping tempat ia duduk tadi.
"I-itu juga, Kai?" Juna terbata-bata melihat setumpuk baju itu, rasanya seperti mimpi.
Akan tetapi, ia tahu ini nyata ....
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
(BUKAN) SUGAR DADDY [B.U. Series - J]
Любовные романы18+ Ketika para cewek 19 tahun yang dalam masa puber kebanyakan ngehalu .... "Gue pengin punya Sugar Daddy!" kata Kailani di kala ia, Khloe dan Isabelle siap pulang ke rumah masing-masing. "Shit! Gue juga!" Isabelle merengutkan bibir. "Gue pun ... y...