Harusnya, Juna menenang, serius. Tetapi melihat gadis itu, menutup matanya, wajahnya begitu dekat, aromanya, segalanya! Tingkatan nafsunya semakin meninggi karena ini malam hari. Sempurna, sempurna, Juna kesulitan mengendalikannya.
Juna menutup mata, menahan diri dengan tidur.
Tidur ....
Tidur ....
Sesuatu tiba-tiba menempel di bibirnya. Ia tak berani membuka mata, sungguh, namun ia menikmati itu. Ia mengemutnya, dan seakan telah ahli lidahnya bermain di sana, cukup lama hingga napasnya seakan habis. Terengah. Dan setelah melepaskan bibirnya Juna membuka mata.
Kailani berada di hadapannya, dekat dengannya, masih ada kilatan di bibirnya ....
"Met tidur, Om." Kailani kembali ke mode kalemnya tadi, dengan kedua pipi yang memerah serta senyum yang ia sembunyikan di dalam benaknya. Sementara Juna frustrasi ....
Mereka baru saja berciuman?!
Juna Junior berdiri tegak, siapa yang tanggung jawab?!
Namun, kenyataan menepisnya, dan ciuman itu seketika membuat perasaan horny-nya tergantikan rasa takut. Was-was. Ia tutup matanya erat-erat, membiarkan semuanya berjalan ... memikirkan semua yang ia rasakan ... hal luar biasa itu tadi ... hanya mimpi belaka.
Ya, hanya mimpi semata.
Mimpi ....
"Om! Bangun! Udah pagi!" Juna merasakan seseorang menepuk pipinya pelan. Spontan, ia langsung bangkit duduk, hingga pening menyerangnya dan ia pun memegang kepalanya. "Duh, makanya jangan bangun kaget gitu, Om! Sana, mandi! Aku OTW ke kamarku sebelum Mamah Papah liat, dadah!"
Kailani berlari keluar setelah mencium pipi Juna, pria itu tentu kaget.
Ketegangan ini sangat mengganggunya, setiap pagi mengalami namun tak pernah sekeras ini. Dicium, tidur bersama, lalu dicium lagi. Kailani benar-benar membuatnya gila ....
Jantung Juna berdebar seiring celananya sesak ... ia melenguh.
"Sadar diri, Juna! Kamu belum selevel, kamu juga belum sah! Ingat, dia anak majikan kamu!" Juna menghela napas panjang. Sebelum akhirnya ia menenangkan dirinya.
Dan setelah tenang dan aman, ia pun membersihkan diri, perasaannya begitu berbunga-bunga seiring menyelesaikan kegiatan paginya hingga akhirnya sampai di meja sarapan.
"Pagi, Om!" sapa Kailani dengan antusias. Kedua pipi Juna memerah karenanya.
Kailani, ia menepis segala rasa malunya, karena ia memiliki fetish female dominant. Ia semakin senang memperlakukan pria itu seperti malam tadi ....
"Pa-pagi, Kai. Bu, Pak." Juna menyapa, duduk di kursi kosong di samping Kailani.
Juna seakan tak memikirkan apa pun, termasuk penampakan di sekitarnya, pikirannya hanya fokus ke Kailani ... Kailani ... dan Kailani. Ia ingin cepat-cepat menamatkan sekolah, lalu bekerja, dan akhirnya melamar si gadis. Secepatnya! Secepat-cepatnya!
Selesai sarapan, Juna dan Kailani kini berangkat ke kampus.
"Om, jangan dikasih tau Mamah Papah malam itu, ya!"
"I-iya, Kai." Mustahil, yang ada Juna malah takut ... bisa-bisa Pratama akan menendangnya dari rumah sekarang itu juga sekalipun Kailani sendiri yang bermain lebih dulu.
Ugh ... dia ingin ....
"Om belum pernah ciuman, kan?" Juna mengingatnya, kedua pipinya memerah seraya menggeleng pelan. "Aku juga belum, sih ... Om maling ciuman pertama aku." Jika Juna tengah minum saat ini, ia akan tersedak pastinya. Ia menoleh ke arah Kailani, sedikit ternganga. "Makanya ... kesannya amatir malem tadi, kan? Amatir banget ... cuman lama-kelamaan bakal kebiasa, kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
(BUKAN) SUGAR DADDY [B.U. Series - J]
Romance18+ Ketika para cewek 19 tahun yang dalam masa puber kebanyakan ngehalu .... "Gue pengin punya Sugar Daddy!" kata Kailani di kala ia, Khloe dan Isabelle siap pulang ke rumah masing-masing. "Shit! Gue juga!" Isabelle merengutkan bibir. "Gue pun ... y...