"Oh, yeah
Alright ...."Juna memulai lagunya yang bernada akustik itu.
"...
"... ..."
Hanya sebentar, padahal suara Kailani cukup manis mengikuti sebagai suara tambahan.
"... Flip on the tele'
..."
Dan mengejutkan ....
"...
Say it ain't so
..."Nada yang sangat tinggi. Kailani semakin mengagumi pria ini meski liriknya agak tak jelas.
"...
So be cool ..."
Lagi!
"...
Say it ain't so
..."Lirik paling ia sukai, karena ada kata paling manis di sana. Membuat Kailani ikut bernyanyi.
"...
Yeah, yeah-yeah, yeah-yeah ..."
Dan Kailani kembali mengikuti.
"...
Say it ain't so
."Akhirnya, selesai. Kailani kini berdiri dari duduknya dan menuju kamar, mengambil perlengkapan kuliahnya namun kala ia mengambil ponselnya, ia berhenti.
Ada pesan di grup.
Khloe: Gue sakit, demam gegara kecapekan jagain anaknya Pak Barra kemarin. Gue udah izin. Maaf, ya T^T
Isabelle: Astaga ... lo kecapean banget, ya? GWS, ya! Nanti pas pulang gue ama Kailani jenguk. Lo mau dibawain apa?
Kailani: KYAAAAAAA T^T BEBEB cepet sembuh. Gak jadi trio kalau elo gak ada.
Khloe: Apa aja T^T yang bisa dimakan orang sakit dan rasanya gak hambar T^T huaaaaaa gue makan gak ada rasa apa-apa
Kailani: Tapi lo harus tetep makan, ya! Eh, gue OTW ke kampus. Nanti pas pulang kita jenguk, bye!
Kailani sedih mengetahui kabar itu, dengan lesu ia turun ke lantai bawah, dan menemukan Juna keluar dari kamar bersama gaya baru. Ia jadi teringat hari minggu kemarin ... Tigor dan anaknya yang sakit dan langsung sembuh karena obat dari Juna.
Haruskah?
Kailani menggeleng, ia tak boleh membuat Juna melakukan aneh-aneh. Lagi. Lalu menghela napas, berdoa semoga temannya baik-baik saja. Keduanya kini keluar, menuju dan memasuki mobil. Dan kala mobil melewati depan pos, Kailani menepuk bahu Juna.
"Stop!" Juna pun menginjak rem, lalu Kailani membuka jendela. Tampak, Tigor yang baru sarapan tersenyum ke arah mereka.
"Non, Juna, pagi! Makan, Non, Juna!" katanya menyapa.
"Pak Tigor, anak Bapak gimana keadaannya?" tanyanya tanpa babibu.
"Baik, Non! Sehat! Karena ...." Tigor menggantung kalimat, rasanya tidak enak mengatakannya terlebih tatapan sang atasan yang tampak kesal.
"Baguslah ...."
Kailani hanya memastikan tidak ada yang keracunan, bisa berantakan.
"Kami jalan, ya, Pak!" Kailani menatap Juna di sampingnya. "Jalan!"
"I-iya." Juna menjalankan mobil lagi. "Kami berangkat, Bang!"
"Ya, hati-hati!"
Sesampainya di kampus, hanya ada Isabelle yang menunggui gadis itu. Rasanya sepanjang waktu di kampus ....
Hampa.
"Bosen gak ada yang polos-polos o'on." Kailani menggumam.
"Iya, gak ada yang ngomongnya tulalit." Isabelle menanggapi.
"Eh, mana Khloe?" tanya sebuah suara, membuat kedua gadis itu menoleh, tatapan keduanya yang malas langsung tergantikan gugup karena hal tersebut.
Terlebih, tatapan Barra yang tajam ....
Namun, di sisi lain, antara gugup, ada rasa marah dan kesal ... karena ia penyebab teman mereka tiada datang hari ini.
Merasa didiamkan, pria yang tengah menggendong putri kecilnya itu angkat suara lagi. "Kenapa? Ada apa sama dia?"
Kailani dan Isabelle saling pandang sejenak, sebelum akhirnya Isabelle menghela napas. "Dia sakit, Pak. Demam. Keknya kecapean."
Barra menunduk, ada siratan rasa bersalah di sana. Ia sadar, tentu saja karena ia menyuruh gadis itu menjadi babysitter anaknya yang susah-susah gampang untuk diasuh. Sekalipun maba, belum tentu ia sebebas yang dipikirkan orang-orang.
Ia terlalu fokus demi kenyamanan anaknya dan dirinya, egois, tanpa mempedulikan orang lain ....
"Ah, astaga ... saya bener-bener minta maaf." Kailani dan Isabelle bertukar pandang lagi. Barra menyadari kesalahannya. Namun, dua sisi imbang antara Barra melepaskan Khloe atau Barra tetap memperkerjakan Khloe sangatlah berat. Jika dilepaskan, bagaimana si gadis bisa PDKT dengan mudah?
Barra sibuk, lalu Khloe tak ada kelas seni ... jadi pendekat terbaik sendiri adalah ... anaknya.
Tanpa sepatah kata lagi, Barra kini berjalan pergi, masih tercetak wajah penyesalan yang kentara hingga ia ... memikirkan satu hal.
Ke rumah Khloe.
Gadis itu, sudah memberitahukan alamatnya kala mereka melakukan kesepakatan. Alamat tersebut dipakai untuk memesankan si gadis taksi online atau jika ada waktu, Barra yang akan mengantarnya. Mumpung tak ada kelas jam segini ... mungkin ia punya kesempatan.
"Papah mau ke mana?" tanya si kecil Yaya, yang terus digendong atau dibawa ke mana-mana oleh ayahnya. Tak pernah sekalipun dilepaskan.
"Ke rumah Mama."
Yaya memekik antusias, walau kemudian mengerutkan kening bingung ketika Barra memasukkannya ke mobil dan memasangkan sabuk pengaman. Barra masuk lagi melalui sisi lain mobil ke bangku kemudi dan Yaya kembali bertanya.
"Rumah Mama di mana? Kenapa enggak tinggal aja? Kenapa Mama ninggalin aku pagi tadi?"
"Dia cuman jaga kamu pas Papah gak bisa jaga kamu, Sayang." Barra mengusap puncak kepala putrinya. "Ngomong kamu makin lancar."
Yaya hanya tertawa geli. Sementara Barra tersenyum, terlihat hampa, kemudian menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju kediaman Khloe.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
(BUKAN) SUGAR DADDY [B.U. Series - J]
Romance18+ Ketika para cewek 19 tahun yang dalam masa puber kebanyakan ngehalu .... "Gue pengin punya Sugar Daddy!" kata Kailani di kala ia, Khloe dan Isabelle siap pulang ke rumah masing-masing. "Shit! Gue juga!" Isabelle merengutkan bibir. "Gue pun ... y...