"Lho, Juna, ini kenapa belakang mobil penyok begini?" tanya Pratama, membuat Juna kaget karena sepasang suami istri itu datang bersama taksi di belakangnya. "Kamu habis tabrakan?"
"Ma-maafin saya, Pak ... saya tadi enggak sengaja rem, soalnya di depan saya mendadak ada kain putih," kata Juna menunduk ketakutan. "Saya bener-bener minta maaf ...."
"Kain putih?" Pratama mengerutkan keningnya.
"Kamu enggak papa, kan?" tanya sang istri, Juna menggeleng ketakutan.
"Enggak papa, Pak, Bu. Cuman mobilnya ... dan yang nabrak tadi minta ganti, tapi gak jadi, katanya saya dimaafin." Juna semakin menunduk, rasanya tenggorokannya sakit telah melakukan kesalahan yang dianggapnya sangat besar ini.
"Eh, Mamah Papah pulang? Kok gak ngabar-ngabarin aku? Eh, Om Juna kenapa?" tanya Kailani dengan pakaian serba minimnya keluar rumah, ia menghampiri Juna dan mereka. Ia perhatikan wajah ayahnya kelihatan kesal sementara ibunya menyabarkan pria itu.
"Gak ngabarin kamu biar kamu gak minta aneh-aneh, soalnya pulangnya mendadak dan lebih cepet dari yang dipikirin. Lagian, kan udah janji liburan ini kita liburan, kan?"
Kailani menghela napas gusar, namun kini ia kembali terheran. "Ini sebenernya kenapa, sih? Om, kenapa?" tanya Kailani, mengaitkan tangannya ke Juna. Juna masih diam.
"Ya sudah, kali ini kamu saya maafkan, lain kali hati-hati kalau berkendara!" kata Pratama, mendengar itu Kailani kini menatap Juna.
"Om nabrak?" Juna mengangguk. "Om gak papa, kan? Ada yang luka?" Juna menggeleng.
"Te-terima kasih, Pak. Saya janji bakal lebih hati-hati."
Pratama hanya menghela napas, meski kesal ia tetap mengingat perjuangan Juna padanya. "Besok, bawa ke bengkel deket sekolah paket A, setelah nganter Kailani. Ya udah, kita masuk! Juna, tolong angkat barang-barang saya, ya! Jangan lupa masukin mobil ke garasi!"
"Siap, Pak!"
Orang tua Kailani pun masuk ke dalam meninggalkan banyak koper mereka di tanah, begitupun Kailani yang menyusul setelah tertawa pelan melihat Juna yang seperti anak kecil yang telah melakukan kesalahan lalu dihukum orang tuanya. Benar-benar manis dan lucu.
Juna pun mengangkat semua koper satu persatu masuk ke rumah menuju ruangan majikannya, kemudian ia pun membuka pintu mobil untuk masuk namun kegiatannya terhenti melihat seonggok bayangan yang berdiri di samping pohon. Lebih tinggi daripada pohon dan hal itulah yang membuatnya mengerutkan kening terlebih bayangan itu menjulang ... jelas bukan bayangan biasa.
Matanya mengerjap beberapa kali, memicing memastikan apa yang ia lihat benar.
Dan malah semakin mengerjap, semakin jelas wujud yang sebenarnya berupa bayangan hitam itu. Mulai membentuk sesuatu yang jelas ... buruk rupa ....
Juna berdesis, dalam keadaan sedikit ketakutan langsung masuk ke mobil dan menjalankannya masuk ke garasi. Dan kala keluar ia tahu makhluk tinggi besar dengan badan kecokelatan dan berbau anyir itu mendekat ....
Langsung, tanpa pikir panjang, ia berlari ke arah pos keamanan.
Di sana, terdapat Tigor yang bermain catur dengan seorang warga yang jaga malam.
"Lah? Kenapa kau ini? Macam dikejar setan saja!"
Juna mengulum senyum. Tigor seperti pembaca pikiran saja. "Gak papa, Bang. Lagi capek aja, tegang, soalnya tadi gak sengaja nabrakin mobil ... syukur dimaafin."
"Walaaah! Bagaimana kau ini! Parah-parah!" Juna duduk di samping Tigor, memperhatikan mereka bermain saja. Ia entah mengapa merasa tak nyaman ... terutama jika masuk ke rumah. Ia takut sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
(BUKAN) SUGAR DADDY [B.U. Series - J]
Romance18+ Ketika para cewek 19 tahun yang dalam masa puber kebanyakan ngehalu .... "Gue pengin punya Sugar Daddy!" kata Kailani di kala ia, Khloe dan Isabelle siap pulang ke rumah masing-masing. "Shit! Gue juga!" Isabelle merengutkan bibir. "Gue pun ... y...