Liam ternganga melihat kedatangan Isabelle, ia tak sendiri, namun bisa dikatakan masih sendiri, ya Tuhan, Liam berkata apa? Intinya, Isabelle datang ke sini bersama mobilnya dan mobil lain.
Dan saat ditanya ....
"Renovasi rumah."
Bagi Liam, gadis ini benar-benar gila dalam berbuat baik. Iya, dia tahu Isabelle kaya, dia anak pengusaha lumayan besar yang memproduksi beragam produk, serta pengusaha. Liam PD mengejar karena mereka lumayan setara, namun dengan kebohongan yang ia buat ini ....
Ia takut ....
Terlebih Isabelle sangat berlebihan.
Maksudnya, hei, Liam pria kepala tiga yang sehat, segar bugar dan punya harta yang agaknya setara meski ia memilih menjadi dosen biasa saja, karena ingin bersama sang sahabat walau mungkin ia akan meneruskan usaha ayahnya sebagai pengusaha bidang elektronik. Sungguh, rasanya seperti ketiban durian, sakit tetapi enak ....
Meski, sih, ada untungnya untuk keluarga kecil ini yang sebenarnya Liam sendiri bisa melakukannya.
"Terima, ya, Kek! Plis! Aku gak mau kalian terus-terusan tinggal di rumah yang terlalu kecil begini. Lagian area sini lumayan luas, beli tanahnya, digedein." Tangannya yang mulus memegang tangan Liam yang terlihat keriput. Ini make up ahli dari Barra sahabatnya.
Sungguh, malam-malam begini mendiskusikan rumah ....
"Mm ... ini terlalu berlebihan, Nak. Kami enggak mau memanfaatkan kebaikan kamu." Terimalah penolakan ini, nanti jika bangkai Liam ketahuan dia tak akan merasa sangat bersalah.
Setidaknya itu salah satu dari banyak kemungkinan yang Liam sesalkan kenapa ia tak berpikir hal itu dari awal. Hanya bagian ... ingin mencari yang tulus semata. Haruskah ia bongkar rahasianya? Sebagian dirinya setuju, sebagian lagi entah kenapa ketakutan. Padahal ia tahu Isabelle sendiri mengejarnya, dan itulah sebenarnya masalahnya ... pasti hanya karena kegantengannya.
"Yah ... kasian, Kek, pekerjanya aku panggil sore-sore. Capek-capek ke sini ...." Benar juga. Terlihat lucu kala Isabelle merengut. Rasanya ingin Liam cipok.
Liam baru membuka mulut, dan Isabelle sudah menyeletuk.
"Yeay! Gitu, dong, Kek!" Dan pelukan itu membungkamkan Liam. Ah ... nyamannya. Sudahlah, teruskan saja alurnya, dan sisanya ia harus tetap memendam, lalu Liam berwujud aslinya akan PDKT secara terpisah di kampus saja.
Lagipula, kalau mereka pandai berakting, Liam akan aman. Lalu lagi, mereka juga untung mendapatkan rumah baru. Sepantasnya mereka mendapatkan itu.
"Ya udah, besok kami dateng lagi, dadah, Kek! Ah, iya, lupa, ini makanan buat Kakek sama keluarga!" Isabelle menyerahkan banyak bingkisan ke pria yang ia anggap anak Liam itu. "Dadah, Kek!"
Dan setelah berpamitan, serta pekerja itu sudah mencatat banyak hal entah apa, mereka pun memasuki mobil masing-masing dan beranjak pergi.
"Waduh, Pak—"
Liam berdesis. "Udah, saya mau rehat, kepala saya berat!"
"Eh, makanannya ...."
"Makan kalian aja!"
Liam lalu berlari menuju kampus, menghampiri salah satu mobil yang tersedia di parkir. Kecepatan sedang ia jalankan hingga akhirnya sampai di sebuah rumah besar yang tidak lain dan tidak bukan adalah rumahnya.
Namun, baru membuka pintu, Liam dihalangi oleh seorang pria berbadan tegap yang tingginya hampir sama dengannya.
"Ah, Dad, you're home ...." Liam menyengir kikuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
(BUKAN) SUGAR DADDY [B.U. Series - J]
Romance18+ Ketika para cewek 19 tahun yang dalam masa puber kebanyakan ngehalu .... "Gue pengin punya Sugar Daddy!" kata Kailani di kala ia, Khloe dan Isabelle siap pulang ke rumah masing-masing. "Shit! Gue juga!" Isabelle merengutkan bibir. "Gue pun ... y...