Chapter 42

6.9K 426 29
                                    

"Sama-sama, Pak. Saya juga berterima kasih banyak, soalnya tanpa anak Bapak, mungkin saya dan istri enggak berada di sini lagi."

Kedua orang tua itu berbincang, sementara Juna diam. Matanya menatap ke sisi gelap rumah, makhluk mengerikan tinggi besar itu menatapnya dari kejauhan ... baunya, auranya, semuanya begitu menyengat.

Makhluk ini ia rasa penjaga rumah, dan semoga fungsinya sama dengan yang ada di rumah pagi tadi. Hanya saja, Juna merasakan ada yang berbeda ....

Mungkin semua makhluk berbeda ....

Lagipula, ia yakin makhluk itu tak akan melakukan apa-apa, mengetahui ia pasti sudah lama berada di sini dan keluarga Kailani aman-aman saja, kan? Ya, ia harus berpikir positif saja.

Selesai mengemas keseluruhan, yang kemudian diletakkan di mobil, keluarga itu pun berpamitan. Kailani memeluk Juna, seakan tak ingin lepas dengan pria itu, walau akhirnya ia bisa merelakannya. Mengingat, mereka sebentar lagi akan selalu bersama.

Hingga akhir hayat.

"Ya sudah, kami berangkat!" Mereka pun masuk ke mobil, ayah dan ibu Juna di belakang sementara Ilya menyetir dengan di sampingnya ada Juna. Ia tak menyangka ... ia punya saudari kembar yang cantik, mirip dengannya namun versi perempuan. Ia punya keluarga sekarang ... Datu, ia punya keluarga.

Tersenyum sendu, Juna memilih menatap keluar jendela, dan ia terkejut melihat seonggok sosok di kegelapan ... sekilas. Itu ... ah, bukan, sekilas seperti tadi bisa saja sosok yang berbeda namun terlihat sama dengan yang di rumah Kailani.

Sesampainya di rumah, Juna ternganga ....

Jauh lebih besar dari rumah Kailani.

"Masuk, Sayang!" Ibunya, Sayla, menuntun Juna yang terdiam di teras untuk masuk ke dalam. Bahkan, mereka disambut pembantu rumah tangga. Kailani juga punya, namun tak sepenuhnya bekerja dua puluh empat jam.

"Udah disiapkan kamar untuk putra saya?" Pembantu itu mengangguk. "Ayo, Papah antar kamu ke kamar, kamu pasti capek banget."

Canggung rasanya kala masuk lebih dalam.

Terasa begitu asing, membingungkan, terlalu banyak ruangan dan sela. Juna rasa ia akan tersesat atau ke dapur saja perlu naik ojek.

"Eh, Pah." Sayla menghentikan keduanya yang sudah melangkah beberapa kali ke depan. "Juna, kamu udah makan?"

"Saya ...." Juna menggantung kalimatnya. Entah kenapa ada sesuatu yang harus ia ganti dari kalimatnya sebelum keluar. "Juna udah makan tadi ... Mah."

Sayla begitu bahagia mendengar itu. Mamah ... dan kata ganti namanya.

"Gak mau makan lagi? Masakan Mamah kamu terkenal enak, lho." Brendon memancing Juna bersuara, ia iri istrinya sudah dipanggil Mamah oleh putra mereka yang lama hilang.

"Mm ... kalau enggak keberatan, Pah."

"Duh, Kakak, kok, ngomong begitu? Kek orang asing aja!" Ilya tampak jengkel, sampai ia tersadar apa yang barusan ia ucapkan. "Eh ... mm ... Kakak harusnya anggap kami jangan kek orang asing, Kak. Kita keluarga."

Juna mengulum bibir. "Maaf ...." Ia hanya tak terbiasa. Tiga puluh dua tahun terpisah, sedari ia kecil, siapa yang bisa seakrab itu di hari pertama?

Barang-barang Juna diurus pembantu rumah tangga, sementara kini pria itu makan bersama dengan keluarganya. Perasaannya jauh lebih tegang kebanding ia makan di rumah Kailani saat kali pertama ....

Bahkan sendok Juna bergetar kala ia ingin memasukkan nasi ke mulutnya. Dan sialnya, sendok itu terjatuh, posisinya cukup buruk hingga yang ada di atasnya ... nasi ... terlempar ke wajah Juna sendiri.

(BUKAN) SUGAR DADDY [B.U. Series - J]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang