Selesai sarapan, keduanya pun beranjak ke depan, di mana kebetulan bibi masuk.
Kailani langsung menghentikannya. "Bi, tolong benerin pakaiannya Om Juna di lemari, ya. Dia berantakin. Dirapiin!"
"Siap, Non!"
Dengan cepat bibi masuk ke kamar Juna yang terperangah, ia belum menjelaskan hal tadi. Dan baru beberapa langkah ke depan, bibi keluar lagi kemudian menghadap atasannya.
"Udah rapi semua, kok, Non."
Kailani mengerutkan kening, kemudian menatap Juna yang hanya menatapnya polos. "Kok, Om, bisa cepet banget?"
"Dari kecil saya mandiri ...."
Bisa secepat itu? Dua perempuan di hadapannya terperangah. Meski demikian, mengetahui asal muasal Juna, mereka bisa mewajarkan hal tersebut.
"Ya udah, berangkat! Entar aku telat!" Kailani sebenarnya berbohong, ia tak akan telat ... atau lebih tepatnya lebih awal agar tidak telat menemui teman-temannya. Mereka punya rencana hari ini, di Kamis yang tak terlalu cerah ini, Kailani sebenarnya pun tak tega membuat Juna yang ingin belajar ter-PHP.
Namun, mau bagaimana lagi? Kesempatannya hanya seminggu sekali ....
"Ayo, cepetan!" Keduanya pun menuju keluar dari rumah, masuk ke mobil di posisi yang sama seperti kemarin, lalu Juna menjalankannya dengan kecepatan sedang.
Bunyi ponsel berbunyi ....
Mendengar itu, Kailani langsung mengeluarkan ponsel yang berbunyi. Ponsel Juna ... dan di sana tertera nama ayahnya.
"Astaga, Papah! Om, angkat!" Kailani menyerahkan ponsel itu ke Juna, namun kedua tangan pria itu berada di kemudi. Menyadari itu, mau tak mau Kailani mengangkatnya. "Ha-halo, Pah ...."
"Eh, Kailani. Kenapa kamu yang angkat? Juna mana?" tanya sang ayah di seberang sana, Kailani melirik ke samping sejenak.
"Dia lagi nyetir di samping aku, Pah."
"Nyetir? Kalian mau ke mana?"
"Kampus ...."
"Lho, pagi banget." Kailani menepuk bibirnya, ia memang bodoh mencari alasan.
"Anu ... ada matkul tambahan, Pah. Biasa, maba, Papah ada apa nelepon? Kuserahin ke Om Juna, ya?"
"Jangan jangan, dia nyetir, bahaya." Juna melirik ke samping, tak banyak yang ia dengar selain suara Kailani dan gumaman di seberang sana. Ia bertanya apa yang Pratama katakan saat itu meski jawaban Kailani agaknya sedikit memperjelas. "Kalau kamu yang angkat, Papah rasa ponselnya udah sampe, dari kemarin, ya?"
"Iya, Pah."
"Sudah kamu ajarin Junanya, kan?"
Kailani menenggak saliva. "Sudah, kok, Pah. Sudah." Dan ia rasa jadwalnya ekstra setelah berbohong soal ini.
"Ya udah, kalian hati-hati, ya. Kasih tahu Juna jangan ngebut, dah, Sayang." Kali ini suara ibunya yang terdengar.
"Dah, Mah, Pah!" Telepon dimatikan sepihak, Kailani menggenggam erat ponsel itu.
Juna melirik lagi ke samping beberapa kali. "Ada apa, Kai?"
"Jangan kepo! Cepetan jalan!"
Sabar, Juna ... sabar ....
Sesampainya di kampus, sesuai permintaan, kali ini Juna keluar lebih dulu untuk membukakan pintu Kailani. Gadis itu dengan bangga layaknya putri keluar dari mobil, di mana ada dua sahabatnya langsung menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(BUKAN) SUGAR DADDY [B.U. Series - J]
Romans18+ Ketika para cewek 19 tahun yang dalam masa puber kebanyakan ngehalu .... "Gue pengin punya Sugar Daddy!" kata Kailani di kala ia, Khloe dan Isabelle siap pulang ke rumah masing-masing. "Shit! Gue juga!" Isabelle merengutkan bibir. "Gue pun ... y...