..
Hari ini kau berjalan dengan pelan menuju kelasmu. Kau merasa lemas dan lelah. sangat lelah. Kau memasuki ruang kelas tanpa ekspresi. Kepalamu kau letakkan di atas meja. Tak sadar, kau meneteskan air mata.
"Kau kenapa?" itu Jun, teman sebangkumu.
kau hanya menggeleng untuk menjawabnya. Jun menatapmu datar, tidak puas dengan jawabanmu.
"Hanya merasa lelah."
Setelah kau memberitahunya, dia pergi begitu saja. Kau tidak begitu peduli.
...
Beberapa menit hanya kau gunakan untuk menutup matamu, mengurangi sedikit rasa lelahmu. Sampai kau mencium aroma moka tepat di depan hidungmu, dan kau merasakan ada yang mengelus kepalamu pelan. Kau membuka matamu perlahan, melihat 2 bungkus roti rasa moka. kau menoleh ke sampingmu. Seorang lelaki berambut blonde sedang menatapmu lekat.
"Kau tak apa?" Lelaki itu memberimu air botol mineral. Kau tersenyum lalu mengambil air yang ia berikan. Ia membukakan penutup botol air itu untukmu, namun tetap menatapmu khawatir.
"Aku tak apa, Hosh." Kau meyakinkannya lalu meminum air itu.
Lelaki itu, Hoshi, memegang keningmu dan memeriksa suhu tubuhmu.
"Aku tak sakit, Hoshi." Kau kembali meyakinkannya. Ia menghela napas lega saat dia telah memeriksa suhumu, dan memastikan kau tidak demam.
"Kau tahu betapa cemasnya aku? tadi aku melihatmu berjalan dengan lemas, dan bahkan tak tersenyum seperti biasa. Kau bahkan tak mendengarku memanggilmu, kan? Kalau saja Kim ssaem tidak memanggilku ke ruangannya tadi, aku tak akan menyuruh Jun yang mena-"
Kau memotong ucapannya "Aku baik-baik saja, Kwon Hoshi."
Dia bernapas panjang lalu menatapmu lembut. "Lalu kenapa kau lemas begitu? Kata Jun kau menangis."
'Sial, Jun dibayar berapa sampai-sampai mau memberitahu Hoshi segalanya' kau mengumpati Jun dalam hati.
"Aku hanya lelah. Kau tahu? Guru kimia itu memberi tugas lagi. Sangat banyak! Dan beberapa hari lalu aku sibuk mengurus perlengkapan program kerja organisasi. Jadi aku hanya sempat mengerjakan tugas malam tadi."
Begini, yang selalu kau rutuki dalam dirimu, sesuatu yang bahkan tak ingin kau bicarakan, akan keluar dengan sendirinya dari mulutmu jika bersama Hoshi. Kau menunduk. Kau tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Kau merasakan tangannya memegang pundakmu.
"Kau.. Begadang lagi?" Kau hanya mengangguk.
"Tidur jam berapa?"
"Jam 11 kok." Kau melihat ke arah lain, tak ingin melihat Hoshi yang masih menatapmu lekat.
"Bangun jam berapa? kerja tugas jam berapa? tidur lagi jam berapa?"
"Jam 1 subuh, dan aku mengerjakannya sampai jam 5. aku tidak tidur lagi, sampai sekarang." Kau berkata pelan. Kau lebih memilih jujur. Walau bagaimanapun dia akan tahu kalau kau berbohong atau tidak.
"Kau gila? Kau bahkan hanya tidur 2 jam? (y/n), aku sudah bilang, jangan selalu memaksakan dirimu. Kau bisa kan memberitahuku? aku bisa membantumu." Ia menghela napasnya kasar. Kau hanya diam.
"Makanlah." Ia memberimu roti tadi ke tanganmu.
"Aku kan mengurus organisasi." Kau berucap, lebih tepatnya bergumam.
"Apa? Organisasi? Kalau karena itu yang membuatmu harus begadang terus, dan tidak memikirkan kondisimu, maka jangan pergi, aku akan melarangmu. Tolong jangan membuatku khawatir, (y/n)" Ia mengacak rambutnya frustasi.
Ini terulang lagi. Dia selalu melarangmu.
Kau menunduk, mengingat yang selalu ia lakukan padamu. Kau selalu berpikir apa yang dikatakan orang-orang memang benar. ia bahkan tak mengikatmu dalam hubungan apa-apa. Orang-orang yang melihatmu mungkin akan mengira kau dan Hoshi itu pacaran. Tapi, tidak.
'Dia selalu memperlakukanku begini. padahal dia bahkan bukan kekasihku.' Batinmu.
Kau terus menunduk dan melamun, hingga Hoshi berdeham dan membuatmu tersadar. Ia menghela napas pelan lalu menggenggam tanganmu.
"(y/n), dengar, maaf bila aku selalu berlebihan. Tapi yakinlah akbersungguh-sungguh. Aku selalu mengkhawatirkanmu. Aku tahu, kau pasti berpikir mengapa aku begini sedangkan aku bukan siapa-siapamu. Setiap kali kita bersama, aku selalu berpikir apa yang harus aku lakukan agar kau menerimaku. Bahkan saat kalimat pernyataan cintaku sudah di ujung lidahku, aku selalu tidak bisa mengeluarkannya. Aku, selalu gugup."
Kau membulatkan matamu. Bagaimana ia bisa mengetahui isi pikiranmu?
Ia tertawa kecil melihat ekspresimu, lalu mengacak rambutmu pelan.
"Saat orang-orang bertanya, aku selalu menjawab, untuk apa aku memberikan embel-embel status, jika aku sudah memberikan bukti, bahwa rasa sayangku itu jelas."
Kau mengerjabkan matamu beberapa kali.
"Tapi sekarang, aku akan melakukannya." Dia sempat menghela napas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
"(y/n), aku menyukaimu, menyayangimu, mencintaimu. maaf kalau aku selalu berlebihan, dan selalu melarangmu. Tapi aku selalu mengkhawatirkanmu. Apa kau mau menjadikanku kekasihmu? Apa kau mau menjadi nona Kwon-ku?"
Kau tak percaya ini. Kau terkejut. Namun bahagia, karena setelah sekian lama, ia menyatakan perasaannya padamu. Kau tersenyum dan mengangguk.
Ia memelukmu lalu mengusap kepalamu lembut.
"Cepat sembuh (y/n), jangan membuat seorang Kwon ini khawatir." Kau hanya membalasnya dengan senyuman.
Kalian saling memandangi satu sama lain. hingga bunyi bel menyadarkan kalian.
"aku ke kelasku dulu, ya." Dia berkata dan tersenyum hingga matanya membentuk garis. sangat manis.
Dia mengusap kepalamu pelan.
"Saranghae." Lalu dia pergi ke kelasnya.
___
<END>
___
hai ^^
Tau kok ini gajelad :"
janlupa vomment hehe.. Yakinlah, author semangat nulis kalau ada yang vomment °•°
yang mau request bisa di halaman pertama yang bacanya "from me [request]" ya 😊
Makasih yang udah mau baca ><
Pyeong 🧡
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen || Imagine
FanfictionHanya kumpulan kisah, yang disebut dengan 'imajinasi' for. carats [BxG] [SVT x Reader] p.s. no smut :) .. #1 imagineseventeen [oct2020] #1 seventeenimagine [nov2020] #1 imagineseventeen [nov2020] #1 Woozi [jan2021]