5˚*❀ Vernon

2.7K 244 0
                                    

"Hansol." Kau memanggil Hansol sambil mengulurkan kotak bekal yang tadi kau siapkan.

Hansol menatapmu datar, mengangkat sebelah alisnya, lalu berlalu pergi meninggalkanmu.

"Jangan jajan sembarangan!" Kau sempat meneriakinya dari dapur sebelum kau mendengar suara pintu apartemenmu terbuka dan tertutup kembali. Hansol sudah pergi.

Kau menghela napas panjang. Kau terduduk di kursi dan menatap kotak bekal tadi. Tanpa sadar, kau meneteskan air matamu. Sedih membayangkan semua perilaku Hansol terhadapmu.

"Kapan kau akan menerimaku." Kau bergumam perlahan. Kau menatap jam dinding di dekatmu, melihat jarum jam menunjukkan hampir pukul delapan.

Kau terkejut dan segera mengambil tas sekolahmu.

'Sial. Aku terlambat.' Kau merutuki dirimu sambil terus berlari keluar dari gedung apartemenmu.

Sampai kau melihat gerbang sekolahmu sudah tertutup, kau rasanya ingin mengumpat. Entahlah, kau ingin mengumpati Hansol sekarang.

"Kau terlambat sepuluh menit, nona." Seorang satpam sekolahmu menatapmu tajam.

"Ah, pak, maaf aku terlambat, boleh aku masuk saja? Aku janji, ini terakhir kalinya aku terlambat." Kau memelas berharap agar satpam itu mengasihanimu.

"(Y/n)? Ini pertama kalinya kau terlambat. Sekarang, atur buku-buku yang ada di perpustakaan dan bersihkan yang berdebu. Saat bel pergantian jam pelajaran bunyi, kau baru boleh masuk." Seorang guru yang mengenalmu tiba-tiba muncul dan memperbolehkanmu masuk.

"Baik." Kau sedikit membungkuk untuk memberi hormat lalu melangkah ke perpustakaan.

~~~

Kau berjalan dengan pelan menuju kelasmu. Kau telah selesai merapikan perpustakaan. Kini rasanya kau sangat lelah, dan jangan lupa rasa kesalmu terhadap Hansol. Terlebih lagi, sekarang kau sedang berjalan ke ruang kelasmu, tempat yang juga ditempati oleh seorang Choi Hansol, tunanganmu.

Grep-

Tiba-tiba ada seseorang yang memelukmu lalu mengambil barang bawaanmu. Dia Seungkwan, sahabatmu.

"Yak! Lee (Y/n)! Kemana saja kau? Tidak biasanya kau telat?" Seungkwan dengan wajah khawatirnya menatapmu sambil memutar-mutar tubuhmu untuk mengecek kondisimu.

Kau hanya tertawa pelan lalu melangkah menuju kursimu. Kau membuka kotak bekal -yang seharusnya tadi dimiliki Hansol- dan mengeluarkan dua sendok. Kau memberikan satu sendok itu kepada Seungkwan yang kini sudah duduk menghadapmu.

Kalian makan dari kotak bekal yang sama sambil mengobrol dengan seru. Tidak memedulikan seseorang di ujung sana yang menatap kalian datar.

"Aigoo, kalian lucu sekali. Kapan kalian akan menjadi sepasang kekasih?" Ujar salah satu temanmu.

Kau hanya tersenyum menanggapinya. Kau sedikit melirik ke arah dimana Hansol berada, namun kau hanya mendapatinya sedang bermain ponsel. Kalau sekarang kau harus mendeskripsikan perasaanmu, sebenarnya kau sedih melihat Hansol yang tidak bereaksi apapun mendengar tunangannya sedang dijodoh-jodohkan dengan lelaki lain.

'Toh, dia terpaksa menerima pertunangan ini.' Kau membatin sendiri sambil menatap makananmu. Rasanya keinginanmu untuk makan meluap dan hilang begitu saja.

"Kalau lelah, hentikan." Seakan mengerti apa yang sedang kau pikirkan, Seungkwan mengejutkanmu dengan kalimat yang barusan ia katakan. Ya, Seungkwan satu-satunya temanmu yang tahu tentang perjodohanmu dengan Hansol.

Kau mengangguk lemah dengan tatapan kosong. Haruskah?

~~~

"Aku pulang." Kau mendengar suara Hansol dari arah pintu. Kau hanya menoleh sebentar lalu kembali menyantap makananmu di meja makan.

Seventeen || ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang