---Kau menatap serius laptop di hadapanmu. Sesekali kau berhenti mengetik dan menyesap kopi cappuccino milikmu.
Sudah 2 jam kau bergelut dengan pekerjaanmu ini. Kau menggerutu saat mengingat bagaimana atasanmu menyuruhmu menyelesaikan berkas-berkas itu hari ini.
Kau kembali melanjutkan pekerjaanmu karena kopi yang kau minum sudah habis. Kau berusaha optimis bahwa sebentar lagi pekerjaanmu ini selesai. Kau tidak henti-hentinya mendengar dering singkat ponselmu. Dari bunyinya saja kau sudah tahu siapa yang sedari tadi mengirimimu pesan.
Tepat saat kau mengetik di halaman terakhir, kau mendengar dering telepon masuk. Sudah kau pastikan orang itu sangat khawatir sekarang.
Kau masih harus lanjut mengerjakan berkas itu namun kau juga tidak tega mengabaikan orang itu menunggu dan khawatir lebih lama.
Kau pun menerima panggilannya yang ternyata merupakan panggilan video. Kau meletakkan ponselmu bersandar pada cangkir kopi yang sudah kosong.
"Astaga (y/n)! Akhirnya kau menerima panggilanku. Darimana?" Mingyu, tunanganmu itu mendekatkan wajahnya pada layar ponsel, membuatmu dapat melihat wajah cemasnya dengan sangat jelas.
"Tidak dari mana-mana, aku disini sudah 2 jam." Kau menoleh melihatnya dan kembali fokus melihat laptopmu.
"Dan kau mengabaikan semua pesanku?" walau kau tidak menoleh dan melihatnya 'pun kau sudah tau sekarang ekspresinya seperti apa.
"Tidak kuabaikan, hanya saja... Menunggu, sebentar, mungkin?" Kau tidak tahu harus menjawab apa jadi kau hanya berkata seperti itu sambil tersenyum.
"Heung, baiklah, aku pernah menunggumu setahun, jadi aku bisa kau suruh menunggu sehari. Tidak, tidak sehari, beberapa jam saja aku sudah cemas sekali seperti ini." Mingyu berbicara dengan gaya bicaranya yang cepat itu, lebih kedengaran seperti bermonolog.
Kau terdiam mendengarnya. Kau ingat bagaimana ia terus menunggumu saat kau harus berkarir di luar negeri. Kalau kau ingat lagi, kau mungkin tidak bisa mendapat kekasih yang lebih baik dari Mingyu.
Kau menundukkan kepalamu dan menggigit pelan bibir bawahmu. Kau merasa bersalah dan merasa canggung untuk menanggapi ucapan Mingyu barusan.
"(y/n)? Kau kenapa, sayang?" Kau kembali mendengar suara cemas Mingyu.
Kau menggeleng pelan lalu berdiri dari kursimu.
"Sebentar, aku hanya ingin mengambil air, aku haus." Kau melangkah pelan meraih gelas dan mengisinya di dispenser air.
"Kepalamu sakit lagi? Kau harus istirahat." Mingyu bertanya saat kau sudah kembali duduk di kursimu.
"Tidak, aku hanya merasa haus." Setelah kau meneguk airmu, kau melihat ke ponselmu dan tersenyum tipis ke arah Mingyu.
"Ah! Aku tahu. Kau merasa canggung karena aku mengungkit itu kan?"
Kau mengangguk kecil, membuatnya tersenyum lembut.
"Maafkan aku, ya? Aku hanya bercanda. Lagipula tidak ada salahnya berkarir. Aku sangat bangga mempunyai tunangan yang sudah memiliki pengalaman berkarir di luar negeri."
Kau tertawa kecil saat melihatnya mengacungkan ibu jarinya lalu mengatakan "Kau yang terbaik."
"Gyu, aku harus menyelesaikan ini, mungkin masih butuh sejam lagi, aku harus mengeceknya dulu." Kau memberitahunya sambil menunjuk laptopmu.
"Eum, boleh aku menemanimu? Kau tidak perlu mematikan sambungannya. Aku akan disini melihatmu." Mingyu mengerjapkan matanya lalu tersenyum. Ia tahu kau dapat dibujuk dengan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen || Imagine
FanficHanya kumpulan kisah, yang disebut dengan 'imajinasi' for. carats [BxG] [SVT x Reader] p.s. no smut :) .. #1 imagineseventeen [oct2020] #1 seventeenimagine [nov2020] #1 imagineseventeen [nov2020] #1 Woozi [jan2021]