13˚*❀ S.Coups [#2]

2.3K 234 2
                                    

Seungcheol pov♦

Sudah hampir sebulan. Hubunganku dengan (y/n) yang selalu berjalan mulus, kini sangat rumit.

Aku menghela napas panjang melihat ruang obrolanku dengan (y/n). Aku tidak menyangka dia akan berpikir seperti itu. Bohong rasanya jika aku bilang dapat melepasnya.

"Kau terlihat kacau sekali, hyung." Hansol memberikanku segelas teh hangat, dia anak magang di klinik hewan ini.

"Aku masih tidak bisa." Aku berkata pelan lalu menyesap teh pemberiannya.

"kalau begitu mengapa kau mengiyakannya, hyung? Semua orang tahu noona adalah orang yang sangat berharga bagimu."

Hansol memang benar, aku sangat mementingkan (y/n) dibanding yang lain. Kebahagiannya menjadi prioritasku. Tapi aku juga sadar akhir-akhir ini dia terlihat tidak nyaman bersamaku.

"Setidaknya sampai dua bulan lalu, kami masih tertawa bersama dan memimpikan rumah klasik bercat putih tulang ini." Aku tertawa pelan melihat kertas majalah rumah yang sangat disukai oleh (y/n).

"Hyung, jangan bilang kau menyembunyikan segalanya? Bahkan kepedulianmu itu?" Hansol menatapku sedih.

"Aku ingat bulan lalu saat noona membawa kelincinya ke sini, aku lihat dia selalu mengedarkan pandangannya ke ruanganmu, bahkan dia terlihat sedih." Hansol berkata lagi, aku tersenyum tipis mendengarnya.

Memang benar, saat itu dia memberitahuku bahwa kelincinya sedang sakit, dan sialnya saat itu aku tidak bisa berada di sana.

Flashback#

"Cheol, bennie sakit, bagaimana ini? sejak semalam dia terus muntah dan terlihat lemah. Hiks- dia tidak akan mati kan?" Suara (y/n) yang begini akan membuatku khawatir, aku tahu dia sangat menyayangi kelincinya, bahkan sekarang dia menangis.

"(Y/n), tenanglah, sekarang kau ke klinik saja ya? Aku sedang ada pekerjaan, di klinik ada dokter magang yang akan mengobati bennie." Aku terkejut sesaat aku menyelesaikan kalimatku, dia mengakhiri panggilan ini begitu saja.

Aku segera menghubungi Hansol, dia satu-satunya yang dapat membantuku sekarang.

"Yeoboseyo hyung? Ada apa?" Begitu aku mendengar suaranya di ujung sana, aku dengan segera memberitahunya.

"Kau di klinik 'kan? Nanti (y/n) akan ke sana, kelincinya sakit. Ingat, yang teliti, kelinci itu sangat berharga."

Aku memutuskan sambungan telepon begitu aku memastikan Hansol dapat ku andalkan untuk mengobati bennie.

Flashback end#

"Jadi kau merelakannya sekarang?" Kalimat itu keluar dari mulut Hansol yang dapat membuatku terkejut. Rela? Kurasa itu tidak bisa.

"Tentu tidak."

Aku bangkit dan keluar dari klinik hewan tempatku bekerja.

Aku akan mendapatkannya lagi, meskipun aku berpikir aku sudah terlambat.

Aku akan ke perusahaan editor novel sekarang, tempatnya bekerja. Aku memasuki gedung itu dengan perasaan gelisah, takut-takut (y/n) akan menghindariku.

"Kau! Apa yang kau lakukan di sini? Aku akan menamparmu jika kau bilang ingin mencari (y/n)." Aku sedikit membungkuk memberi salam kepada atasan (y/n), seingatku dia bagian penerbitan. Aku hanya tersenyum tipis mendengar omelannya, ya aku ingat dia sudah dianggap sebagai kakak oleh (y/n).

"Iya, aku mencarinya, apa noona-" baru aku mau bertanya, dia lanjut mengomel.

"Beban hidupmu ringan sekali ya? Mengapa kau repot-repot mencarinya sekarang? Kemana kau dua bulan lalu saat (y/n) sedang tertekan dan sedang lemah? Astaga, aku bahkan mengizinkannya saat bilang dia akan menemukan inspirasi hebatnya jika pergi bersamamu seharian. Tapi setelah itu? Dia bahkan sakit dan keadaannya lebih buruk? Hah, kemana kau sebulan ini saat novelnya tidak jadi dipub-"

Seventeen || ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang