Disini kau sekarang, memandang 2 lelaki yang sedang mengobrol, sambil sesekali terkikik.
"Tidak soon, dia tidak sakit, hanya lelah katanya." Dia Jun, sedang memberitahu sebuah informasi kepada teman kelasmu.
Kau hanya tersenyum mendengar kekasihmu itu membicarakan tentang kondisi perempuan lain, teman sebangkunya. Ya, Jun adalah kekasihmu. Bukannya marah ataupun cemburu, kau justru bahagia.
Alasannya tidak lain karena kau lah yang menyuruhnya. Hoshi, teman sekelasmu, berkali-kali meminta bantuan Jun untuk menanyakan kondisi perempuan yang disukainya. Hoshi dan perempuan itu memanglah sahabat, tapi kata Hoshi, ia tak bisa 24 jam melihat keadaannya jadi dia meminta Jun membantunya.
Awalnya Jun tidak mau dengan alasan ia tak mau kau marah. Lalu Hoshi memintamu mengizinkan Jun. Kau sebenarnya tak keberatan sama sekali, toh dulunya kau dan Jun juga berkenalan karena Hoshi yang notabenenya merupakan teman eskul Jun.
Namun setelah melihat Hoshi yang kali ini sangat menyayangi gadis itu, kau iseng-iseng memberinya syarat. Karena Hoshi menyanggupi syarat yang kau berikan, yaitu membelikanmu 2 tiket nonton untukmu dan Jun, kau akhirnya menyuruh Jun untuk membantu Hoshi.
"Eum.. Jadi dia sebenarnya kenapa? Tadi kau bilang dia itu menangis." Kau mulai bergabung dalam pembicaraan mereka.
"Iya, aku melihatnya menangis. Tapi saat kutanyai, katanya dia hanya lelah, (y/n)." Dia berkata sambil memperlihatkan ekspresi polosnya, namun tetap dalam gaya bicaranya yang cepat.
Kau mengangguk-ngangguk mengerti. Kau ingat sekarang, semalam, saat kau terbangun pukul 2 dini hari, kau tidak sengaja melihat profil sosial media gadis itu berwarna hijau, menandakan dia aktif pada saat itu.
"Ah! Mungkin saja dia memang sedang lelah, dia begadang semalam, ya.. Sepertinya." Kau memelankan suaramu begitu sadar apa yang baru saja kau sampaikan.
Kau pernah dengar Hoshi memarahi gadis pujaannya itu saat tahu ia memaksakan diri dan berjaga hingga larut malam. Setidaknya-
"Ya! Kenapa kau bisa tahu? Kau begadang? Lagi?"
Ups, kau lupa, Jun juga sama saja.
"Aniyeo, aku terbangun karena lapar. Dan aku melihatnya aktif di sosial media saat aku mengecek akunku."
Jun menghela napas lalu menatapmu tajam.
"Kenapa tidak menghubungiku? Aku bisa membawakanmu makanan."
"Tidak Jun, mana mungkin aku menghubungimu, kau pasti tidur, rumahmu juga jauh." Kau berbicara santai sambil mengunyah roti yang sedari tadi kau genggam.
"Tapi 'kan rumah kita hanya berjarak 1 blok. Lagipul-" belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, kau menyumbatkan roti pada mulutnya, cerewet sekali.
"Jam 2 subuh, mau datang?"
Jun tertawa kecil dan menggeleng lalu mengunyah roti tadi.
Kau melihat Hoshi bangkit dari duduknya di samping Jun lalu berlari keluar kelas. Kau tidak menghiraukannya, melainkan menoleh ke arah Jun yang kini sudah berada di sebelahmu sambil memainkan rambutmu.
"Jadi.. Kenapa kau melakukan ini?" Kau mengerutkan dahimu mendengar Jun.
"Apa?"
"Itu, menyuruhku memperhatikan perempuan lain."
"Aku tidak menyuruhmu memperhatikannya. Aku hanya menyuruhmu melaporkan kondisinya saja pada Soonyoung."
Jun menatapmu malas lalu menidurkan kepalanya di meja.
"Oh ayolah, itu sama saja (y/n)"
Kau terkikik geli melihat Jun yang sedang kesal.
"Hm? Aku menukar jasamu dengan bayaran tiket nonton, hahaha." Kau tertawa mengingat bayaran Hoshi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen || Imagine
FanfictionHanya kumpulan kisah, yang disebut dengan 'imajinasi' for. carats [BxG] [SVT x Reader] p.s. no smut :) .. #1 imagineseventeen [oct2020] #1 seventeenimagine [nov2020] #1 imagineseventeen [nov2020] #1 Woozi [jan2021]