"Tapi (y/n), apa dia benar-benar tidak bisa? Aku bingung, adikku sudah menangis."
Kau memijat pelan pelipismu, rasanya sudah ingin memutuskan sambungan telepon itu, andai kau tidak ingat yang berbicara di seberang sana itu temanmu.
"eum.. bagaimana ya, baiklah, aku akan tanyakan lagi pada Wonwoo nanti" Kau sebenarnya tidak yakin, namun jika kau tidak bilang begitu, temanmu itu akan terus memaksa.
Setelah beberapa menit meyakinkan temanmu itu bahwa kau akan memberitahu Wonwoo, akhirnya sambungan telepon itu berakhir.
-
Kau masuk ke kamar dan melihat Wonwoo yang masih setia duduk di kursinya sambil memainkan game di komputer.
"Wonwoo-ya" Kau duduk di sofa kecil yang berada di kamarmu sambil memanggilnya.
"hm?"
"Wonwoo" Kau memanggilnya lagi karena ia hanya bergumam menanggapimu.
"Jika itu untuk urusan Mihye, lupakan. Aku sedang sibuk."
Kau sedikit terkejut mendengarnya menjawabmu dengan nada rendahnya.
"Jeon-" Kau baru saja ingin memanggilnya lagi saat ia melepas headset nya dengan cepat.
Wonwoo tiba-tiba berdiri dari duduknya lalu melangkah ke arahmu. Ia menumpu kepalanya pada pundakmu sambil memelukmu.
Kau tahu ia memberimu kesempatan untuk berbicara sekarang.
"Mihye kembali menghubungiku, adiknya mengalami kesulitan. Entahlah, mungkin game nya error atau-"
ucapanmu itu dipotong oleh Wonwoo.
"Atau dia saja yang tidak tahu cara mainnya." Kau mendengar suara malas Wonwoo bertepatan dengan pelukannya yang semakin erat.
"Kalau begitu kau hanya perlu ke sana dan mengajarinya 'kan? tidak lama. Lagipula kau sedang libur." Kau mengelus rambutnya dan memberitahunya dengan lembut.
"Tapi aku hanya ingin bersamamu saat libur. Dan, urusan seperti itu bukan tugasku."
Kau terkikih pelan mendengarnya. Benar, beberapa hari ini dia sibuk menyelesaikan pekerjaannya dan hari libur ini adalah salah satu bayarannya.
"Yah.. itu karena kau bekerja di perusahaan game." Kau menahan tawamu saat mengucapkan itu, kau tahu sebentar lagi Wonwoo akan kesal.
"Aku bekerja di sana sebagai desainer grafis, huh."
Wonwoo melepas pelukannya lalu berujar dengan malas.
"hm.. Tapi kau juga suka bermain game. Kau bahkan bermain game di hari liburmu."
"Aku hanya mengecek desain karakter yang aku kerjakan, oke?" Kau mengangguk-angguk mendengarnya, ia sudah mengatakan itu sejak tadi pagi.
"Hari ini hari libur, tapi kau masih sibuk."
"Itu karena aku harus berpura-pura sibuk, hari ini kau menyuruhku membantu temanmu itu, padahal aku hanya ingin di sini bersamamu."
Kau tertawa kecil mendengar Wonwoo yang sepertinya sudah lumayan kesal.
"Hm.. Tapi aku ada pekerjaan, aku harus ke resto sekarang." Kau kembali menahan tawamu melihat Wonwoo yang sekarang menatapmu tidak percaya sambil terus mengedipkan matanya.
"Kupikir kau juga sedang libur?"
"Ada pelanggan tetap yang tidak yakin bila kuenya tidak dibuat olehku, jadi aku hanya akan ke sana untuk melakukan finishing" Kau menjelaskannya dan tersenyum kepada Wonwoo untuk meyakinkannya.
"uh.. Jadi pembuat kue ternyata menyusahkan." Wonwoo bergumam dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa.
"Chef-" baru saja kau ingin mengoreksinya, namun ia lebih dulu memotong ucapanmu.
"Chef pastry. Iya, aku tahu. Baiklah aku akan mengantarmu ke resto. Sebentar saja, kan? kalau begitu aku bisa menunggumu." Wonwoo berucap santai lalu beranjak untuk mematikan komputernya, ia baru ingat.
"Nah, sementara aku bekerja, kau bisa ke rumah Mihye dulu, kan? Setidaknya lihat apa yang bisa kau bantu." Kau kembali mencoba mengingatkan Wonwoo tentang urusan temanmu itu.
Wonwoo kembali menatapmu tidak percaya. Ia mencoba memikirkan alasan untuk menolak.
"Oh ayolah, (y/n). Kau masih ingin aku ke sana? Terakhir kali aku ke sana untuk urusan game adiknya itu, kita batal kencan, dan berakhir aku ikut makan malam dengan orang tuanya. Kau ingin itu terjadi lagi?"
Kau yang sedang merias wajahmu berhenti dan menoleh ke arah Wonwoo yang saat ini duduk di kasur sambil memasang wajah cemberut.
"Tentu tidak. Tapi, saat orang lain butuh bantuan, kita harus berusaha membantunya, benar?" Kau kembali memberi sedikit riasan pada wajahmu dan menatap pantulan diri Wonwoo di cermin.
"Hm, benar."
Kau tersenyum melihat Wonwoo yang akhirnya pasrah. Kau melihatnya mengambil topi dan kacamatanya, ia sudah siap untuk keluar rumah.
--
"Baiklah, kau bisa menjemputku bila sudah selesai. Aku mungkin akan selesai dalam satu jam." Kau mengambil tas kecilmu dari kursi belakang mobil.
"Tiga puluh menit. Aku akan kembali dalam tiga puluh menit. Aku tidak akan lama di sana." Wonwoo mengusak pelan rambutmu.
Kau hanya mengacungkan ibu jarimu padanya dan bersiap untuk keluar dari mobil.
"Tapi aku penasaran, kau tidak khawatir? Kau bahkan tahu temanmu itu menyukaiku." Kau mendengar Wonwoo yang berbicara pelan.
Kau tersenyum menanggapinya.
"Aku tahu. Aku juga tahu ia memanggilmu untuk urusan game adiknya hanya sebagai alasan untuk menemuimu." Kau mengakhiri ucapanmu dengan tawa kecil.
Kau melihat Wonwoo yang kini menatapmu bingung, menunggumu melanjutkan apa yang ingin kau katakan.
"Tapi aku percaya padamu." Kau hanya mengatakan itu namun cukup untuk membuat Wonwoo tersenyum.
Ia memelukmu dan mengecup pipimu dengan cepat.
"Baiklah, apapun yang kau katakan."
Kau membalas senyumnya sebelum keluar dari mobil dan masuk ke resto untuk melakukan pekerjaanmu.
.
[End of Imagine]
.aku gatau kenapa lama banget ga update :( dan chapter wonu bahkan ga ku up pas dia ultah huhuu sowwyy
anyway, vote and kommen🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen || Imagine
Fiksi PenggemarHanya kumpulan kisah, yang disebut dengan 'imajinasi' for. carats [BxG] [SVT x Reader] p.s. no smut :) .. #1 imagineseventeen [oct2020] #1 seventeenimagine [nov2020] #1 imagineseventeen [nov2020] #1 Woozi [jan2021]