Kau berjalan menyusuri ramainya pusat perbelanjaan, mengamati segala macam bahan makanan yang terpajang di sana, sambil sesekali mengecek harganya.
Kau sudah di sini selama sejam. Namun tak kunjung menyelesaikan kegiatanmu. Kau sedang berbelanja bulanan untuk keperluan apartment mu, sendirian. Sesekali kau menggerutu mengingat kekasihmu yang tidak ingin menemanimu, dengan alasan sedang merajuk.
Tadi kau memang sempat memintanya menemanimu berbelanja, namun ia melarangmu karena kau sedang dalam masa pemulihanmu. Kau memang sempat sakit kemarin. Tapi kau bersikeras untuk tetap pergi meskipun kepalamu masih sakit, dan meninggalkan Seungkwan yang sedang marah.
Saat kau membayar belanjaanmu di kasir, kau merasa sangat pusing dan rasanya kau tidak dapat berdiri tegak lagi. Sampai sepasang tangan menahan dirimu dan menggenggam erat lenganmu. Kau terkejut dan melihat Seungkwan berada di sampingmu sambil membayar belanjaanmu.
Kau tetap diam dan mengikuti Seungkwan yang menuntunmu menuju mobilnya. Kau duduk di sampingnya, melihat segala gerak geriknya yang tak kunjung memberimu sepatah kata pun.
"Boo" Panggilmu, Seungkwan hanya menoleh sebentar lalu memasang seatbelt nya dan tidak menghiraukanmu lagi.
"Tidurlah." Seungkwan menyuruhmu namun tetap fokus menyetir.
Kau cemberut mendengarnya, ia jelas masih kesal padamu. Kau menuruti keinginannya dan tertidur namun tetap menghadap Seungkwan. Seungkwan yang melihatmu sudah tertidur menatapmu dan tersenyum kecil lalu menghela napas lega.
"Aku tahu akan begini, untung aku mengikutimu (y/n)." Seungkwan bergumam lalu mengambil selimut kecil di kursi belakang lalu memakaikanmu.
..
Sudah sore hari dan kau terbangun dari tidurmu, kau menemukan dirimu berada di kamar yang tak asing bagimu. Kamarmu. Namun ini di rumah Seungkwan. Ya, Seungkwan menyediakanmu kamar di rumahnya, katanya agar kau betah sering sering menginap di rumahnya.
Kau merogoh tasmu dan mengambil ponselmu lalu mengecek beberapa pesan masuk. Tak banyak yang mengirimmu pesan, hanya beberapa teman kantormu dan dari ibumu. Kau mengecek pesan dari ibumu dan membacanya.
"(Y/n), Seungkwan tadi menelepon ibu, katanya kau sakit? Makanya jangan keras kepala. Dengarkan Seungkwan jika ia melarangmu, itu kan demi kebaikanmu. Jangan hubungi ibu setelah ini sampai kau benar-benar sembuh! Baiklah, tidur yang nyenyak ya, menginap saja di rumah Seungkwan sampai kau sembuh. Dia sangat khawatir, kau tahu?"
Kau menghela napas panjang begitu membaca pesan dari ibumu, wah bahkan ibumu berpihak pada Seungkwan. Kau baru akan membuka pesan dari temanmu saat kau mendengar langkah kaki seseorang yang mendekat ke kamarmu. Kau dengan segera meletakkan ponselmu di nakas samping tempat tidur dan berpura-pura tidur.
Kau memejamkan matamu dan sebisa mungkin berpura-pura sedang tertidur lelap. Kau mendengar langkah kaki Seungkwan yang memasuki kamarmu lalu duduk di tepi ranjang.
"Kau tahu aku selalu khawatir, masih saja kau keras kepala. Kau bahkan lupa meminum vitaminmu. Padahal aku sudah bilang untuk selalu membawanya bersamamu. Argh, kau membuatku ingin kesal (y/n)." Kau yang mendengar Seungkwan mengomel seperti itu justru membuatmu menahan tawamu.
Seungkwan mengusap pelan pucuk kepalamu lalu mencubit pelan pipimu.
Kau menunggunya sampai ia beranjak dan meninggalkan kamarmu. Namun betapa terkejutnya kau saat ia tertawa kecil."Aku tahu kau berpura-pura tidur. Buka matamu, di nakas sudah ada susu kambing, baik untuk kesehatanmu. Oiya, jangan berharap untuk bermain ponsel hari ini. Itu akan membuat kepalamu tambah sakit."
Kau yang mendengarnya segera membuka matamu dan membelalakkan matamu tak percaya melihat Seungkwan berdiri di ambang pintu sambil memegang ponselmu dan menampakkan wajah tegasnya, yang justru menurutmu menggemaskan.
Kau bangkit dari tempat tidur dan berlari kecil ke arahnya, lalu memeluknya, ingin berdamai.
"Kau pikir bisa membujukku kali ini? Tidak nona. Sekarang minum susu dan vitamin yang sudah kusiapkan, lalu mandi dan tidur lagi. Kalau besok kau sudah baikan, baru ku kembalikan ponselmu." Seungkwan menuntunmu pelan menuju nakas lalu menyuruhmu duduk di tepi ranjang, memberimu segelas susu dan vitamin. Kau hanya diam dan terus melihatnya.
"Maaf." Gumammu.
"Astaga, kan aku masih marah. Ah sudahlah, minum sendiri, aku pergi dulu." Seungkwan menepuk pelan keningnya lalu pergi meninggalkanmu yang memegang gelas susu itu. Kau terkekeh pelan lalu menuruti apa yang Seungkwan katakan.
Setelah meminum susu dan vitamin, kau bangkit dan bergegas membersihkan tubuhmu karena memang sekarang sudah hampir malam.
Kau tertawa kecil mengingat tingkah Seungkwan hari ini. Sangat manis menurutmu. Ia adalah tipe kekasih seperti itu. Sangat mengkhawatirkanmu namun ingin menunjukkan bahwa dia itu tegas dan bisa marah. Tapi marahnya Seungkwan bukannya membuatmu takut, justru sangat lucu menurutmu.
Dan sekarang kau mengerti, kenapa kau tetap nyaman bersamanya.
.
.
[END]
.
.Dont forget to eat vitamin!!
(Biar sehat dan bahagia kek Boo, hehe)
nyway, thank you so much who read this book and make a time to vomment.
Vote + comment akan membuatku sangat bahagia :'))And who even forget this bebi vitamin boi's birthday? Wish him a bootiful brthday ☺
#BootifulBooDay
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen || Imagine
Fiksi PenggemarHanya kumpulan kisah, yang disebut dengan 'imajinasi' for. carats [BxG] [SVT x Reader] p.s. no smut :) .. #1 imagineseventeen [oct2020] #1 seventeenimagine [nov2020] #1 imagineseventeen [nov2020] #1 Woozi [jan2021]