P-1

11.2K 479 39
                                    




🌿🌿




"MIN YOONGI!"

Sang pemilik nama menoleh dengan senyum merekah di bibirnya. Tak beda dengan orang yang memanggilnya. Gadis itu juga tersenyum cerah.

Beberapa detik kemudian, sang gadis berlari menghampiri si pria. Namun, si pria justru ikut berlari. Sampai terjadi kejar-kejaran di antara keduanya.

Tidak tega dengan si gadis yang sudah hampir kehabisan napas, si pria akhirnya berhenti. Lalu, merentangkan tangan bersiap menyambut dekapan gadisnya.

Keduanya berpelukan. Yoongi menciumi pucuk kepala sang kekasih bertubi-tubi. Sembari menggerakkan tubuhnya ke kanan-kiri. "Lelah, hmm?"

"Jahat! Kau membuatku kehabisan napas"

Lalu, keduanya pulang. Karena merajuk, si gadis minta digendong. Yoongi tentu tidak menolak. Baginya itu hal biasa.

"Benarkah?"

"Emm, iya"

Entah apa yang mereka bicarakan. Tapi, terlihat jelas mereka sangat menikmati suasana.



~



"Tapi, itu empat tahun lalu. Saat itu usiaku masih 22tahun dan dia 25tahun"

"Mungkin saja dia masih mencintaimu"

"Tidak" jawabnya tegas.

"Kenapa?"

"Dia hilang ingatan dalam kecelakaan 6bulan lalu"

"Amnesia?"

"Ya. Ku dengar begitu"

Jam makan siang selesai. Kedua perempuan itu harus kembali pada pekerjaannya sebagai seorang perawat.

Setelah menyeberang jalan. Akhirnya, mereka memasuki area rumah sakit. Dilewatinya setiap koridor menuju ruangan perawat.



"Sstt! Ada Tuan Park" perawat cantik bernama Seung Wan itu berbisik seraya menyenggol lengan teman di sampingnya.

Dilihatnya seorang pria tengah berjalan ke arah mereka. Dia adalah Park Jimin. Pria berusia 27tahun. Putra dari pemilik rumah sakit tempat kedua perawat itu bekerja. Meski begitu, pria itu sama sekali tidak tertarik pada dunia kedokteran. Dia justru memilih bekerja di perusahaan periklanan.

Perawat di samping Seung Wan itu hanya menghela napas panjang. Dari raut wajahnya terlihat tidak suka dengan kehadiran pria itu.

"Selamat siang, perawat Jang, perawat Son"

"Siang, Tuan" jawab Seung Wan. Sementara, perawat Jang, Jang Rae Na lebih tepatnya, hanya menatap tidak minat dengan pria itu.

"Sepertinya kalian dari makan siang?"

"Ya, baru saja. Apa yang bisa kami bantu, Tuan Park?" sahut Perawat Jang dengan sinis.

"Tidak ada. Hanya berkunjung, mungkin?" Jawab Jimin dengan ragu.

"Kalau begitu, kami permisi, Tuan. Ada pasien yang harus kami rawat" putus Perawat Jang yang mulai merasa jengah.

Keduanya mengangguk singkat. Lalu, pergi dari hadapan Tuan Park.

Dirasa cukup jauh. Seung Wan kembali berbisik pada temannya. "Aku yakin, jika tidak ada aku. Dia pasti akan mengatakan ingin makan siang denganmu"

"Mungkin saja"

Hampir sampai di pintu ruang perawat. Mereka harus kembali berhenti karena sebuah panggilan.

"Perawat Jang!"

Memutar badan, lalu menjawab. "Ya, Dokter Kim?"

"Pasien 301 apa kau yang merawat?"


"Benar, Dokter"

"Tolong bujuk dia makan siang. Lalu, minum obat. Perawat Song tidak berhasil membujuknya. Kau biasanya pandai dalam membujuk"

"Baik, Dokter Kim"

"Dan Perawat Son, tolong antarkan analisa pasien 211 ke ruanganku"

"Baik, Dokter Kim"



Sesuai permintaan Dokter Kim, Rae Na memasuki kamar 301. Terlihat di sana salah satu asisten perawat masih berusaha membujuk anak perempuan 12 tahun itu.


Perawat Song lalu berdiri dan menunduk sejenak. Rae Na kemudian berjalan menghampirinya.

"Belum mau makan?"

"Belum"

"Kau bisa keluar. Akan ku coba membujuknya"

"Baik, perawat Jang"

Setelah makanan diambil alih, Perawat Song akhirnya keluar. Membiarkan Perawat Jang menghampiri anak itu.

"Kenapa tidak mau makan, hmm?" Tanyanya dengan lembut.

Tidak ada jawaban. Anak itu hanya menunjukkan rasa tidak sukanya dengan tatapan mata.

Rae Na kemudian mengambil duduk di samping pasien. "Kalau kau tidak makan dan minum obat, kapan kau akan sembuh?"

"Aku ini sudah sembuh! Aku tidak butuh obat! Yang kubutuhkan adalah pulang!" Anak itu sedikit membentak.

"Aku tahu. Semua pasien di sini juga ingin pulang. Jangankan kalian yang sakit. Kami, para dokter dan perawat yang tidak meminum obat sepertimu saja ingin segera pulang. Tapi, kami sadar punya tanggung jawab. Kami juga dibayar. Jadi, kami bertahan di sini sampai waktu tiba kami pulang"

Rae Na menyentuh rambut sang anak sebelum kembali melanjutkan. "Kau, bukankah kau di sini membayar? Tidakkah kau merasa rugi sudah membayar mahal? Semua yang kami berikan adalah hakmu. Termasuk obat dan makanan yang kami berikan. Setelah sembuh kau tidak harus ke sini lagi. Bukankah itu sepadan?"

Anak itu diam. Namun, raut kesalnya masih tampak terlihat.

"Jadi, mau makan? Dua hari lagi bukankah kau bisa pulang? Itu menyenangkan. Jika, kau pulang dengan keadaan sehat sepenuhnya. Tentu karena kau makan dan minum obat secara teratur"

"Aku tidak suka makanan rumah sakit!" Tegas sang anak.

"Aku dan perawat yang lain sebenarnya juga tidak suka. Tapi, mau bagaimana? Semua sudah disiapkan. Andai itu tidak menyalahi prosedur, bahkan aku ingin membelikanmu eskrim. Makanya, kau makan ini dulu dan minum obat. Setelah sembuh kau tidak akan menemukan yang namanya makanan rumah sakit"

Kini anak itu menatap wajah Rae Na dengan datar. Rae Na menyambutnya dengan senyum. "Jadi, mau makan?"


"Baiklah" Jawabnya dengan malas. Kemudian, Rae Na menyuapi anak itu dengan telaten.

"Ku doakan kau tidak akan pernah masuk rumah sakit lagi"


"Hmmm"



Bersambung®®

Hei! Anybody miss me?

Miss YoonRae?

Tadinya, mau pake JK tp gak jd. Trs jimin, tss jk lagi.  Akhirnya ttp ku pake jimin aja.

Lanjut atau udahan?

Tugas perawat dan asisten perawat itu beda ternyata. Orang yg ku kira perawat itu ternyata asisten perawat.

Lavyu

Ryeozka

PLEASE, GIVE ME... / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang