🌿🌿
Perawat Jang kembali pada pekerjaannya. Memantau pasien juga asisten-asistennya. Lalu, akan berdiskusi beberapa hal dengan dokter.
Menyusuri koridor untuk menjenguk pasiennya. Tak disangka ada seorang anak perempuan kisaran 5tahun memanggilnya dengan lantang.
"Kakak perawat!"
Rae Na tentu menyambutnya dengan senyum. Anak itu lalu berlari sembari mendekap boneka yang dibawanya. Di belakang ada dua perawat yang menjaganya.
"Hei! Jangan lari!"
Anak itu justru terkekeh. Dari wajahnya terlihat sangat ceria. "Ada apa, hmm?"
"Aku hari ini pulang. Aku senang sekali!"
"Waahhh,,, bagus kalau begitu" diusapnya rambut anak itu. "Jangan sakit lagi. Jaga kesehatan, ya? Agar tidak bertemu jarum suntik seperti kemarin"
Anak itu mengangguk. "Aku tahu. Itu menyebalkan. Membuat lenganku sakit"
"Makanya, jangan sakit lagi. Hati-hati, ya kalau pulang. Salam untuk ibu dan ayahmu nanti"
"Baik. Akan ku sampaikan"
"Hei, itu ibu sudah selesai berkemas. Ayo kembali" ajak salah satu perawat yang melihat ibu anak itu berdiri di depan pintu menatap mereka.
"Sampai jumpa lagi, kakak perawat"
"Sampai jumpa"
"Kami permisi, Perawat Jang"
Rae Na hanya membalas dengan senyum. Tak lama, pria berpakaian dokter yang sedari tadi melihatnya dari jauh menghampiri.
"Kau selalu terlihat dekat dengan anak-anak"
"Dokter Kim? Anda mengagetkanku"
"Maaf" Dokter Kim tersenyum. Lalu, melanjutkan. "Tidak ingin memiliki anak sendiri? Sepertinya, sudah pantas menjadi seorang ibu" godanya.
"A-apa-apaan, dokter ini" jawab Rae Na dengan canggung. "Kalau begitu, saya permisi"
"Baiklah. Mau ke kamar 301?"
"Benar, Dokter. Saya harus memastikan perawat sudah memberinya obat. Dokter tahu sendiri, anak itu sulit sekali makan dan minum obat"
"Baiklah. Semangat, perawat Jang"
Sedikit membungkuk. Lalu, kembali melanjutkan jalannya.
Dokter Kim,
Atau lebih tepatnya Kim Seok Jin. Pria 30tahun yang berprofesi sebagai dokter umum di rumah sakit tempatnya bekerja.
Jika dilihat-lihat, sepertinya dokter itu menyukai perawat yang baru saja meninggalkannya. Terlihat dari senyumnya yang mengembang sembari menatap punggung yang semakin menjauh tersebut.
"Hei, Dokter Kim! Kalau kau menyukai perawat Jang, aku akan bilang pada ayahku"
Dokter Kim menghela napas. Sungguh, dia agak tidak suka dengan anak dari pemilik rumah sakit ini. Sikapnya yang kekanakan membuatnya tidak nyaman.
"Tuan Park, anda hanya bisa melaporkan apapun tentang saya, jika itu menyangkut perkerjaan atau rumah sakit. Sementara, tentang perasaan itu adalah urusan pribadi saya. Permisi!"
Dokter Kim pergi begitu saja. Membuat seorang Park Jimin menjadi kesal. Dokter itu selalu saja ketus padanya. Selalu menunjukkan ketidaksukaannya secara terang-terangan jika hanya berdua.
"Benar-benar sialan!"
Kembali pada Rae Na. Dia sudah berada di hadapan pasien 301. "Kau sudah makan?"
"Hmm"
"Sudah minum obat?"
"Hmm"
"Bagus. Bersabarlah. Besok kau sudah bisa pulang"
"Apa tidak bisa hari ini?"
"Tidak bisa. Obatmu harus habis"
"Tapi, aku pulang juga masih harus minum obat, kan?!" Anak itu sedikit membentak. Bahkan, membanting kasar buku yang sempat dibacanya. "Aku benar-benar tidak mau minum obat lagi!"
"Hei, orang sakit itu akan sembuh jika minum obat. Tidak peduli obat herbal atau obat kimia. Jika itu menyembuhkan, maka itu harus dikonsumsi. Tapi, lebih dari itu, jika kau menjaga kesehatanmu. Maka, kau tidak perlu minum obat"
Tidak ada reaksi. Rae Na mengambil alternatif menenangkan bocah 12tahun itu. "Begini saja. Mau keluar kamar? Ke taman, mungkin? Aku akan mengantarmu"
Anak itu menatap Rae Na. "Apa boleh?"
"Kenapa tidak? Kau hampir sembuh"
Dengan hati-hati, Rae Na membawa sang anak dengan kursi roda ke luar kamar. Sembari mendorong kursi itu, Rae Na mengajak sang anak bercerita. Ya, bukankah itu salah satu tugas perawat?
"Mau kau bawa ke mana pasien itu, Perawat Jang?"
Ah, ini Dokter Bae. Mereka bertemu di koridor.
"Saya hanya ingin membawanya ke taman"
"Apa kau sudah mendapat izin dari dokter, Perawat Jang?"
Selalu seperti ini. Dokter Bae selalu berusaha mengintimidasi Perawat Jang entah apa alasannya. Jika dilihat dari interaksi mereka, terlihat jelas jika Dokter Bae tidak menyukainya.
"Saya rasa, tidak perlu mendapat izin dari dokter. Saya cukup tahu apa yang dibutuhkan pasien. Karena saya dan beberapa perawat lain yang merawatnya"
"Apa kau bisa bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada pasien?"
"Sesuai prosedur, perawat punya tanggung jawab atas pasiennya. Jadi, saya pasti bertanggung jawab. Permisi, Dokter Bae" sedikit menunduk. Lalu, kembali mendorong kursi roda anak itu menuju taman.
"Dokter itu sepertinya menyebalkan" celetuk sang anak.
"Ssttt! Bicara apa kau ini?"
"Aku melihatnya, Dokter itu sepertinya tidak suka padamu"
"Entahlah. Mungkin beliau lelah. Jadi, perasaannya sedang buruk"
Beberapa saat saling diam. anak itu kembali berceletuk. "Ada yang memandangmu"
"Siapa?"
Bersambung®®
Siapa hayoo?
Sabar Yoonginya belm muncul. Dia masih sembunyi.
Seperti biasa. Di part2 awal gak bisa dabel tripel apdet ya.
Lavyu
Ryeozka
KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE, GIVE ME... / END
Random"Tapi, itu dulu. Saat usiaku masih 22tahun dan dia 25tahun" 1st book in this year Sunday, Jan. 26th 2020 - Wednesday, Apr. 08th 2020 Lavyu Ryeozka