P-6

3.2K 364 48
                                    



🌿🌿



Praang!!

Suara bantingan kaca diikuti teriakan terdengar keras. Membuat dua orang yang ada di ruang makan panik seketika.

"Yah, Yoongi!"

Keduanya langsung berlari ke kamar sang putra dengan panik. Segera membuka pintu, dilihatnya Yoongi sudah terduduk di pinggiran tempat tidur dengan kacau. Tangannya menjambak rambutnya sendiri.

Di sudut kamar, terlihat lampu tidur sudah menjadi beberapa keping. Beberapa barang juga berserakan di lantai bersama kertas sobekan yang cukup banyak.

Nyonya Min mendekat. Duduk di samping sang anak. Lalu, menarik tangan Yoongi dengan pelan dari kepalanya.

"Ada apa? Apa yang terjadi?"

Tidak ada jawaban. Hanya ada wajah yang terlihat frustasi dan putus asa.

Kini Tuan Min ikut mendekat. "Tenangkan dirimu. Sebaiknya kita makan malam. Lalu, minum obatmu"

Beberapa saat lalu, Yoongi tengah melihat buku catatan kecil yang biasa dibawa kemanapun dia pergi. Di sana biasanya Yoongi akan mencatat hal-hal yang dirasa penting. Agar tidak lupa. Mengingat kondisi otaknya yang sedang tidak mendukung.

'Jang Rae Na'

Mungkin itu termasuk salah satu hal penting menurut Yoongi. Karena, setelah perkenalannya di rumah sakit dua hari lalu dia langsung mencatatnya.

Melihat nama itu tertera, Yoongi langsung berpikir keras. Pasalnya, dia merasa nama dan wajah itu tidak asing. Seperti perasaan de javu mungkin.

'Siapa sebenarnya gadis itu?'

Berusaha keras mengingat. Namun, hanya pusing yang mendera. Lalu, kilasan potongan kecil yang tidak jelas tiba-tiba muncul. Sayangnya, Yoongi sama sekali tidak mengenalinya. Bayangan itu begitu cepat berganti diikuti suara bising yang mengganggu.

Yoongi kesal, marah pada dirinya sendiri. Dia membuka mata, menyobek kertas bertulislan nama itu. Dia menyesal, menyesali keadaan yang menimpanya. Hingga rasa panik, cemas, takut menguasai dirinya. Diikuti amarah yang membuncah. Akhirnya, Yoongi melampiaskan pada benda di sekitarnya.




~



Baru saja, ada korban kecelakaan masuk. Kini, orang itu ada ruang unit gawat darurat. Sedang ditangani oleh dokter. Dapat dipastikan, pasien itu mengalami patah tulang.

Rae Na tentu ikut berpartisipasi. Dia membersihkan darah yang mengalir di tubuh pasien.

"Perawat Jang"

"Ya, dokter?"

"Tolong tanyakan bagian ruang MRI. Apa ruangan bisa digunakan segera atau tidak. Lalu, pergi ke ruang operasi beritahu dokter yang ada di sana untuk menyiapkan peralatan. Jika pasien memiliki gangguan yang fatal. Kita akan langsung melakukan operasi setelah mendapat izin dari keluarganya"

"Baik, dokter"

Tak ada waktu, Rae Na langsung bergegas. Pekerjaannya pun langsung digantikan oleh perawat lain yang ada di sana. Ini situasi darurat. Keselamatan pasien adalah yang utama. Tak peduli jikalaupun ini masih terlalu pagi untuk mengatasi pekerjaan sulit.

"Maaf, apa ruangan bisa digunakan sekarang?" Rae Na bertanya sopan pada dokter yang ada di ruang MRI.

"Sebentar lagi. Kami akan siapkan"

"Baik. Terima kasih dokter"

"Apa ada pasien darurat?"

"Benar. Pasien kecelakaan"

"Yang ada di berita?"

"Saya rasa begitu"

"Baiklah"

"Saya permisi"

Setelahnya, Rae Na langsung bergegas ke ruang operasi. Memberitahu dokter yang ada di sana. Kebetulannya, ada Dokter Kim.

"Perawat Jang?"

"Selamat pagi, Dokter Kim" setelah menyapa, Rae Na beralih pada dokter lain yang berkuasa atas ruang operasi.

"Maaf, saya diperintah Dokter Jung memberi tahu Dokter untuk menyiapkan ruang operasi. Ada pasien kecelakaan"

"Ah, baik"

"Saya permisi"

"Tunggu!" Dokter Kim menghentikan langkah Rae Na. "Siapa yang akan ikut melakukan operasi?

"Saya belum tahu, Dokter. Karena pasien masih harus melakukan MRI. Mungkin setelah mendapat persetujuan dari keluarga, baru akan dibahas"

"Baiklah. Selamat bekerja kembali Perawat Jang"

Rae Na membungkuk. Lalu, bergegas dari sana. Di depan ruangan, dia berpapasan dengan Dokter Bae. Namun, Rae Na hanya membungkuk. Kemudian berlalu.




"Perawat Shin, pastikan pendarahannya berhenti"

"Baik, dokter"

"Dan pastikan jantungnya berdetak normal. Lalu, tekanan darahnya. Aku akan menemui keluarganya"

Tepat saat sang dokter keluar, Rae Na kembali.

"Dokter Jung?"

"Kau sudah kembali?"

"Sudah, dokter. Ruang MRI hampir siap. Ruang operasi juga sedang disiapkan"

"Bagus. Saya akan konsultasikan dengan keluarganya terlebih dulu"

"Tunggu, dokter!"

"Ada apa Perawat Jang?"

"Siapa saja yang ditunjuk melakukan operasi? Tadi, saya ditanya Dokter Kim Seok Jin"

"Nanti kita diskusikan. Tapi, berhubung kau sudah bertemu dengan Dokter Kim, sepertinya kita bisa bekerja sama dengan beliau. Kecuali beliau ada pasien lain"

"Kita? Apa saya juga ikut?"

"Ya. Ku rasa kau harus ikut"

Masuk ke dalam. Sudah ada Perawat Shin yang terus memantau keadaan pasien.

"Parawat Jang?"

"Bagaimana kondisinya menurutmu?"

"Ku rasa ini akan lebih buruk dari yang kita duga. Aku khawatir jika tidak segera mengambil tindakan tegas akan berdampak buruk"

"Kenapa?"

"Entahlah. Sebagai seorang perawat, aku hanya merasa seperti itu"


Ini masih sedikit tentang perawat. Masih banyak lagi tugas perawat yang begitu berat. Tapi, bagaimanapun kekuasaan perawat tetap di bawah kekuasaan dokter. Jadi, mereka tidak bisa bertindak di luar prosedur yang sudah ditentukan.

Kecuali, situasi mendesak, mungkin?





Bersambung®®

Ini agak panjang ya. Tp bagian Yoonginya cuma sedikit. Hehehe...

Browsing lagi. Ini hanya cerita ya. Saya juga gak tau pasti cara kerja pasti dokter dan perawat. Segala yg ada di rumah sakit sesungguhnya saya tidak mengerti.

Iyalah, wong saya ke rumah sakit aja blm pernah.

Ini sekali ketik, jdi maaf kalau sumbang. Dan saya browsing ttg mri nya setelah ketikan ini selesai masa. Untung nyambung. 😆😆

Lavyu

Ryeozka

PLEASE, GIVE ME... / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang