Panjang dan no edit. Maaf atas segala typo dan kalimat sumbang. Terlebih konten m(membosankan)nya
🌿🌿
Duduk di lantai bersandar dinding. Dengan kepala mendongak dan mata terpejam. Kebiasaan Rae Na setelah melewati operasi besar. Rasanya benar-benar lelah. Terlebih dengan kegelisahan hatinya akhir-akhir ini.
Kepalanya pening. Keinginan untuk menangis itu selalu muncul. Rasanya tidak tenang. Berkali dia harus menghela napas panjang sekedar meredakan otaknya yang terasa berantakan.
"Kau baik?" Suara Seung Wan menyadarkan. Lalu, hanya dijawab deheman pelan. "Operasinya lancar?"
"Hampir berantakan. Riwayatku hampir di ambang jurang"
"Tapi, berhasil, kan? Bagaimana dengan pasien?"
"Belum sadar. Dokter Kim, Dokter Bae, dan Dokter lainnya akan terus memantau dan menyiapkan tindakan-tindakan selanjutnya"
Rae Na membuka mata. Mencoba berdiri, menjadikan bahu Seung Wan sebagai pegangan.
"Kau terlihat buruk" celetuk Seung Wan.
"Aku akan pulang"
"Lalu?"
"Ku serahkan sisa tugasku hari ini pada Perawat Joo"
Mengganti seragam. Lalu, meninggalkan ruangan dengan lesu. Mungkin ini adalah ekspresi yang pertama kali terlihat dari wajah Perawat Jang setelah sekian lama bekerja di rumah sakit itu.
Turun dari bus. Berjalan kaki beberapa menit. Hingga tiba di taman belakang tempat tinggalnya dulu saat masih menempuh pendidikan. Ya, di bawah pohon besar tempat biasa dia menghabiskan waktu dengan pria Bermarga Min itu.
Rae Na langsung terduduk di bawahnya beralas rumput hijau. Menumpahkan tangisnya. Meraung histeris mengeluarkan beban hatinya.
Tempat yang dulu sangat indah kini berubah menjadi hampa. Terasa gersang seperti hatinya. Rae Na merindukan Yoongi-nya. Pria yang diharapkan dapat mengembalikan rasa kacaunya.
~
Yoongi di mobil Hoseok. Mereka menuju jalan pulang. Atas keinginan Yoongi, mereka akan melewati universitas tempat dulu mengecam pendidikan. Mungkin ada yang tertinggal di sana dan bisa membantu otaknya kembali.
"Apa yang kau perhatikan?" Hoseok menegur Yoongi.
Arah pandang pria itu tertuju pada gedung bertingkat yang dimasuki beberapa anak muda.
"Aku merasa pernah masuk ke sana"
Akhirnya, Hoseok menghentikan mobilnya tepat di seberang gedung tersebut.
"Itu tempat tinggal para mahasiswa yang tidak pulang ke rumah. Biasanya mahasiswa dari luar kota. Kau pernah tinggal di sana?"
"Entahlah"
Hoseok kembali menghidupkan mesin mobilnya. Sementara, atensi Yoongi masih pada gedung bertingkat yang dimasuki oleh para mahasiswa.
"Tunggu!"
Kembali mematikan mesin mobil. Kemudian, menatap Yoongi yang tidak mengalihkan atensinya.
"Bukankah di belakang gedung itu ada taman?"
Hoseok mengernyit. "Aku tidak tahu. Aku bahkan belum pernah ke sana"
"Aku akan ke sana. Kau bisa tunggu di sini"
"Untuk apa?"
"Hanya memastikan"
Tanpa pikir panjang lagi, Yoongi keluar dari mobil untuk pergi ke gedung itu. Setibanya di sana, langkahnya terhenti. Kepalanya terasa berat. Pandangannya mengabur dan berputar. Seperti yang dialami penderita kurang darah. Disertai bayangan-bayangan kecil tentang lokasi di sana.
Dirasa reda. Yoongi melanjutkan langkahnya. Berjalan ke arah jalan kecil di sebelah gedung. Menyusurinya hingga bertemu tempat yang dirasa tidak asing. Semakin masuk ke dalam. Hingga atensinya terarah pada seorang gadis yang duduk membelakanginya. Rasanya semakin de javu.
"Bodoh! Kenapa tidak pulang?"
"Sudah ku bilang, aku akan menunggu!"
"Apa yang kau tunggu?"
"Dirimu. Tentu saja dirimu!"
Lalu, diikuti sebuah pelukan pada gadis itu.
Sesaat rasa pening menghampiri. Yoongi berusaha mengendalikan. Hingga teriakan mengagetkannya.
"YOONGI!"
Teriakan penuh emosi terdengar dari gadis yang masih membelakanginya. Lalu, gadis itu berdiri dan berbalik.
"Perawat Jang?"
"K-kakak?"
Keduanya sama-sama terkejut.
"Kau memanggilku? Kau tahu aku di belakangmu?"
Rae Na menggigit bibir. Rasa kalut kembali menyerang. Wajahnya terlihat kusut. Bekas air mata tercetak jelas di pipinya. Bahkan, matanya terlihat sembab.
"Maaf. A-aku, aku tidak sengaja" jawabnya sembari menunduk.
"Kau sering ke sini? Apa terjadi hal buruk?"
Dingin angin senja mulai terasa. Sinar matahari tak seterik siang tadi. Warna merah jingga mulai muncul di ufuk sana. Sempurna melengkapi kegelisahan keduanya.
Dengan menahan tangis, Rae Na buka suara. Tatapannya lurus pada arah terbenamnya matahari.
"Dulu, dulu sekali seseorang sering mengajakku ke sini. Kami sering menghabiskan waktu di sini. Sekedar melepas penat atau sekedar duduk santai. Dia juga orang yang memberiku gelang itu" Tersenyum pahit dengan mata yang berkaca-kaca. "Di sini juga dia memberikan gelang itu. Tapi, dia telah lupa segalanya"
"Kau merindukannya? Dia kekasihmu, bukan?"
Runtuh sudah bertahanan Rae Na. Air matanya mengalir kembali dengan lancar. "Sangat. Aku sangat merindukannya. Bahkan saat dekat sekalipun"
"Sepertinya kau sangat mencintainya"
"Ya, tentu. Bahkan setelah kepergiannya dengan alasan yang tidak masuk akal. Aku masih mencintainya. Sampai saat ini, sampai dia tidak mengingat lagi"
Yoongi terlihat memejamkan mata. Rasa pening kembali menghampiri. Rae Na masih menatapnya dengan lekat dan air mata yang mengalir. "Aku mencintainya. Aku mencintainya, sangat"
Menghela napas begitu dalam. Rae Na menyuarakan isi hatinya tanpa sadar.
"Aku mencintaimu, Min Yoongi"
Pelan. Namun, terekam apik di telinga dan otak Yoongi. Yoongi merasa seperti mendengar ungkapan cinta seseorang di masa lalu.
Membuka mata. Mengabaikan suara itu. Membuat sugesti untuk dirinya sendiri bahwa dia hanya salah dengar. Tidak mungkin gadis di depannya berkata seperti itu. Mungkin, itu bagian dari memori otaknya yang sedang bekerja.
"Aku harus pergi. Permisi"
Bergegas. Rae Na baru saja sadar apa yang diucapkannya. Dia juga sadar, mungkin ucapannya telah membuat kepala pria itu pusing.
Hampir melewati Yoongi. Tangannya segera ditahan. Membuat Rae Na kembali menatapnya.
"Di mana kau tinggal?"
"Di sana" menunjuk gedung di depan sana. "Lantai tiga, kamar nomor sembilan. Tapi, itu dulu. Saat aku masih menjadi mahasiswa"
Bersambung®®
Sepertinya otak Yoongi hampir berfungsi penuh 😂😂
Lavyu
Ryeozka
KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE, GIVE ME... / END
Random"Tapi, itu dulu. Saat usiaku masih 22tahun dan dia 25tahun" 1st book in this year Sunday, Jan. 26th 2020 - Wednesday, Apr. 08th 2020 Lavyu Ryeozka