🌿🌿
Memutuskan menjadi teman, mungkin tidak kelihatan buruk. Bukankah itu lebih baik daripada berakhir bermusuhan?
Ya, walaupun setidaknya itu bagi Yoongi. Karena dia sebagai pihak penolak. Jadi, tidak masalah. Berbeda dengan Soohyeon, seorang perempuan yang menyatakan cinta lebih dulu dan ditolak. Tentu, itu masih menjadi aib pribadi dalam dirinya.
Semua seperti dulu. Seperti saat mereka masih menempuh pendidikan. Saling mendukung satu sama lain.
Hari ini, Yoongi mengajak Soohyeon untuk bertemu Rae Na. Yoongi pikir, ini adalah salah satu langkah membuat semua lebih jelas.
Kebetulan, jadwal Rae Na sudah kembali seperti semula. Berangkat di pagi hari, pulang di sore hari. Jadi, malam ini mereka memutuskan bertemu.
"Hai?" Dengan ramah, Soohyeon menyapa Rae Na lebih dulu yang baru saja tiba.
Rae Na diam. Masih terkejut dengan kehadiran perempuan itu di antara dia dan Yoongi.
"Duduklah" sela Yoongi yang duduk di samping Soohyeon.
"H-hai, kak" jawabnya yang mengambil duduk di depan Soohyeon.
"Sebaiknya, kita memesan makanan dulu, bukan?" Tawar Soohyeon.
"Pesanlah" sahut Yoongi.
Memanggil pelayan. Lalu, memesan beberapa makanan yang menurutnya cocok untuk disantap.
Menunggu makanan datang, mereka melanjutkan perbincangan. Yoongi sesekali akan tersenyum tipis pada Rae Na yang tampak tegang dan canggung.
"S-sebenarnya, ada apa kita bertemu?" Rae Na memulai. Ini tidak baik jika hanya saling diam. Akan lebih baik jika tidak ada yang penting dan Rae Na akan memilih pamit.
"Pertama, aku ingin minta maaf padamu" jawab Soohyeon diiringi senyum canda.
"Maaf? Untuk apa?" Mengernyit, tanda tidak mengerti.
"Telah menjadi orang ketiga di antara kalian"
"Aku tidak mengerti. Menurutku tidak begitu"
"Yoongi sudah cerita tentang hubungan kalian"
"A-ah! I-itu,,, Tapi, kakak lebih dulu mengenal Yoongi. Bahkan, jika kalian ingin bersama lagi, aku tidak apa-apa"
Soohyeon menoleh pada Yoongi sebentar seraya tersenyum. "Dia menolakku"
"Maksudnya?"
"Aku sudah menyatakan cinta padanya. Tapi, ditolak"
"Dia-"
"Ah! Makanan datang. Ayo, makan" sela Soohyeon.
Rae Na masih tetap canggung. Dia belum puas dengan penjelasan ini. Terlebih, Yoongi hanya diam. Jadi, sesekali Rae Na akan melirik dua orang di depannya bergantian.
"Makan saja. Berhenti berpikir" celetuk Yoongi pada Rae Na.
"Aku makan" jawabnya. Lalu, buru-buru menyuap makanan di sendoknya.
Sekarang Soohyeon mengerti, kenapa Yoongi menolaknya. Tatapan itu, tatapan yang dilayangkan Yoongi pada Rae Na menjawab semua. Bahwa Yoongi benar-benar mencintai gadis itu. Gadis lugu, polos dan baik hati. Yoongi terlihat mendambanya.
Sampai di sini, Soohyeon telah kalah telak.
Ingin menangis. Tapi dia sadar, dia sudah merelakannya. Tidak seharusnya menangisinya lagi. Mungkin nanti, dia akan menemukan yang lebih dari Yoongi. Lagipula, ini juga salahnya. Salahnya yang terlambat menyatakan cintanya. Terlalu bodoh memendam cinta demi mengejar pendidikannya.
"Kak?" Rae Na mengulurkan tisu pada Soohyeon yang makan dengan menunduk.
Soohyeon mendongak. Matanya sudah memerah. Terlihat jelas menahan tangis. Namun, tetap mencoba tersenyum. Lalu, meraih tisu di tangan Rae Na.
"Maafkan aku. Andai dulu aku tahu tentang kakak. Tapi, Yoongi tidak cerita apapun tentang kakak. Aku bahkan tahu kakak saat Yoongi masih hilang ingatan" sesal Rae Na.
Tiba-tiba, Rae Na merasa sebelah tangannya digenggam. Dia menoleh pada pelaku yang seolah mengatakan semua bukan salahnya.
"Semua memang salah pria ini" canda Soohyeon, mencairkan suasana setelah menghapus air matanya yang hampir tumpah.
Rae Na kembali pada Soohyeon. Mengikuti arus sepertinya tidak buruk. "Ya, semua karena pria berengsek ini. Pantas saja dia sempat hilang ingatan"
Keduanya tertawa. Membuat Yoongi menghela napas malas. "Ya, benar. Semua salahku. Memang di sini aku yang salah"
Suasana sudah cair. Ketiganya kini terlihat tertawa dengan candaan ringan. Terlihat sesekali dua gadis itu menjahili Yoongi. Ah, sepertinya mereka akan menjadi teman baik mulai sekarang.
"Kalian pulanglah"
Jadi, mereka sudah selesai. Sekarang tengah di depan mobil mereka terparkir.
"Kakak?"
"Aku bawa mobil sendiri" Soohyeon mulai membuka mobil, bersiap masuk.
"Hei, cepat masuk!"
Rae Na menoleh pada sumber suara. Yoongi sudah berada di pintu kemudi.
"Aku pergi dulu" Soohyeon pamit dan menjalankan mobilnya.
"Aku?"
"Kau mau berdiri di sana?"
"K-kau? Kau bawa mobil sendiri? B-bagaimana dengan traumamu?"
"Aku sudah tidak trauma" ucap Yoongi cepat. Cukup kesal dengan sikap calon kekasih- ah, mungkin calon istri.
Dengan ragu Rae Na memasuki mobil Yoongi. Menatap Yoongi yang akan menyalakan mesin mobil.
"K-kau yakin?"
Tidak dijawab. Yoongi fokus mengeluarkan mobilnya dari area parkir.
"Sejak kapan kau berani mengemudi sendiri?"
"Dua hari lalu"
"Baru dua hari?"
"Kenapa? Aku tidak akan membawamu celaka"
"Mulutmu, Yoon!"
"Panggil aku kakak"
"Apa?!"
"Kakak. Seperti saat aku masih hilang ingatan"
"Tidak!" Tegas Rae Na.
"Kau bisa melakukannya saat itu. Lakukan juga sekarang"
"Hei! Saat itu, kan kau tidak sadar. Kau juga tidak mengenalku. Sekarang kau sudah sadar. Jadi, aku tidak mau"
Selanjutnya, Keduanya diam. Hanya Rae yang sibuk menatap Yoongi yang fokus mengendalikan mobilnya. Sesekali dia akan bergidik. Membayangkan jika mereka akan menabrak pembatas jalan dan celaka bersama.
Sial!
Rae Na mengumpati otaknya sendiri yang berani menakuti jiwanya. Sampai Yoongi menyadarkannya.
"Sekarang, masalahku dengan Soohyeon sudah selesai. Lalu, bagaimana denganmu dan dua pria itu?"
Bersambung®®
Ringan saja.
Apa kabar kalian semua?
Baik, kan?
Maaf hiatus gak bilang2. Tadinya gak kepikiran bakal selama ini. Jd gak bilang. Eh ternyata...
Lavyu
Ryeozka
KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE, GIVE ME... / END
Random"Tapi, itu dulu. Saat usiaku masih 22tahun dan dia 25tahun" 1st book in this year Sunday, Jan. 26th 2020 - Wednesday, Apr. 08th 2020 Lavyu Ryeozka