P-31

2.7K 318 67
                                    




🌿🌿




Malam itu berakhir dengan Yoongi yang duduk di kafe bersama Jimin. Sekedar memesan kopi dan saling berbincang ringan.

"Sejak kapan kau kenal Perawat Jang?" Tanya Jimin setelah menyeruput kopinya.

"Sejak sebelum dia jadi menjadi perawat"

Jawaban yang membuat Jimin terkejut. "Tunggu! Bagaimana bisa?"

"Dia adik tingkatku saat kuliah"

"Jangan bilang, kalian-"

"Ya. Kami menjalin hubungan selama dua tahun. Sebelum akhirnya aku ditugaskan bekerja di luar negeri"

"Tapi, kenapa kalian seperti orang asing"

"Aku kecelakaan. Lalu amnesia. Tapi, sekarang ingatanku sudah kembali"

"Dan kau ingin dia juga kembali padamu?"

"Ya. Aku menginginkannya kembali"

Jimin menyandarkan tubuhnya, melipat kedua tangan di dada. Sambil sesekali melirik Yoongi yang sepertinya melamun.

"Aku tidak menyangka, ternyata setelah kepergianku anak itu banyak yang menyukai" celetuk Yoongi diiringumi senyum tipis.

Membuat Jimin kembali mengalihkan atensinya pada Yoongi yang sudah menyeruput kopinya.

"Bukankah kau juga menyukainya?" Lanjutnya.

Jimin berdecak. "Sial! Dan rasanya tidak seru jika harus bersaing dengan orang yang pernah mengalami amnesia"

Yoongi sedikit terkekeh. "Kenapa?"

"Kau terlalu lemah"

"Lagipula, aku sudah terlalu tua untuk melakukan persaingan seperti itu"

"Tapi, kau tidak hanya bersaing denganku. Dokter Kim, dia saingan terberatmu, ku beri tahu"




Sejak perbincangan sederhana itu, Yoongi jadi terus memikirkannya. Tapi, bukankah Rae Na masih mencintainya? Jadi, bukan masalah besar sepertinya. Yang jadi masalah adalah bagaimana cara agar gadis itu tidak menjauhinya lagi.

Langkah pertama adalah mengalahkan rasa traumanya untuk mengemudikan sendiri miliknya. Yoongi harus bisa memulainya lagi. Agar dia bebas melakukan apapun untuk memperbaiki semua.

"Ayolah, ini hal mudah" kata Hoseok menyemangati.

Mereka sudah berada di dalam mobil dengan Yoongi duduk di kursi kemudi. Tangannya mengambang ingin menyentuh kemudi.

"Sial!" Umpat Yoongi. "Ini sangat sulit. Lebih sulit dari pada saat pertama kali memegang mobil dulu"

"Apa yang membuatmu sulit?"

"Setiap kali aku ingin menyentuh kemudi bayangan itu muncul. Saat aku-" bahkan Yoongi tidak berani melanjutkan kata-katanya. "Arrgh! Sudahlah!"

"Apa yang membuatmu takut?"

"Tentu saja aku takut kejadian itu terulang lagi dan akan melupakannya lagi" jeda sejenak. "Jika itu terjadi, berapa kali aku akan menyakitinya?"

"Itu tidak akan terjadi jika kau bisa berhati-hati" Hoseok terus menatap Yoongi yang tampak tak bersemangat. "Cepat coba lagi! Jika kau bisa mencoba sekali, ku pastikan kau akan langsung bisa. Ingat saja saat pertama kali ingatanmu kembali. Saat itu kau bisa mengemudi dengan cepat"

"Tapi, saat itu aku tidak sadar!" Sela Yoongi dengan pekikan.

"Ya, anggap saja sekarang kau tidak sadar"

"Gila!"

"Terkadang kita memang harus sedikit gila untuk mengetahui seberapa waras orang di sekitar kita" jawab Hoseok disertai kekehan.



~



Mengambil tas di sofa. Lalu, memakai sepatunya dan langsung membuka pintu. Niatnya ingin segera bergegas, ternyata dikejutkan dengan sesosok pria yang berdiri tegak di depannya.

"Maaf, aku buru-buru"

Rae Na segera menutup pintu dan siap melangkah. Namun, segera ditahan oleh pria itu.

"Aku akan mengantarmu"

"Tidak perlu. Aku naik bus"

"Aku ikut naik bus"

"Yoon, ini kekanakan. Sebaiknya, kau pulang dan istirahat"

"Aku sudah pulang dan aku sudah istirahat"

"Lalu, untuk apa kau ke sini?!" Tanya Rae Na dengan sedikit bentakan.

"Kenapa kau ingin menghindariku?"

"Tidak seperti itu!"

"Apa kau tidak bisa memaafkanku?"

"Bukan begitu!"

"Lalu, apa? Karena dokter itu?"

"YOONGI-"

"DENGARKAN AKU!"

Terkejut. Yoongi ikut membentaknya. Wajah yang tadinya hanya datar berubah menjadi lebih tegas.

"Sebaiknya, kita bicara lain kali. Sepertinya, sekarang bukan saat yang tepat" putus Rae Na, bermaksud menghindari pertengkaran.

"Apa sebesar itu keinginanmu menghindar dariku?"

"Aku tidak menghindar, sungguh. Mengertilah! Ada hal-hal yang harus ku selesaikan lebih dulu. Pekerjaanku menanti. Jadi, bisa aku pergi?"

Rae Na balik badan untuk melanjutkan jalannya yang tertunda. Tak disangka, Yoongi mengikutinya.

"Hal seperti apa yang harus kau selesaikan?"

Tidak dijawab, sampai keduanya memasuki lift.  Suasana benar-benar canggung. Rae Na merasa seperti diintimidasi di ruang kecil itu.

Yoongi menyentuh rambut Rae Na. Membelainya lembut. Membuatnya sedikit terkejut. Lalu, dia tolehkan wajahnya pada Yoongi.

Didapati mata itu begitu dalam menatapnya. Tapi, ada rasa kesedihan di sana. Rae Na tidak mengerti. Tapi, dapat merasakannya. Terlebih dengan belaian lembut di rambutnya. Rasanya ada yang beda.

Rae Na menghela napas dengan mata terpejam. Lalu, membukanya dan berucap. "Aku hanya merasa belum siap, Yoon. Rasanya terlalu cepat untuk kita kembali seperti dulu"

"Kenapa? Apa itu berarti kau meragukanku?"

"Ku pikir, kau harus benar-benar sembuh terlebih dulu. Bukankah kau masih mengalami trauma? Kau bisa menyembuhkannya dulu. Aku pun akan menyelesaikan masalahku dengan orang tuaku juga orang-orang di sekitarku. Setelah itu, mungkin kita bisa memulainya dari awal"

Diakhiri dengan senyum lembut.

"Baiklah. Aku terima penawaranmu"

Yoongi memeluk Rae Na beberapa saat. Sebelum akhirnya, pintu lift terbuka.

"Bukankah Soohyeon juga masih menjadi masalahmu?"






Bersambung®®

😭😭 maafkan baru bisa up. Tp dengan gajenya 😭😭

Lavyu

Ryeozka

PLEASE, GIVE ME... / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang