Cattleya membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Ia meletakkan tas berisi seragam kerja ke kursi belakang.
“Sudah selesai?” tanya Dava setelah Cattleya selesai memasang seatbelt. Wanita muda itu mengangguk kecil lalu membuka ponselnya.
“Kita jalan sekarang, ya?” tanya Dava lagi dan masih dibalas anggukan.
Sebenarnya saat ini Cattleya sedang menghindari komunikasi dengan Dava, setelah melihat tingkah aneh suaminya tersebut tadi.
Meski sudah hampir enam bulan tinggal bersama lelaki itu, Cattleya masih sering kaget sekaligus bingung mendapati tingkah dan sikap Dava yang kadang berubah-ubah. Selalu ada hal yang baru yang ia ketahui tentang lelaki tersebut.
Gadis itu mendesah pelan. Kehadiran Dava yang tidak biasa menjadi pertanyaan bagi rekan kerjanya tadi. Ia berbohong mengatakan tidak mengenal lelaki itu. Namun, yang selanjutnya terjadi adalah ia malah kucing-kucingan hanya untuk masuk ke dalam mobil.
Suasana di dalam mobil terasa hening. Dava ingin membuka pembicaraan, tetapi Cattleya terlebih dahulu menghidupkan musik lewat gelombang radio.
Alunan musik mengalun indah mendominasi suasana dalam mobil. Cattleya tidak tahu apa yang dipikirkan sang penyiar saat lagu yang terakhir selesai diputar dan digantikan dengan cuap-cuap random. Cattleya tenggelam dalam pemikirannya sendiri.
Tok-tok-tok!
Bunyi ketukan di kaca jendela mobil, menyadarkan Cattleya dari lamunan. Saking terlalu memikirkan hal itu, ia tidak menyadari mobil Dava sudah berhenti dan menepi di suatu tempat. Tampak Dava memberi isyarat agar dirinya segera keluar dari mobil. Ia pun kemudian menurut dan mengekor langkah sang suami.
“Pak, kita sedang di mana?” tanya Cattleya sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling tempat tersebut. Terlihat beberapa pedagang jalanan sedang berjualan di bahu jalan. Beberapa pedagang sudah bersiap-siap untuk pulang. Bahkan hanya tersisa beberapa pembeli di tempat tersebut.
Dava menautkan jemarinya pada jemari Cattleya, menuntun langkah wanita itu ke salah satu pedagang soto yang tidak jauh dari tempat mereka memarkirkan mobil tanpa membalas pertanyaan sang istri. Cattleya merasakan aliran listrik saat tangannya bertautan dengan sang suami. Rasanya begini ya saat sudah menjadi pasangan halal?
“Pak, sotonya dua, ya? Yang seperti biasa ya, Pak?” tutur Dava ramah pada pedagang soto yang tampak sudah memasuki usia 70 tahunan tersebut.
Kemudian ia membawa Cattleya duduk di salah satu bangku kosong yang tidak terlalu jauh. Cattleya berdeham karena Dava masih belum melepaskan tautan jari mereka. Dava yang paham kode akhirnya melepaskan tangannya dengan wajah yang terlihat canggung.
"Oh, maaf," cicit Dava.
Maaf? Cattleya mendecih di dalam hati. Bagaimana bisa lelaki itu meminta maaf? Bukankah hal wajar jika suami istri berpegangan tangan?
“Katanya Bapak lapar seharian nggak makan, kok kita malah makan soto?” tanya Cattleya akhirnya melepas unek-unek.
“Iya, saya emang laper. Makanya saya ajak kamu ke sini,” ujar Dava yang semakin membuat Cattleya tidak mengerti.
“Tapi, kalau makan soto aja emangnya Bapak bisa kenyang? Dan kenapa di tempat ini?”
Dava tersenyum tipis saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh istrinya tersebut.
“Saya setiap pulang mengajar kelas malam, selalu mampir ke tempat ini. Soto Bapak itu tuh ueenaak bangeet. Kamu coba deh entar. Aku jamin kamu bakalan suka. Lagipula, tempat ini jauh dari tempat tinggal kita. Kan kamu sendiri yang bilang. Nggak mau ada orang lain melihat kita berdua,” terang Dava terlihat antusias. Persis seperti anak kecil yang sedang menerangkan makanan kesukaannya pada sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerfuffle (Tamat)
ChickLit[DISARANKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠] Collabrotion with @elsye91 (Romantic-Comedy) Why are we mad at each other? Is it necessary to making such a kerfuffle? ______ Nikah? Kata mereka, kehidupan pernikahan itu ajaib. Akan ada hal-hal tidak terdug...