Dava berjalan perlahan, nyaris seperti hantu yang tak menyentuh lantai. Jantungnya berdegup kencang, persis seperti memasuki rumah hantu. Lagi-lagi, pembahasannya adalah hantu. Seolah orang yang berada di dalamnya adalah hantu. Sebenarnya ia tidak mau mengakui ini. Namun, Cattleya--orang yang berada di rumah itu--lebih parah dari sekadar hantu. Oh, jangan sampai gadis itu mendengarnya.
Menyadari tak ada siapa pun baik di ruang tamu maupun di dapur, Dava menghela napas lega. Ia menuangkan segelas air putih dan meneguknya.
"Katanya kuliah pagi, doang."
"Uhuk! Uhuk!"
Dava tersedak lalu diikuti batuk. Nyaris saja ia menjatuhkan gelas di tangannya. Bagaimana tidak? Sosok Cattleya tiba-tiba muncul dengan terusan berwarna putih. Persis seperti kuntilanak dengan rambut tergerai bebas. Tatapannya yang --ugh-- tak bisa dideskripsikan. Menusuk ulu hati.
"H-hai, Cey," sapa Dava agak segan.
Gadis itu tidak merespon, ia berlalu pergi meninggalkan Dava. Oke, gadis itu pasti merajuk sesi kedua. Argh! Bagaimana cara Dava menjelaskannya?
"Cey!" panggil Dava lalu menyusul istrinya.
Gadis itu mengabaikannya, memilih duduk di depan televisi. Untungnya Dava punya senjata andalan. Sebelum pulang ke rumah, ia sudah membeli sate kesukaan Cattleya. Jangan tanya dari mana ia tahu hal itu. Tentu saja setelah melihat postingan IG story gadis itu.
"Nih, Cey. Jangan ngambek."
Cattleya langsung menghunusnya dengan tatapan tajam. Gadis ini memang benar-benar mengerikan. Dava sangat yakin, siklus haid gadis itu tengah berlangsung sekarang. Lama-lama ia hamili juga Cattleya biar tidak haid lagi.
Tak tahu saja dirimu bahwa wanita hamil lebih sensitif.
"Makan sendiri!"
Dava memijit keningnya. Lantas ia mengempaskan tubuhnya di sebelah Cattleya. Gadis itu beringsut menjauhinya. Oh, ayolah, memangnya dia virus yang harus dihindari?
"Cey, tadi itu--"
"Ketemu Berliana, 'kan?" potong Cattleya menudingnya.
Dava menghela napas panjang. Ia bingung harus memulainya dari mana. Kesalahpahaman ini, ia yakin bahwa Berliana sengaja melakukannya.
"Kamu cemburu?"
Cattleya menatap sinis. "Dih ... ngapain cemburu?"
Oke. Wanita dan gengsi besarnya. Apa salahnya, sih, menjawab 'iya'?
"Kemarin, kamu marah karena Abian tiba-tiba bahas Berliana, 'kan? Hari ini kamu juga marah karena saya pulang telat karena bertemu Berliana, 'kan? Jadi apa namanya itu kalau bukan cemburu?" Dava tidak mau kalah. Ia akan mendesak Cattleya agar mengatakan bahwa dirinya cemburu.
"Eng-gak."
See? Dia sudah mulai gagap.
"Tinggal bilang 'iya' aja susah," dengus Dava.
Tiba-tiba Cattleya beranjak berdiri, mematikan televisi dan menghadap Dava. Menatap lelaki itu dengan tajam, tetapi penuh kesungguhan.
"Iya, saya cemburu! Saya cemburu karena suami saya lebih mementingkan wanita lain! Saya cemburu karena mertua saya lebih suka wanita lain! Cemburu saya, wajar, 'kan?" sembur Cattleya dengan emosi yang meledak-ledak. Dava memang berharap Cattleya mengakui kecemburuannya, tetapi ia tidak menyangka bahwa alasannya tidak sesimpel itu.
"Cey, saya tidak pernah memprioritaskan wanita lain selain--"
"Selain saya, maksudnya? Kalau seandainya saya menyuruh Bapak buat jauhin Berliana, Bapak mau? Kalau saya suruh Bapak buat lebih milih saya ketimbang keluarga Bapak, mau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerfuffle (Tamat)
ChickLit[DISARANKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠] Collabrotion with @elsye91 (Romantic-Comedy) Why are we mad at each other? Is it necessary to making such a kerfuffle? ______ Nikah? Kata mereka, kehidupan pernikahan itu ajaib. Akan ada hal-hal tidak terdug...