Bab 27

7.7K 711 34
                                    

"Hai, Pak Suami," sapa Cattleya dengan cengiran lebar, sengaja untuk menyamarkan kegugupan.

"Hai juga, Mbak Istri," balas Dava diiringin cengiran, tetapi dipaksakan. Seolah ada tanda warning menyala, Cattleya segera mengambil tempat untuk duduk di sebelah suaminya. Memeluk lengan sang suami dengan erat, lalu memejamkan mata.

"Saya ngantuk, Pak Suami."

Cattleya benar-benar pintar cara mengambil hati. Sedikit demi sedikit terasa adem ayem mendengar panggilan baru yang terasa lebih intim. Pak Suami.

Jika diingat-ingat, Dava telah berulang kali menyuruh sang istri untuk memanggilnya dengan sebutan 'Mas'. Bahkan mengganti sebutan pengganti dengan kamu-aku, bukan kamu-saya. Beginilah risiko menikah dengan mahasiswa sendiri.

Melirik ke sebelah, Dava memandangi wajah istrinya yang tampak damai. Namun, ia mendesis kesal tatkala menyadari pakaian seperti apa yang dikenakan istrinya. Jumpsuit sabrina, yang mana memperlihatkan dengan jelas seperempat pahanya hingga ke bawah. Sementara itu, model off shoulder yang memperlihatkan bahu putih itu. Ia ingin memaki rasanya, kenapa istrinya tampak seksi? Bagaimana dengan lelaki yang melihatnya tadi? Seketika ia merasa sangat marah.

Dava ingin memejamkan matanya, menyusul sang istri yang mungkin tertidur. Namun, ia hampir saja lupa dengan tujuannya. Ia ingin menginterogasi Cattleya!

Diaktifkannya kembali handphone, menampilkan beberapa foto yang dikirimkan oleh nomor asing. Di foto-foto tersebut jelas memperlihatkan interaksi istrinya dengan lelaki lain. Cih! Apa-apaan? Menyeka bibir Cattleya? Mengacak rambutnya? Hanya ia yang boleh melakukannya!

"Kamu affair."

Seketika Cattleya membuka matanya cepat, padahal ia hampir saja tertidur, tetapi suara yang agak pelan itu menyentaknya. Langsung saja ia mendongak, menatap suaminya dengan kening berkerut.

"Itu pernyataan atau pertanyaan?" tanya Cattleya bingung.

"Menurut kamu?" Dava memasang wajah sinis.

"Bapak nuduh saya? Yang bener aja?" Cattleya langsung tersulut emosi. Apa yang membuat suaminya menuduh tanpa bukti? Sejak kapan ia berselingkuh? Mengurus satu suami saja susah apalagi mengurus lelaki lain.

"Iya! Saya nuduh kamu." Dava tampak tidak mau kalah. Cattleya berdiri, berkacak pinggang.

"Atas dasar apa Bapak nuduh saya?"

"Atas dasar apa? Ke mana kamu dari tadi? Saat saya pulang kamu tidak ada di rumah. Bukannya saya suruh tinggal di rumah?"

"Bapak gak bilang, tuh, saya harus di rumah. Yang ada Bapak tuh ke mana aja? Nyari cewek lain? Seminar selama apa emangnya? Lupa punya istri?"

Cattleya dan Dava saling memberikan tatapan membunuh. Suasana sempat menegang sesaat hingga akhirnya terdengar suara tangisan.

"Cey ...," panggil Dava lembut.

Cattleya menangis. Ia kembali duduk di sofa, agak menjauh dari Dava. Tentu saja sang suami resah, ia tidak berniat membuat istrinya seperti ini.

"Sa-saya gak selingkuh," isak Cattleya. Dava langsung bersimpuh di depan istrinya, mengusap pipi wanita itu dari air mata.

"Iya. Iya."

"Tapi Bapak yang selingkuh."

Tidak terima dituduh, Dava kembali memasang wajah kesal. "Kenapa jadi saya?"

"Iya. Seminarnya seharian?" sinis Cattleya, tidak lagi menangis.

Dava menghela napas. Sepertinya Cattleya salah paham. Jadi ia harus menjelaskan bahwa tadi ia memang melakukan seminar, tetapi setelah itu ia diundang oleh dekan untuk makan bersama. Dan dalam waktu itu mereka banyak membahas berbagai hal. Namun, setelahnya ia langsung pulang dan membutuhkan waktu selama dua jam menunggu istrinya pulang. Jadi, sekarang bagaimana?

Kerfuffle (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang