"Cemburu memang tanda cinta. Namun, cemburulah dengan cara yang wajar."
☁☁
Cattleya memotong sayur dengan cara yang terbilang 'kasar'. Potongan kentang, wortel dan buncis tampak amburadul. Seperti ada bom Hiroshima yang menghantam pantry.
Tak! Tak! Tak!
Jika ia tidak hati-hati, kemungkinan besar jarinya juga ikut terbagi-bagi. Mengingat ketajaman pisau dan juga kondisi hati yang tidak berkompromi. Pandangannya sedari tadi tidak lepas dari ruang tamu. Walaupun agak jauh, tetapi matanya dapat melihat dengan jelas apa yang dilakukan oleh seorang wanita dan seorang pria di sana.
Ia mendengus kesal. Kedatangan Ana, sang dosen menyebalkan itu ke kediamannya membuat ia naik darah. Entah karena harus membuat minuman untuk sang dosen atau karena hal lain yang tidak mau ia akui.
Hal lainnya, ia harus memasak untuk malam ini. Hanya untuk memperlihatkan pada Ana, seberapa bergunanya ia sebagai istri. Kenapa harus begitu? Karena Ana adalah rivalnya saat ini. Ia tidak mau menanggung resiko kedatangan pelakor dalam hubungan rumah tangga. Mertuanya boleh berpihak pada Ana, tapi tidak dengan Dava.
Jujur, ia penasaran akan maksud kedatangan Ana. Yah, memang Ana dan Dava sudah saling kenal sejak lama. Ada kemungkinan membahas sesuatu mengenai perkuliahan, mengingat keduanya adalah dosen. Namun, benarkah untuk hal itu?
Praduga lainnya, Ana dan Dava membahas tentang mereka di masa lalu atau istilahnya reunian. Praduga yang paling buruk adalah bahwa Ana sengaja diutus oleh mertuanya untuk merebut hati Dava. Oh, tidak bisa!
Cemburu? Cih, buang jauh-jauh kata itu. Karena sampai kapan pun, seorang Cattleya tidak mungkin merasa cemburu pada orang selevel Ana. Ia hanya merasa kesal dengan Ana yang merupakan dosen terburuk menurutnya.
"Aku lebih baik darinya."
Lagi, ia memandang ke arah ruang tamu. Tampaknya Dava dan Ana menikmati pertemuan mereka. Sesekali terdengar suara tawa Ana. Entah apa yang keduanya bicarakan.
Memasang wajah cemberut, tanpa sengaja Dava malah melirik ke arahnya. Sial, lelaki tersenyum. Entah karena ucapan Ana yang mungkin sedang berguyon, atau karena senyuman ejekan untuknya.
Suara beriak dari ketel pemanas air membuat Cattleya kaget. Tak sengaja, ujung pisau tajam yang dipegang mengiris jari telunjuknya.
Cattleya meringis, sementara jari telunjuknya terus mengeluarkan darah. Segera dipalingkan tubuhnya ke sink pantry. Menghidupkan keran air dan membersihkan darah yang tak kunjung berhenti.
Suara ketel kembali terdengar. Air sudah mendidih sedari tadi. Menyadari hal itu, Cattleya memburu langkahnya untuk mematikan kompor. Dan sialnya, darahnya malah menetes mengotori lantai.
"Ceya!!!"
Cattleya menoleh. Ia mendapati Dava yang berlari dengan raut wajah khawatir ke arahnya.
"Mana bagian yang berdarah?" tanya Dava.
Cattleya menunjuk jarinya. Dengan cekatan, Dava menuntun jari telunjuk Cattleya untuk masuk ke mulutnya. Jelas Cattleya menarik jarinya, tetapi Dava lebih kuat seperti yang ia duga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerfuffle (Tamat)
ChickLit[DISARANKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠] Collabrotion with @elsye91 (Romantic-Comedy) Why are we mad at each other? Is it necessary to making such a kerfuffle? ______ Nikah? Kata mereka, kehidupan pernikahan itu ajaib. Akan ada hal-hal tidak terdug...