5

2.7K 194 3
                                    

.

.

.

Entah menyadarinya atau tidak, kita berjodoh dengan orang disekeliling kita. Seperti apa kita dan siapa orang yang berada dalam radius yang dekat dengan kita, mereka adalah cermin kita.

Bukan dalam waktu yang lama, bahkan ini baru seminggu setelah kejadian tegur sapa itu. Jungkook dan Taehyung menjadi sangat akrab sekarang. Meski Taehyung tidak lantas berubah menjadi banyak bicara seperti Jungkook. Tapi Jungkook semakin sering melihat sedikit lebih banyak ekspresi Taehyung.

Seperti misalnya saat ia diajak main ke apartemen Taehyung. Karena ulah Taehyung yang tidak sengaja menumpahkan cairan di lantai dan lupa membersihkannya, membuat Jungkook terpeleset dan jatuh tepat diatas Taehyung yang mencoba menolongnya.

Saat itulah Jungkook melihat ekspresi kaget Taehyung bercampur malu. Melihat wajahnya dengan sangat dekat karena kepala mereka saling membentur. Jungkook tahu Taehyung hanya seorang pendiam, tapi bukan orang yang dingin.

Sebuah kejadian yang membuat Jungkook yakin betapa baiknya Taehyung adalah ia tetap menerimanya bagaimana pun keadaannya. Ia ingat sehari setelah Taehyung mengantarnya pulang. Ia jatuh sakit. Demam tinggi dan seluruh tubuhnya terasa ngilu dan nyeri padahal sehari-hari ia hanya menjaga toko, bukan angkat besi.

Taehyung memaksanya tidur di apartemennya dan merawatnya. Ya, seorang Taehyung merawatnya, cukup intens, bahkan hingga Taehyung libur kerja yang Jungkook ketahui Taehyung memiliki usaha pribadi. Ia sengaja tidak pergi dan memilih menjaga Jungkook. Disitulah ia melihat sisi perhatian Taehyung.

Tapi hari ini berbeda. Jungkook belum bertemu Taehyung, ia pun tidak pernah menghubungi Taehyung jika bukan hal penting. Ini sudah hampir seminggu. Taehyung juga tidak muncul di minimarketnya. Sedikit kawatir memang, karena sejak siang ia kepikiran Taehyung. Hei, jangan salah, ia masih normal. Begitupun juga Taehyung.

Sebuah getaran berasal dari kantong celana Jungkook terasa. Siang ini sedang tidak ada pelanggan jadi Jungkook bebas mengecek ponselnya kapan saja.

Sebuah panggilan dari Taehyung.

"Halo."

"Kook...hhh....Tolong..."

"Kau dimana?!,"Jungkook panik.

"...."

"Hyeong? Hyeong?! Jawab aku! Halo, hyeong!?,"Jungkook mencoba mendengar suara dari seberang tapi tak ada apapun. "Aishhh!,"Jungkook berlari keluar tanpa peduli pada keadaan minimarketnya.

Ia terus berlari, tujuannya hanya satu. Apartemen Taehyung. Nafas memburu, kakinya bergerak secepat mungkin untuk sampai. Tak terpikir untuk mencari kendaraan. Baginya kakinya akan lebih cepat mengantarnya sampai tujuan daripada ia harus bersabar dengan kemacetan.

Ia tidak tenang, tangannya saling meremas satu sama lain saat menunggu lift mengantarnya naik ke atas lantai apartemen Taehyung. Begitu pintu lift terbuka, ia langsung melesat keluar, bahkan tak sempat minta maaf pada orang yang ditabraknya. Ia mengetuk pintu apartemen Taehyung. Menggedornya kuat tepatnya.

"Hyeong! Kau didalam?!,"Jungkook panik.

Tak sabar menunggu, ia menekan password yang sudah di ketahui nya. Segera kakinya masuk dan mencari keberadaan Taehyung. Matanya mencari diseluruh ruang tamu dan dapur, ia tidak menemukan Taehyung. Ia berlari menuju kamar, sebuah ruangan pribadi yang seharusnya tidak ia masuki. Tapi ia harus masuk. Tak perduli jika Taehyung akan marah padanya. Tapi nihil. Taehyung tidak disana.

Tujuannya tinggal satu. Kamar mandi. Ia masuk lebih dalam ke kamar dan membuka pintu kamar mandi. Disanalah ia kaget mendapati Taehyung bersandar di dinding kaca bathtub dengan wajah pucat dan mata terpejam. Kelihatan keringat masih membasahi wajah dan kemeja biru mudanya. Jungkook menghampiri Taehyung.

Mirror ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang