.
.
.
Angin sore berhembus meniup dedaunan dari pohon rindang yang berdiri di taman. Daun-daun bergoyang seirama dengan arah angin membawa mereka. Sesekali angin meniup kencang, mendorong salah satu daun kering hingga lepas dari tangkainya. Daun itu terbawa angin kebawah, jatuh tepat disamping telapak tangan kekar dan putih.
Seorang pemuda bersandar di punggung kursi taman warna putih, tak jauh dari pohon rindang. Seolah tak peduli pada keramaian taman, ia memejamkan matanya menikmati suasana sore itu. Sebenarnya tidak bisa dikatakan menikmati juga, karena sebenarnya ia sedang bosan karena terlalu lama menunggu.
Jungkook, pemuda yang duduk di taman itu,sore ini berjanji akan ke pantai rahasia bersama Taehyung. Ia sudah menghubungi Taehyung untuk menemuinya di taman, karena Taehyung sedang bekerja. Tapi sampai satu jam menunggu, Taehyung belum juga muncul.
Apa Jungkook bolos kerja?tidak. Ia sudah tidak bekerja lagi. Sejak sebulan lalu keputusannya menerima Taehyung sebagai kakaknya. Taehyung memintanya untuk tidak bekerja karena beralasan Jungkook adalah tanggung jawabnya. Jadilah Jungkook berhenti bekerja dan melanjutkan kuliah. Soal biaya, semua ditangani Taehyung.
Sepertinya Taehyung sedang disibukkan pekerjaannya. Apa sebaiknya Jungkook pulang saja? Ah tidak, ia sudah janji dengan hyeongnya itu. Ia akan menunggu sebentar lagi. Ya, setidaknya sampai Taehyung menghubunginya lagi. Jungkook memilih tidur saja, lumayan suasana sore ini cukup mendukung.
Tapi belum juga terlelap, sebuah suara yang dikenalnya membuatnya membuka mata.
"Aw!"Jungkook menoleh ke asal suara.
"Jimin Hyeong? Ada apa?,"Jungkook heran melihat Jimin memegang dahi kanannya lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
Jungkook mengambil sebuah bola baseball tak jauh dari mereka. Bisa dipastikan kepala Jimin terkena bola itu."Permisi, hyeong. E...Bola nya.."dua orang anak usianya mungkin masih sekolah menengah terlihat sedikit takut mendekati mereka.
"Ini milikmu?Kau tahu kau mengenai hyeong ini?"
"Maaf hyeong, kami...kami tidak sengaja."
"Sudahlah Kook."Jimin menyentuh lengan Jungkook.
"Ya sudah, ini. Mainnya hati-hati."
"Ne hyeong. Gamshahamnida hyeongdeul."Dua anak itu berlari menjauh setelah meraih bola baseball mereka.
"Gwaenchannayo, hyeong? Astaga, dahi mu bengkak. Duduk dulu hyeong."Jungkook menuntun Jimin untuk duduk di kursi tempatnya menunggu Taehyung tadi.
Jimin hanya menurut. Benturan didahinya itu memang lumayan kencang, ia juga tahu dahinya bengkak. Tentu saja, karena dari tadi ia memeganginya.
"Tunggu disini sebentar, hyeong."
"Kau mau kemana?,"bukan menjawab, Jungkook malah berlari keluar dari area taman.
Jimin menatap sekelilingnya, ia sangat bersyukur mendapat libur sehari setelah setiap hari berkutat di rumah sakit tempatnya bekerja. Sulit sekali baginya untuk bisa mendapat libur kerja. Sekalinya libur kerja, ia hanya mau menikmati pemandangan kotanya, eh malah mendapat hadiah lemparan bola baseball dikepalanya.
Ternyata suasana sore ini memang menyenangkan, pantas saja Jungkook sampai tertidur tadi. Padahal ia tadi bermaksud untuk mengagetkan Jungkook, tapi malah ada insiden yang menghentikan niatnya.
"Hyeong."Jimin menoleh, Jungkook duduk di sampingnya dengan sebuah bungkusan.
Jimin memperhatikan Jungkook mengeluarkan isi bungkusan yang dibawanya. Bukan dokter namanya jika ia tidak tahu apa yang Jungkook beli. Ya, Jungkook membeli krim pereda bengkak dan apa itu??kasa dan plester?untuk apa? Jimin bahkan tidak berdarah.