.
.
.
Sore ini kediaman keluarga Park nampak sunyi, semua orang pergi. Tuan Park bekerja, anak mereka sekolah. Karena itu banyak ruangan di rumah besar milik mereka yang tidak berpenghuni, ditambah maid sedang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.
Disebuah dapur bersih berukuran tujuh kali enam meter, nampak seorang wanita berusia sekitaran empat puluhan menghadap kompor bersihnya. Ia sedang memasak di atas kompor elektronik. Ya, kompor yang datar dengan screen diatasnya.
Sesekali ia menyeka keringatnya, padahal dirumahnya tidak panas meski ia sedang memasak. Rumahnya di lengkapi cukup banyak pendingin udara yang cukup. Tapi itu tidak cukup menghentikan keringat keluar dari tubuhnya.
Kepalanya mulai pening, sejak bangun tidur memang ia merasa kondisinya menurun. Mungkin efek usia yang sudah mulai membutuhkan banyak istirahat. Seorang maid datang menghampiri nya.
"Nyonya, sebaiknya nyonya istirahat. Biar ini saya yang melanjutkan."
"Baiklah."
Setelah menimbang beberapa saat, akhirnya ia berbalik, keluar dari dapur. Kemana saja asal ia bisa beristirahat walaupun sebentar. Melihat sofa menganggur di ruang tengah, nyonya Park duduk bersandar memijat kepalanya. Wajahnya nampak pucat.
Lima menit ia duduk disana, ia mendengar suara langkah kaki mendekat kepadanya. Ia menoleh, dilihatnya anak laki-laki nya tersenyum padanya lalu duduk di sampingnya.
"Eomma."
"Anak eomma sudah pulang."
Jihoon, anaknya, memeluknya dari samping. Merasakan hawa panas keluar dari tubuh ibunya, Jihoon menegakkan dirinya.
"Eomma sakit?"
"Aniya, eomma gwaenchanna."
Senyum tipis diwajah pucat ibunya tidak bisa membohongi anak muda delapan belas tahun itu. Jihoon memang manja dan kekanakan, tapi ia tidak bodoh untuk memahami situasi yang sedang terjadi.
"Aku antar eomma ke kamar, eomma perlu istirahat."
"Tidak perlu, kau saja sana. Mandi dan ganti bajumu."
"Tidak mau, aku akan mandi setelah mengantar eomma ke kamar." nyonya Park menghela napas, ia tahu anaknya keras kepala.
"Baiklah, ayo antar eomma."Jihoon tersenyum kemenangan.
Mereka beranjak, Jihoon memapah ibunya pelan menuju salah satu kamar dilantai itu. Mereka berjalan pelan, Jihoon bisa merasakan sesekali berat tubuh ibunya lebih condong kearahnya. Seperti kebanyakan ibu lainnya, ibunya bersikap kuat dihadapannya. Walaupun Jihoon tidak suka itu.
Jihoon membuka pintu kamar, dilihatnya ruangan cukup besar milik orang tuanya. Ia jarang masuk ke kamar ini, tidak sopan jika masuk tanpa keperluan. Jihoon cukup paham hal itu. Ia masih memapah ibunya mendekati ranjang. Tapi belum sampai ranjang, ibunya melemas. Ia jatuh terduduk, bersandar penuh pada Jihoon yang menahannya.
"Eomma! Eomma!"Jihoon panik.
"Ajusshi! Ajumma! Tolong aku!" Teriak Jihoon, lalu melihat ibunya lagi.
"Eomma, buka matamu, kumohon."Jihoon takut. Entah kenapa. Ini pertama kalinya melihat ibunya begini. Ditambah tidak ada satupun keluarganya, karena ayahnya masih bekerja.
Tak lama kemudian dua orang berlari menuju ke ruangan itu, menunggu di depan pintu. Mereka tidak berani masuk, tidak sopan bagi mereka untuk masuk ke ruangan tuannya tanpa diminta.