10

2K 169 2
                                    

.

.

.

Hari ini mata kuliah Jungkook tidak banyak, ditambah kuliah pagi, membuatnya pulang siang. Matahari sedikit lebih terik hari ini, tumben, padahal biasanya tertutup awan. Jungkook berjalan keluar dari area gedung kampusnya. Tidak memakai sweater dan topi membuat matahari harus menyinari langsung ke kepalanya.

Sesekali Jungkook menutup kepalanya dengan telapak tangannya. Terik dari matahari itu menusuk langsung ke kepalanya. Perlu dicatat, Jungkook tidak bisa terkena matahari secara langsung dalam waktu yang lama.

Mengingat hari ini hari spesial untuknya, Jungkook berpikir sembari duduk di halte bus. Siapa yang bilang kalau semua fasilitas yang Taehyung berikan padanya akan membuat Jungkook berubah? Ia masih sama. Ia terbiasa menghemat. Hawa panas dari luar seolah menyelimuti tubuhnya.

Untuk merayakan hari spesial ini, Jungkook akhirnya mengambil keputusan untuk mampir ke supermarket sebentar untuk membeli beberapa keperluan. Ia ingin memasak untuk Taehyung dan dirinya. Pesta kecil-kecilan untuk merayakan hari ulang tahunnya.

Sebuah bus besar berhenti tepat di sebuah halte tak jauh dari supermarket besar. Sebuah bangunan yang cukup ramai meski ini hari biasa, bukan weekend. Jungkook untuk pertama kalinya ketempat ini tanpa Taehyung. Ya, biasanya ia akan kesana bersama kakak barunya itu.

Kali ini ia datang sendiri, hanya untuk beberapa saat saja, membeli beberapa keperluan dapur yang tidak di jual di minimarket. Jungkook masuk kedalam dan langsung menuju ke bagian yang menjual kebutuhan rumah tangga.

Ia melewati eskalator, dan lebih memilih lift untuk menuju ke lantai yang ditujunya. Beruntung lift sedang tidak terisi, Jungkook masuk kedalam, menekan tombol tujuan. Pintu lift hampir tertutup ketika tiba-tiba seorang anak muda berpakaian seragam kuning dengan pandainya menghentikan pintu lift yang hampir tertutup dengan memasang tangannya di tengah pintu.

Melihat itu, Jungkook spontan memegang kedua pintu lift dan membiarkan sensor membaca tangan mereka dan mau membuka kembali pintu itu. Melihat Jungkook berdiri di depannya, anak itu mengedip lucu, kaget tepatnya.

"Lain kali hati-hati, nanti tanganmu terjepit."Jungkook mundur sambil memperingatkan anak itu.

"Mianhamnida hyeong,"anak itu mengangguk hormat lalu masuk ke dalam lift. Jungkook jd tidak enak hati kalau langsung menegur tadi.

Anak itu masuk, mereka diam, suasana canggung. Anak laki-laki itu terlihat mencuri pandang ke arah Jungkook.

"Gamshahamnida, hyeong."Jungkook menoleh.

"Jika tidak ada hyeong, mungkin aku sudah terjepit."lanjut anak itu.

Anak itu terlihat takut, seperti tidak biasa bersosialisasi. Jungkook masih menatapnya, begitupun anak itu.

'manis sekali,'batin Jungkook. Ia tersenyum kemudian.

"Cheonma."

Singkat, tapi jawaban itu cukup membuat anak itu terpesona dengan kebaikan yang Jungkook pancarkan. Tiba-tiba anak itu seperti teringat sesuatu, lalu mengeluarkan ponselnya. Ia menghubungi seseorang.

"Halo, hyeong. Hari ini jadi kan? Aku sudah di Mall."

"........"

"Hyeong lupa? Hari ini katanya teman hyeong ulang tahun dan kau mau kita mencari kadonya kan?aku sudah dapat ide. Hyeong pasti setuju."

"........."

"Sepatu Timberland. Teman hyeong pasti suka. Aku yakin."

"........."

Mirror ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang