.
.
.
Jungkook berjalan di pinggir jalan besar, melewati beberapa pohon yang tidak bisa disebut untuk tempat berteduh. Pohonnya jarang-jarang, kecuali di taman yang tak jauh dari tempatnya berada sekarang. Hanya perlu berbelok untuk sampai ke taman itu. Tapi sayangnya Jungkook tidak bisa kesana.
Ia menenteng sebungkus Jajangmyeon, suruhan Ajusshi di tempatnya bekerja. Ia ingin bersantai sejenak kalau mengingat taman itu. Tapi apa boleh buat, ia harus segera kembali. Ia tidak mungkin membiarkan pemilik toko menjaga tokonya sementara karyawannya jalan-jalan. Alhasil ia hanya menatap melas taman yang dilewatinya.
Berjalan memakai topi hitam, kaos putih dan celana hitam. Cukup kasual dan tidak membuatnya kepanasan karena warna cerah kaosnya. Ia mendengarkan musik dari headset yang sejak keluar toko sampai sekarang masih menempel di telinganya.
Sebuah mobil kecil warna hitam melewatinya, mobil itu berjalan di pinggir jalan, seperti mau menepi. Jungkook tak ambil peduli selain hanya melirik sedikit mobil itu saat lewat disebelah nya. Tak lama mobil itu berhenti. Seseorang keluar dari mobil dan membanting pintu.
Jelas sekali hingga Jungkook mengernyit lalu menoleh. Ia tidak pernah memasang suara headset nya dengan volume keras. Waspada pikirnya kalau-kalau ada yang mengikutinya. ia memiringkan wajahnya sedikit, merasa mengenali sosok yang saat ini tengah terengah-engah bersandar pada pohon dan nampak seperti sedang memuntahkan sesuatu.
Jungkook berkedip, pria di depannya itu berdiri, masih membelakanginya tapi ia sangat mengenal orang itu. Dengan cepat ia mendekati pria itu.
"Hei, kau baik-baik saja? Kau sakit?,"pria itu nampak menepis tangan Jungkook. Ia berusaha berjalan ke mobil, sedikit terhuyung, mungkin ia akan jatuh jika Jungkook tidak menopangnya.
"Ayo aku bantu."
"Pergi."
"Yak! jangan menolak orang yang mau menolongmu. Ayo."
"Pergi kubilang!,"bentak orang itu, menatapnya dengan mata merahnya. Jungkook kaget, tapi kemudian pria itu ambruk di pelukannya. Tidak, ia masih sadar. Ia hanya lemas.
"Aku akan pergi setelah menolongmu. Ayo."
Jungkook memaksa memapah Taehyung, orang yang membentaknya tadi, ke mobil. Taehyung hanya menurut, tepatnya ia tidak bisa melawan. Jungkook bingung sendiri setelah membantu Taehyung duduk di kursi depan mobil.
'Eottheokajyo? (Apa yang harus ku lakukan?) Aku tidak mungkin meninggalkan dia disini kan? Dia juga tidak mungkin menyetir.'
"Hei, dimana rumah mu?,"tanya Jungkook selembut mungkin.
Bukan menjawab, Taehyung malah menarik Jungkook mendekat padanya. Hingga wajah mereka hanya berjarak lima centimeter saja. Jungkook sampai dibuat tidak berkutik karena terkejut.
"Seoul apartemen, phal-i. Sam-gong-il-i,"Jungkook menciumnya. Bau alkohol cukup menyengat saat Taehyung bicara. Ia mendengar Taehyung bicara dengan jelas tapi ia bingung apa maksudnya.
"Seoul Apartemen?itu tidak jauh dari sini. phal-i. Sam-gong-il-i itu apa? Apa itu nomor kamar?Aishh."
Jungkook menggaruk kepalanya kasar. Mau tidak mau ia harus mengantar Taehyung. Ia memandang mobil Taehyung yang dalam keadaan mati.
"Haruskah? akh, terserah! Aku tidak punya pilihan."
Jungkook segera menutup pintu setelah memasang seatbelt pada Taehyung yang sudah tidur. Ia menuju kursi kemudi dan dengan segera memacu kendaraan itu ke lokasi yang disebut Taehyung.
-
-
Sebuah apartemen megah bertingkat lima belas, tidak terlalu tinggi. Tapi cukup elit untuk berdiri di pinggiran kota Seoul. Jungkook menggendong Taehyung dibelakang, berjalan setengah berjuang menuju lift dari lobi. Beberapa orang bahkan sempat menatapnya aneh, tapi ia tak peduli.
Seoul apartemen, 8-2. 3012
"Apa itu maksudnya lantai 8?,"pikir Jungkook.
"Yaa, ireona. Kau benar tinggal disini?lantai berapa yang harus kutekan?,"Jungkook menggerak-gerakkan bahunya agar Taehyung bangun.
"Shikeureo! (Berisik!),"Taehyung memukul kepala Jungkook.
"Hhh, cham! Aishh kalau bukan karena ingin tahu rumahmu, aku tidak mau mengantar mu. Ah, asal saja."Jungkook menekan tombol delapan dan lift menuju keatas.
Pintu lift terbuka. Jungkook keluar dari lift, membenahi posisi Taehyung. Melihat sekeliling. Hanya ada empat pintu. Ia berpikir lagi.
Seoul apartemen, 8-2. 3012
"Hogsi (mungkinkah)...yang nomor dua?,"tebak Jungkook.
Ia berjalan mendekat pintu apartemen nomor dua. Berpikir lagi. Ia tidak akan bertanya lagi pada Taehyung atau anak itu akan memukul kepalanya lagi.
"Aku coba saja!"
Jungkook menekan tombol 3012 pada password pintu apartemen Taehyung dan terdengar bunyi kunci alarm terbuka. Jungkook bahkan sempat shock karena tidak percaya semua perhitungannya benar. Segera ia masuk ke apartemen yang lampunya langsung menyala otomatis ketika ia masuk.
Sebuah apartemen yang tidak bisa dibilang murah untuk ditempati. Ini sangat bersih dan bagus. Jungkook melihat sekeliling.
"Chogiyo...apa ada orang?"
Hening. Tidak ada jawaban.
'apa Taehyung tinggal sendiri?,'pikirnya.
Ia segera berjalan menuju sofa hitam lebar dan merebahkan Taehyung disana. Memutar pinggangnya dan memijat bahunya. Mengedarkan pandangannya kembali ke seluruh apartemen.
'ditempat seluas ini ia tinggal sendiri?sepi sekali.'
Jungkook baru ingat pada Taehyung setelah mengagumi tempat tinggal Taehyung. Ia menatap Taehyung yang terlelap.
"Apa aku tinggalkan saja?toh dia sudah dirumah."
Jungkook berfikir untuk beberapa saat, lalu berjalan keluar dari apartemen itu. Segera berlari menuju toko, ia yakin bosnya sudah sangat kelaparan.
**MIRROR #1**
Annyeong chingu,
Masih setia dengan mirror?
Jangan lupa vote dan commentnya.
Gumawo 👋