15

1.8K 157 1
                                    

.

.

.

Berjalan dalam keadaan lemah bukan hal yang mudah bagi Taehyung, Jimin juga tahu anak itu memaksa dirinya sendiri hanya untuk melihat keadaan Jungkook. Sepanjang jalan ia bertanya bagaimana kondisi Jungkook, dan begitu Jimin bilang Jungkook belum sadar, Taehyung nyaris memaki Jimin di koridor rumah sakit karena membuat Jungkook pingsan. Kenapa jadi Jimin yang disalahkan?

Taehyung tahu dirinya kawatir, ia pikir Jungkook selama ini baik-baik saja. Setiap kali ia mengirimi Jungkook pesan, anak itu terlihat sangat baik. Tapi siapa yang bisa melihat ekspresi sebuah pesan ponsel? Itu ternyata hanya perkiraan Taehyung saja. Jungkook tidak benar-benar baik.

Taehyung menyesal terlalu fokus pada pekerjaan dan keluarganya. Ia jadi seolah lupa pada Jungkook, padahal kenyataannya setiap kali ia mau mencuri waktu, ada saja yang menghalanginya. Taehyung jadi semakin serba salah setelah dua jam duduk di sisi Jungkook, tapi anak itu belum bangun juga.

"Apa hasilnya?"

"Tifus. Radang lambung."

"Tapi kenapa ia belum juga bangun?"

"Tenanglah Tae, aku sudah memberinya obat."

"Bagaimana aku bisa tenang!?"

Taehyung terlihat putus asa di mata Jihoon, ia sudah tidak bisa marah-marah lagi pada Jimin. Jihoon hanya duduk di sofa yang ada di ruangan itu, bergantian mengamati Jungkook dan Taehyung juga Jimin. Decihannya mengundang perhatian dua orang yang lebih tua darinya itu.

"Aku melihat cinta segitiga disini."

"Heh?!apa yang kau katakan, bocah?,"itu Jimin. Taehyung hanya diam saja, ia masih kuatir pada Jungkook.

"Aku akan melihat siapa yang menang?,"oceh Jihoon lagi. Taehyung tidak perduli, adiknya itu kadang suka meracau tidak jelas. Mungkin ia hanya cemburu pada Jungkook, tapi Taehyung tidak bisa meninggalkan Jungkook, setidaknya sampai ia sadar.

"Anak ini, bicara apa dia?!,"Jimin siap menghampiri Jihoon tapi tiba-tiba Taehyung berdiri, menggenggam tangan kanan Jungkook.

"Kookie,"Jimin menoleh kearah mereka, mengamati perubahan pada Jungkook yang mulai membuka matanya.

"H, hyeong.."

"Eoh, hyeong disini. Kau perlu sesuatu?"

"Aku...mpph!,"melihat reaksi Jungkook yang menutup mulutnya tiba-tiba, Jimin meraih baskom dari bawah ranjang, dan Jungkook mengerti untuk mengeluarkan seluruh isi perutnya yang sebenarnya cuma cairan saja disana.

Taehyung memijat tengkuk Jungkook, meski Jungkook mengangkat sebelah tangannya untuk tanda penolakan. Beberapa menit sampai Jungkook kembali merebahkan diri. Taehyung melihat wajah pucat Jungkook yang menahan nyeri. Mungkin lambungnya nyeri, karena hal tadi terjadi pasti efek radang di lambungnya.

Jimin sebagai seorang dokter, segera memeriksa kondisi Jungkook. Ia memutar alat pengukur tetesan infus, cairan infus itu hampir habis, tubuh Jungkook sangat membutuhkan cairan ternyata. Ia berbalik dan berjalan ke arah kotak transparan di ruangan itu, mengeluarkan sebotol lagi cairan infus. Jihoon memperhatikannya sejak tadi.

Jimin juga memperhatikan, memperhatikan bagaimana Taehyung dan Jungkook berinteraksi. Taehyung nampak mengelus rambut Jungkook, masalahnya adalah jarak mereka, mereka tidak sadar kalau jarak mereka cukup dekat tanpa memperhitungkan kalau disana masih ada Jihoon.

"Ehem!,"Taehyung dan Jungkook menoleh, Jimin hanya memberi kode dengan matanya melirik Jihoon sekilas.

Taehyung cukup paham, dan langsung berdiri tegak, canggung. Tapi kemudian ia terhuyung dan terduduk di kursi yang ada dibelakangnya.

Mirror ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang