Dava Sakit

12 0 0
                                    

Hepi Ridingg

"Makan aja dulu, dikit aja." Dava menggeleng. Melihat itu, Aretta menghela nafasnya pelan. "Nanti lo sakit,"

"Engga," elak pemuda itu.

"Lo bukan tuhan, tau kapan bisa sakit kapan engga."

"Hmmm,"

"Gue bawa kesini deh makanannya, ya?"

"Engga, Ta."

Seakan tuli, Aretta tetap berdiri dari duduknya. "Gue keluar dulu bentar,"

"Gue bilang engga, ya engga." Tangan Dava terulur, mengahan lengan gadis itu agar tidak beranjak. Disaat itu pun, Aretta merasakan geliyar panas di lengannya akibat sentuhan Dava.

Bukan, ini bukan panas karena reaksi tubuh yang memalu atau apa.

Bukan juga panas karena haus akan hasrat yang tak tersampaikan. Bukan!

Ini panas karena tangan Dava menahan lengannya. Panas itu berasal dari Dava. Sepersekian detik berikutnya, Aretta membalik badan dan langsung mengecek suhu badan Dava.

"Gila lu ndro, lo sakit Dav!" Paniknya.

—Suddenly Married—

Aretta POV

Gue kembali, dengan kedua tangan membawa nampan yang isinya adalah makanan, minuman, juga obat penurun panas yang memang sudah ada di kotak P3K milik gue.

Tadi setelah mengecek suhu badan Dava menggunakan termometer, gue langsung melesat kebawah, membuatkan bubur untuk Dava. Takut ga bisa nelen kalo dikasih paha ayam.

Dan, disinilah gue sekarang. Di kamar Dava, ralat. Kamar bekas Alm. Bokap gue, dengan cowok itu yang masih bersembunyi dibalik selimut tebal dan berbaring mantatin gue. Asu emang!

"Dav, bangun dulu yuk! Makan, gue udah bikin bubur." Ajak gue dengan suara yang dilembut-lembut.

"Engghh ..." dia cuma ngerang pelan.

"Bangun dulu, makan, minum obat. Abis itu baru tidur lagi," kini tangan gue mulai beraksi, membelai lembut kepala Dava dari luar selimut.

"Nanti aja," paraunya.

"Keburu dingin buburnya, yuk?"

"Panasin lagi," sabar Aretta! Sabar! Niscaya akan mendapat berkah yang setimpal, rapal gue dalem hati.

"Biar cepet sembuh, jangan nanti-nantian mulu dong." Dava berdecak pelan, dengan terpaksa ia membalik badannya, ngadep gue.

"Nanti aja, pala gue pusing." Tatapan  Dava penuh permohonan, ngeliat itu gue cuma senyum tipis. Astagaahhh, lucu banged!! Kek anak monyetttt!!!

"Kalo nanti, sakitnya makin parah, makin lama. Mau?" Dava menggeleg sebagai jawaban, "makannya bangun. Makan abis itu minum obat, biar cepet sebuh."

"Suapin," pinta cowok itu manja. Cih, geli abis gue liat dia begini.

"Bangun dulu, gue suapin."

"Ga kuat banguuuun," rengeknya.

"Mau makan sambil tiduran?" Ia menggangguk. "Nanti makanannya ga turun kebawah, gimana?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Suddenly MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang