Masalah hadir begitu saja bagaikan air terjun yang terus berjatuhan, Tetapi akan indah pada waktunya.
Sudah vote? Cusss"Lo gak dikeluarin dari sekolahkan?"
Aray yang baru saja keluar dari ruangan kepala sekolah dikejutkan kedatangan seorang gadis dengan wajah cemasnya. Lantas dia langsung menutup pintu, takut jika orang yang di dalam melihat semua ini.
"Ada apa?" Hanya itu yang dapat Aray ucapkan sekarang.
"Gimana? Lo sama Gilang aman-aman aja kan? Kepsek kasih hukuman apa?"
Tak ingin menjawab, ia memilih untuk pergi tetapi dengan cepat gadis itu menahan tangannyanya.
"Sampai kapan Lo bersikap dingin sama gue?" Lirih Kayla, hatinya benar-benar sakit dan tak terima diperlakukan seperti ini oleh Aray.
"Bukannya ini yang Lo mau?" Ketus Aray sembari melepaskan tangan Kayla.
"Maksud Lo?"
"Gue keluar dari sekolah dan Lo sama Gilang bisa berduaan." Aray tertawa sinis.
"Bukan itu yang gue mau! Kenapa sih Lo jadi begini?" Kayla benar-benar tak habis pikir dengan Aray, dia sudah mencoba untuk baik tetapi lelaki itu sama sekali tidak memperdulikannya.
Aray hanya diam tak ingin menjawab.
"Kenapa Lo bohongi gue? Seolah-olah Lo bukan orang yang gue maksud!" Ia menatap Aray tajam. "Mana Aray yang dulu? Mana?!" Ingatannya kembali pada masa kecil dulu, dirinya dan Aray bak lem yang tidak bisa dipisahkan, kemana-mana selalu bersama. Sampai akhirnya dia dipertemukan lagi dengan lelaki itu, senang, senang sekali dia melihat Aray nya masih hidup. Dia meminta kepada Tuhan untuk mengembalikan Aray nya yang dulu.
Aray tersenyum miring. "Lo tahu orang bisa berubah kapan aja, termasuk gue! gue sama Lo udah bertahun-tahun gak ketemu, jangan pernah berpikir bahwa gue bakalan kayak dulu lagi! Lo camkan itu, Kayla!"
Kayla meneguk ludahnya, ia begitu terkejut mendapat suara lantang dari Aray. "Mak...sud Lo?"
"Maksud gue, sahabat Lo itu udah berubah! Dulu hidupnya bahagia sebelum adanya Lo! Tetapi semenjak Lo muncul banyak masalah yang tiba-tiba datang seenaknya!" Cetusnya geram.
Kini mata Kayla sudah dipenuhi dengan air bening yang ingin jatuh, hatinya teriris. Sakit sekali mendengar kalimat tersebut. "Jadi, Lo mau gue pergi dari hidup Lo?" Ia berucap dengan mulut bergetar, sangat susah untuk berbicara sekarang.
"Itu mau gue!" Jawab Aray penuh keyakinan.
Tes.
Satu tetes air mata turun sempurna di pipi Kayla. Tangis yang berusaha dia bendung akhirnya terjun juga, Kayla berusaha untuk tegar namun hatinya sangat sakit mendengar setiap kata yang dilontarkan Aray.
Tega, tega sekali Aray menyakiti hatinya.
Aray memalingkan wajahnya dari gadis itu, dia sadar gadis itu menangis karena dirinya, tetapi jika dia tidak mengatakan itu Kayla tidak akan pernah berhenti untuk mengejarnya. Satu yang ada dipikiran Aray, Kayla harus baik-baik saja.
***
Tama dan Rika berjalan menuju parkiran dengan Gilang berada di tengah-tengah mereka.
Rika yang tampak begitu senang terus-terusan tersenyum mengingat bahwa anaknya terbebas dari hukuman kepala sekolah. Menurutnya Gilang adalah anak yang baik, dia yakin bahwa perkelahian itu bukan ulah Gilang melainkan Aray.
Kini keluarga itu sudah sampai di depan mobil.
"Akhirnya Aray mengakui kesalahannya, mama tahu kamu gak mungkin cari keributan di sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Aray
Teen FictionDibalik ketegaran dari seorang Aray Naufal Alam. Kehilangan orangtuanya membuat hidup Aray berubah drastis, dimana dulu hari-harinya diwarnai dengan kebahagiaan. Kini, malah membuatnya seperti orang yang tidak berguna. Meninggalkan rumah lamanya me...