Jangan lupa vote dan komennyaDan jangan lupa tandai typo.
Happy reading🕑
•••
Aray melangkahkan kakinya menuju rumah besar bercat abu-abu. Tangannya menekan bel rumah tersebut. Tidak butuh waktu lama seorang wanita yang masih terlihat awet muda keluar menjumpai dirinya.
Melihat dirinya wanita itu tersenyum lebar. Matanya berbinar begitu bahagia menatap Aray.
"Aray? Kamu Aray?"
Aray mengangguk kaku sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kamu tampan sekali," dia memegang kedua pundak Aray. "Benar-benar mirip sama orang tua kamu." Sambungnya.
Aray tercengir tidak jelas. Dia tidak tahu menjawab apa. "Terimakasih, Tante." Jawabnya lembut.
Melihat sikap Aray yang malu-malu membuat Lia, ibu Kayla menjadi tertawa kecil. Aray yang dulu masih sangat terlihat lucu, hingga sekarang juga sama, tidak ada bedanya.
"Jadi sekarang kamu tinggal dengan Tante Rika dan Om Tama?"
Aray mengangguk.
"Pasti mereka baik banget kan sama kamu, apalagi Gilang. Tante dengar dia anaknya baik."
Aray tidak menjawab, dia hanya tersenyum samar.
Lia mengacak lembut rambut Aray. "Tante senang banget lihat kamu baik-baik aja, sering-sering main ke rumah ya. Temani Kayla." Lia tersenyum manis.
"Iya, Tan."
"Kalau gitu ayo masuk, sarapan bareng."
Aray langsung menolak. "Makasih Tante, tapi tidak usah, Aray udah sarapan tadi sebelum pergi." Jawabnya.
Lia berdecak. "Tapi lain kali harus mau ya?"
Aray mengangguk sembari tersenyum.
"Yasudah, kalau begitu masuk aja tunggu di dalam."
"Aray tunggu di sini aja."
"Kamu ini, ya udah kalo begitu. Tante masuk dulu temani Om sarapan."
Aray menganggukkan kepalanya. "Salam buat Om, Tan." Ujar Aray sopan.
Lia mengangguk lalu pergi sesudah mengacak kembali rambut Aray.
Aray membuang napasnya lega. Dari dulu hingga sekarang tiap kali bertemu dengan orang tua Kayla dia menjadi gugup. Padahal mereka selalu ramah dan baik padanya. Kenapa dengan dirinya? Aneh sekali.
Baru saja Aray membalikkan badannya menatap taman di depan rumah tersebut. Suara seseorang cowok memasuki indera pendengarannya.
"Cari adek gue?"
Danil nongol dibalik pintu dengan mulut asik mengunyah permen karet. Dia melipat tangannya, terlihat sangat songong.
Aray tidak menjawab. Dia hanya memandang lekat Danil. Tatapan Danil sangat tajam padanya seakan-akan Aray punya dosa padanya.
"Besok ikut gue."
Ucapan memaksa itu membuat dahi Aray berkerut. Apa maksud dari ucapan Danil yang berkata seperti itu?
Danil terlihat tidak bersahabat dengannya. Laki-laki itu mengunyah permen karet tetapi tatapannya tidak lepas dari pandangan Aray. Sepertinya memang jelas ia punya salah pada lelaki itu, tapi apa?
"Gak usah takut, gue cuma minta besok temenin gue. Itu aja."
Kenapa harus Aray? Kenapa tidak minta ditemani dengan temannya yang lain saja. Karena tidak terlalu mengenal Danil, Aray menjadi banyak diam. Sangat susah baginya bergaul bersama orang yang belum ia kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Aray
أدب المراهقينDibalik ketegaran dari seorang Aray Naufal Alam. Kehilangan orangtuanya membuat hidup Aray berubah drastis, dimana dulu hari-harinya diwarnai dengan kebahagiaan. Kini, malah membuatnya seperti orang yang tidak berguna. Meninggalkan rumah lamanya me...