Jangan lupa vote sebelum baca atau sesudah baca.
Happy reading 🕞
❤️❤️❤️
"Masalah Gilang yang waktu itu?"
Lelaki tampan itu menganggukkan kepalanya. Kini dia tengah berada di taman belakang sekolah bersama seorang cewek bernama Milka. Aray sengaja memilih tempat ini, dia ingin mengetahui apa yang sedang terjadi dengan Gilang. Dan orang yang tahu permasalahan ini hanyalah Milka.
"Emang setelah kejadian itu Gilang kenapa?" Milka yang baru saja menikmati minuman botolnya, menoleh pada Aray dan bertanya.
"Gak kenapa-kenapa gue cuma mau tau aja siapa pelaku yang udah nyerang dia."
Sebegitu pedulinya kah Aray dengan Gilang? Yah! Jawabannya dia sangat peduli dengan lelaki itu.
Milka mengangguk-anggukan kepalanya. Sebelum menjawab dia tampak berpikir mengingat-ingat kejadian waktu Gilang dikeroyok oleh beberapa orang. "Ada empat cowok, masing-masing bawa motor. Terus, kalau gak salah sih seumuran kayak kita,"
Aray hanya diam. Membiarkan Milka melanjutkan perkataannya.
"Gue denger salah satu dari mereka ada yang nyebut kata-kata taruhan gitu. Tapi gue gak tau maksudnya apa. Dan pas gue datang mereka langsung pergi." Milka mendadak ngeri mengingat kejadian itu. Awalnya dia benar-benar tidak ingin menolong Gilang. Tetapi saat melihat Gilang sudah tidak berdaya. Hatinya menjadi iba, alhasil dia beranikan diri menyelamati Gilang hanya dengan teriakannya. Alhasil keempat orang itu pergi. Bayangkan saja tempat itu sepi, ditambah lagi hujan semakin deras. Jika orang jahat itu tidak memutuskan untuk pergi entah apa yang akan terjadi dengan dirinya dan Gilang saat itu juga.
"Apa mungkin mereka ada buat taruhan gitu? Terus Gilang kalah dan dia milih buat kabur." Milka mencoba menebak. Kali ini dia menggunakan otak pintarnya, dan itu sangat masuk akal baginya.
Aray diam. Dia mencerna setiap kata yang ia dengar dari Milka. Jika memang benar ada taruhan yang terjadi. Mungkin taruhan tersebut sangat berefek bagi Gilang. Sampai-sampai lelaki itu tidak mau keluar rumah. Atau mungkin ada hal lain yang terjadi dengan Gilang.
"Btw Gilang kenapa gak sekolah?"
Dahi Aray berkerut. "Hm?"
"Gue udah tau kali Ray."
"Udah tahu apa?"
"Lo tinggal serumah sama Gilang, gue udah tahu soal itu." Jawab Milka dengan wajah begitu tenang.
Aray menelan salivanya. Dia sama sekali tidak pernah memberitahu tempat tinggalnya dengan siapapun itu. Satu-satunya orang yang tahu hanya Kayla. Lantas siapa yang sudah memberitahu gadis itu?
"Gue tahu dari Deni." Ucap Milka, dia bisa menebak apa yang dipikirkan cowok itu.
Mendengar itu Aray memejamkan matanya sebentar sembari menghela nafas. Dia melupakan satu hal, Deni sih cowok yang tidak bisa menyimpan rahasia. Aray juga tidak pernah bercerita tempat tinggalnya dengan Deni. Pasti lelaki itu mengintrogasi Kayla hingga cewek itu mengatakan semuanya.
"Kapan Lo jumpa dia?"
Sebelum menjawab Milka kembali meneguk minuman botolnya. Lalu tersenyum ke arah Aray. "Di cafe, waktu itu Lo lagi libur. Terus dia cerita semuanya sama gue." Jawabannya.
Karena Deni. Milka mengetahui Aray lebih dalam lagi. Dia tahu bahwa dulu Aray sangat dekat dengan Kayla. Dia tahu bahwa tempat tinggal Aray dan Kayla bersampingan. Dia tahu kalau Aray selalu melindungi Kayla dari kejahilan Deni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Aray
Teen FictionDibalik ketegaran dari seorang Aray Naufal Alam. Kehilangan orangtuanya membuat hidup Aray berubah drastis, dimana dulu hari-harinya diwarnai dengan kebahagiaan. Kini, malah membuatnya seperti orang yang tidak berguna. Meninggalkan rumah lamanya me...