19

4K 385 23
                                    


Sebelumnya Maaf banget buat yang udah nunggu lama cerita ini, hehe.

Buat yang udah lupa sama alurnya aku saranin buat baca ulang part yang sebelumnya, biar gak makin pusing 😄

Sebelum baca boleh dong kasih vote-nya dulu.

Oke

Happy reading guys!

💮💮💮

Tak menunggu waktu lama pesanan sepasang kedua manusia itu kini sudah siap. Jika tadi Milka yang menyambut keduanya, kini Aray yang membawa nampan berisi pesanan mereka.

Dengan sangat sopan Aray meletakkan makanan dan minuman tanpa menatap Kayla dan Gilang. Dia tahu kedua orang itu tengah melihatnya, tetapi Aray memilih untuk mengabaikan.

Perkataan Milka terus merasuki pikiran Kayla. Bagaimana mungkin Aray sering bercerita tentangnya sedangkan lelaki itu terlihat tidak peduli sama sekali dengannya.

"Selamat menikmati." Ucap Aray yang ingin beranjak pergi tetapi Gilang menghentikannya.

Gilang mendongakkan kepalanya. "Udah lama gue gak lihat Lo."

Aray menatap lelaki itu, melihat wajah Gilang yang kini sudah sembuh dari luka, dia menyesal karena membuat lelaki itu masuk rumah sakit karena ulahnya.

Yang ditatap menaikkan alisnya, Gilang tampak bingung dengan tatapan Aray. "Kenapa?" Tanyanya.

Aray langsung tersadar dan memalingkan wajahnya, sialnya tatapannya kini tertuju oleh Kayla. Mati-matian dia berusaha untuk tidak melihat gadis itu dan akhirnya kalah juga.

"Hai." Kayla menggigit bibir bawahnya, dia menjadi salah tingkah ditatap seperti itu. Lantas ia membenarkan rambutnya dan menundukkan kepala.

Aray tersenyum tipis melihat tingkah Kayla. Ingin sekali rasanya mengobrol banyak dengan gadis itu, apakah dia baik-baik saja? Apakah dia makan dengan baik selama dirinya tidak ada? Apakah dia selalu memikirkannya? Bagaimana Deni, apa masih suka mengganggunya lagi? Aray ingin sekali menanyakan itu semua dan menghabiskan waktu dengannya.

"Aray."

Tiga orang itu sontak mencari sumber suara tersebut, dan ternyata Milka orangnya. Gadis itu berjalan dengan membawa kotak makan di tangannya.

"Lo belum makan kan? Bunda buat lebih buat Lo."

Milka menyodorkan kotak tersebut sedangkan Aray hanya menatap benda itu. Kayla dan Gilang masih setia memandang dua orang itu, entah kenapa hati Kayla seakan-akan tidak suka melihat wanita itu.

"Maaf gue sama Aray udah ganggu dinner Lo berdua." Ujar Milka lalu kembali menatap Aray dan tersenyum. "Kalau gitu Lo makannya di belakang aja." Ia menarik tangan pria itu.

"Kenapa gak gabung sama kita aja?" Kali ini Gilang yang berbicara.

Lantas Aray dan Kayla saling melempar pandang.

"Gak usah!" Jawab Aray cepat.

"Boleh juga."

Mata Aray melebar mendengar jawaban Milka ditambah lagi gadis itu menariknya untuk bergabung.

Dan kini Aray duduk di depan Kayla, sedangkan Milka di depan Gilang.

Dengan penuh semangat Milka membuka kotak makannya dan menyodorkan nasi goreng buatan bundanya. "Makan." Ujarnya sambil tersenyum.

Aray menggeleng. "Milka, kalau kita sampe ketauan makan di sini bisa habis." Ucapnya menatap lekat wanita di sampingnya.

"Bilang aja gue yang minta Lo berdua gabung sama kita, gak perlu takut." Jawab Gilang sembari merangkul pundak Kayla.

Milka tersenyum manis. "Dan sekarang Lo gak perlu takut, buruan makan." Ia menopang dagu sembari menatap Aray.

"Milka_"

"Bunda udah semangat banget buat nasgor buat Lo, gue gak mau buat bunda kecewa Ray." Potong Milka memasang wajah sedih.

Aray menghela napasnya, kalau sudah begini dia tidak tahu harus menjawab apalagi. Mau tidak mau dia harus makan dan menghabiskan sedikit waktunya di depan Kayla.

"Anak pinter." Kekeh Milka sembari mengusap lembut pundak Aray. Dia merasa senang sudah membuat Aray nurut dengannya.

Kayla yang melihat tingkah wanita itu hanya menatap diam, sebegitu dekatnya kah mereka? Apa Aray mencintai wanita di sampingnya? Yang jelas Aray selalu bersikap lembut di depan gadis itu berbeda jika dengannya.

"Jadi kalian berdua pacaran?"

Aray terbatuk-batuk mendengar pertanyaan itu, dengan cepat Milka menyodorkan es jeruk dan itu punya Gilang. Gilang yang melihat itu hanya bisa terbengong dengan mulut terbuka.

Pertanyaan itu berasal dari mulut Kayla. Dia sudah tidak tahan melihat kedua manusia itu ditambah lagi keduanya seolah-olah mengumbar kemesraan di depannya. Ingin sekali rasanya Kayla berteriak 'WOI LO KIRA GUE GAK CEMBURU APA?!' tapi dia mati-matian menahannya untuk tidak memalukan dirinya sendiri di depan banyak orang.

"Kenapa? Kalo kita pacaran ada masalah buat Lo?"

Panas sekali rasanya telinga Kayla mendengar jawaban menusuk dari Milka. Lantas Kayla membuang pandangnya mencoba mencari ketenangan.

"Kamu cemburu?"

Kayla langsung menoleh ke arah Gilang. Apa dia cemburu? Seorang Kayla cemburu? Apa tidak salah? Tapi yang dikatakan Gilang benar juga, dia cemburu. "Gue cemburu? Ya gak lah!" Jawabnya tertawa kecil.

Gilang tersenyum mendengar jawaban itu lantas kembali merangkul pundak Kayla. Kayla membalasnya dengan tersenyum, setidaknya dia mau melihat apakah kali ini Aray cemburu?

Aray menaikan kedua alisnya menatap kedua manusia yang mengumbar kemesraan di depannya. Lantas dia menoleh menatap Milka, "Lo udah makan?" Tanyanya tersenyum manis.

Milka mendadak diam dengan wajah polos, sedetik kemudian seperti ada lampu di kepalanya dia langsung menggeleng.

Lantas dengan sigap Aray mengambil sesendok nasi dan menyodorkannya. Milka dengan senang hati membuka mulutnya dan menerima makanan itu.

Gerah sekali Kayla melihatnya lantas dengan cepat dia merangkul tangan Gilang dan menyenderkan kepalanya di pundak pria itu. "Selesai makan kita jadi pergi nonton kan?"

"Bukannya tadi kamu gak mau?"

"Siapa bilang? Aku mau kok." Jawabnya.

"Jadi kalian hari ini benar-benar kencan?" Tanya Milka heboh. "Lo berdua cocok banget, ya gak Ray?"

Aray sedikit kaget lantas menegakkan tubuhnya. "Iya." Jawabnya.

"Gue sama Aray juga pernah kencan,"

Kayla kembali pada posisi semula. Matanya melirik sebentar lelaki di depannya. "Oh ya?" Tanyanya dengan tidak suka.

Milka mengangguk cepat.

"Kenapa kalian gak pacaran aja?" Kayla menatap wajah Aray hingga tatapan keduanya bertemu. "Bukannya Lo berdua punya kesamaan? Sama-sama pintar dan kerja di tempat yang sama." Sambungnya.

Tatapan keduanya terus bertemu. "Saran yang bagus." Setelah mengatakan itu Aray pergi dari tempat tersebut.

_____

Adakah yang masih nunggu cerita ini?

Segini dulu ya, part selanjutnya bakalan aku update kalo vote udah sampe 50.

Btw jangan lupa untuk baca cerita kedua aku GALENTA.

Terimakasih:)

Ainun_hsn

20 Maret 2023

Dunia ArayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang