Hi, im back! Happy reading and enjoy!
___
Berpura-pura bahagia menyakitkan bukan?
Ketahuilah sedari tadi seorang gadis hanya memasang senyum palsunya saat sedang berbicara atau sekedar menanggapi jawaban seseorang.
Gadis itu sangat merasakan bosan, hanya saja dia pura-pura terlihat nyaman berada di tempatnya sekarang ini, padahal sedari tadi dia sudah ingin enyah dari rumah milik sahabat papanya.
Mungkin ini sudah beberapa kali Kayla menghela napasnya lalu tersenyum palsu menatap seseorang.
"Nanti biar aku yang jemput kamu pergi sekolah."
Baru saja kenal, lelaki itu sudah memanggilnya dengan sebutan aku-kamu, Kayla tidak suka itu.
"Oke," Kayla tersenyum lalu memalingkan wajahnya ke sembarang arah membuang rasa kesalnya.
"Seterusnya biar aku yang jemput ya? Soalnya kita satu sekolah."
Mata Kayla melebar, dia terkejut mendengar kalimat itu, apa? Dia satu sekolahan dengan cowok itu di sekolah barunya? Bisa-bisa dia tidak bernapas dengan benar jika selalu berada di dekat cowok tersebut.
"Gak usah, nanti ngerepotin Lo." Jawab Kayla dengan senyum Fake nya. "Lagian gue ada supir yang bisa_"
"Siapa supir kamu? Papa?" Potong Yuda yang sedari tadi menguping pembicaraan kedua anak itu.
"Bukannya papa bilang, supir lama kita juga ikut pindah ke Jakarta?"
"Siapa bilang? Mang Udin gak ikutan pindah, jadi kita gak punya supir." Jawab Yuda.
Ah sial dasar papa, batin Kayla.
Oke, dia harus mencoba cara lain agar terhindar dari lelaki yang dijodohkan untuknya itu.
"Tetap aja pak, kita gak boleh nyusahin orang, apalagi Gilang, ya kan Lang?" Tanya Kayla tersenyum lebar.
"Sama sekali gak ngerepotin, santai aja, aku senang bisa pigi bareng kamu terus." Jawab Gilang memegang pundak Kayla.
Senyum Kayla memudar, dia tidak mencintai cowok itu, dia hanya tidak ingin menyakiti perasaan orang tuanya, ah bisa-bisa dia gila beneran jika terus seperti ini. Apa dia harus mengatakan bahwa dia tidak mencintai Gilang? Dia hanya mencintai satu lelaki saja. Ah tidak, dia tidak boleh memalukan kedua orangtuanya.
Pelan-pelan Kayla menjauhkan pundaknya dari rangkulan tangan Gilang, tetapi tetap saja Gilang semakin kuat merangkulnya membuatnya tidak bisa bergerak sama sekali.
Rika datang dari dapur dengan membawa nampan berisi cupcake, perlu kalian ketahui cupcake yang dibuat olehnya gagal total, sebenarnya rasanya tidak terlalu buruk hanya saja bentuk dan warna kue tersebut berubah menjadi hitam dan dia tidak tahu apa penyebabnya. terpaksa dia harus memesan dari toko langganannya. Tidak masalah yang penting dia sudah mencobanya.
"Silahkan dimakan."
Rika meletakkan makanan itu di atas meja lalu duduk di samping Kayla, membuat Kayla semakin risi diapit oleh ibu anak ini. Dia menarik napasnya saat Rika berpindah duduk di samping Lia, mamanya. Kini kedua wanita itu tengah asik mengobrol, papanya dan papa Gilang juga melakukan hal yang sama, sementara Gilang, lelaki itu sedang memainkan handphone. Lalu dia? Tidak tahu harus ngapain sekarang ini.
"Emm kamar mandi di mana?"
Merasa pertanyaan itu terlontar untuknya Gilang menatap gadis itu. "Kenapa?"
"Mau pipis."
Gilang tersenyum. "Ada di dapur, tapi kayaknya lagi dipake sama bi Lastri." Gilang berhenti sejenak. "Kamar mandi kamar aku aja, mau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Aray
Teen FictionDibalik ketegaran dari seorang Aray Naufal Alam. Kehilangan orangtuanya membuat hidup Aray berubah drastis, dimana dulu hari-harinya diwarnai dengan kebahagiaan. Kini, malah membuatnya seperti orang yang tidak berguna. Meninggalkan rumah lamanya me...